Subuh pun menjelang, semalam aku tertidur lelap setelah melaksanakan sholat isyak, sebelum Gus Ashfa masuk ke dalam kamar kami, dan saat ini ketika aku terjaga, ku lihat Gus Ashfa sudah berada di atas sajadahnya di dalam kamar ini. Ternyata semalam dia pun berada di dalam kamar ini, meski tak ada sesuatu yang kami lakukan selayaknya seorang pengantin baru.
Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri bersiap jamaah sholat subuh, saat aku keluar dari kamar, ku lihat Gus Ashfa sudah bersiap dengan sajadahnya hendak keluar kamar. "Aku ke masjid dulu!" Pamitnya padaku seraya melangkah meninggalkan kamar ini.
Aku tersenyum ke arahnya saat dia berpamitan padaku. Segera aku pakai mukenah dan menghampar sajadahku, sepertinya subuh ini aku akan kembali sholat di dalam kamar ini, karena jujur aku masih enggan keluar kamarku dan bertemu dengan banyak orang, seperti santriwati di pesantren ini yang aku kenal.
Matahari mulai menampakkan cahayanya dari celah cendela kamarku, ku lihat waktu sudah menunjukkan jam enam pagi, namun Gus Ashfa dari subuh tadi masih belum kembali ke dalam kamar ini, ya mungkin dia masih jalan-jalan berkeliling pesantren ini untuk menghirup udara pagi.
Aku segera keluar kamarku, seperti biasa aku menuju dapur keluarga ini untuk membantu Ning Azna, tapi aku lihat begitu banyak orang di dalam dapur keluarga ini, mungkin karena nanti tepat jam 09.00 pagi adalah acara tasyakuran pernikahan kami. Hanya tasyakuran mengundang keluarga dan tetangga saja, tak ada perayaan resepsi pernikahan seperti umumnya, karena yang aku dengar Gus Ashfa tidak menginginkan semua itu dengan alasan rencana pernikahan ini mendadak jadi tidak ada teman yang bisa dia undang.
Karena merasa tidak nyaman dengan banyaknya orang dan keluarga besar Gus Ashfa yang ada di dalam rumah itu, aku kembali ke dalam kamarku. Sungguh aku bagai orang asing dalam rumah ini, tak ada teman yang bisa aku ajak bicara, bahkan keberadaan suamiku pun seolah tidak ada, membuat sehari berada di dalam rumah ini, bagai setahun rasanya.
"Hubby!" Terdengar suara Ning Azna memanggilku, segera aku keluar kamar dan membuka pintu untuknya. "Ayo pengantin dandan dulu!" Katanya padaku dengan senyuman, seraya mengenalkan ku pada seorang wanita yang ada di sebelahnya. "Ini mbak pengantinnya!" Katanya.
"Subhanallah cantiknya!" Puji wanita itu dengan menyentuh daguku.
"Ayo segera dirias!" Kata Ning Azna kemudian dengan mengajak wanita itu masuk ke dalam kamarku.
"Kan tidak ada resepsi pernikahan Ning, kenapa aku harus dirias segala?" Tanyaku pada Ning Azna.
"Looo, kan pengantin harus terlihat cantik, meski hanya tasyakuran tapi banyak keluarga datang, jadi pengantinnya juga harus dirias cantik, biar tamunya yang datang senang lihat pengantinnya." Kata Ning Azna dengan senyum manisnya. "Bagaimana tadi malam, sudah diapain sama Gus Ashfa?" Tanya Ning Azna menggodaku saat perias itu mulai mendandaniku. Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan Ning Azna. "Kok senyum aja?" Tanya Ning Azna lagi.
"Ya malu lah Ning, masak mau dicerita-ceriain." Sahut perias itu kemudian.
Kami bertiga akhirnya saling bicara dan mengobrol penuh canda tawa, Alhamdulillah perasaanku sedikit terhibur dengan kehadiran mereka, meski ketika teringat dengan sikap Gus Ashfa hatiku kembali menjadi nelangsa.
Sudah satu jam perias yang dibawa Ning Azna itu mendandaniku, dan tak lama kemudian setelah riasanku selesai, ku lihat Gus Ashfa masuk ke dalam kamar kami.
"Ashfa! Cantik ya istrimu?" Seru Ning Azna kepada adik iparnya, seraya menggodanya dengan pertanyaan yang sepertinya akan sulit di jawab oleh Gus Ashfa.
"Iya!" Jawab Gus Ashfa lirih seraya tersenyum dingin ke arah Ning Azna tanpa melihatku, sungguh lagi-lagi aku melihat binar mata yang layu dan sendu dari raut wajahnya. Ya Allah mungkin dia sangat terluka dengan pernikahan ini, hingga menatapku sebentar saja dia pun tak sudi.
Aku berusaha menepis perasaan sedihku, karena aku tak ingin air mataku jatuh saat berada di tengah-tengah keluarga Gus Ashfa, apalagi ini adalah hari bahagia bagi mereka semua.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubbyna "Menanti Cinta"
General FictionSebuah kisah perjodohan antara seorang dokter muda dengan seorang mahasiswi yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren milik keluarga sang dokter. Perjodohan ini sangatlah tidak diinginkan oleh sang dokter, karena sang dokter telah memiliki kekasi...