Bagian 49

1.4K 46 18
                                    

Pagi ini ku lihat Hubby sudah berdandan rapi.

"Mau kemana?" tanyaku.

"Aku mau ikut Gus Ashfa ke rumah sakit, hari ini dokter Aliya kemoterapi, aku ingin menemaninya, apakah boleh Gus?" tanya Hubby.

"Tentu." Aku mengangguk.

Akhirnya pagi ini Hubby ikut denganku ke rumah sakit. Setelah sampai di area parkir rumah sakit, aku biarkan Hubby menuju kamar rawat inap dokter Aliya sedangkan aku menuju ruanganku untuk segera menunaikan tugasku.

Aku bersyukur memiliki Hubby sebagai istriku, melihat sikap tulusnya kepada dokter Aliya membuat aku semakin jatuh cinta padanya. Kesederhanaannya, kelembutan hatinya, dan keikhlasannya membuat aku semakin takjub, dan semakin ingin berusaha menjadi suami terbaik untuknya, sungguh aku teramat sangat mencintai istriku itu.

Pagi sudah menjelang siang, karena waktuku sedikit longgor aku mencoba menemui Hubby yang saat ini sepertinya masih menemani dokter Aliya.

Ku lihat Hubby mengajak dokter Aliya jalan-jalan dengan kursi rodanya di area taman rumah sakit.

"Assalamualaikum!" sapaku pada mereka berdua.

Ku cium pipi istriku di depan dokter Aliya.

"Gus Ashfa!" ku lihat seketika Hubby menghapus bekas ciumanku di pipinya. Sepertinya dia merasa canggung saat dokter Aliya memperhatikan sikap mesraku padanya.

"Bagaimana keadaannya dokter?" tanyaku kemudian pada dokter Aliya.

"Mmm... Lebih baik." Dokter Aliya tersenyum saat menjawab pertanyaanku.

"O iya, sudah agak panas di sini, ayo masuk, biar dokter Aliya bisa istirahat di dalam." kataku.

Aku membantu Hubby mendorong kursi roda dokter Aliya, dan saat dikoridor rumah sakit ketika kita hendak masuk ke kamar dokter Aliya.

"MasyaAllah, Gus Firja!" Hubby menghentikan langkang seorang pria yang berjalan berpapasan dengan kami.

"Gus Ashfa!"

Pria itu seketika menghampiriku, memelukku, dan kemudian bersalaman denganku.

"Apa kabar Gus Ashfa dan Ning Hubby?" tanyanya kemudian.

"Alhamdulillah sehat, Gus Firja apa kabar?" tanyaku juga.

"Alhamdulillah, InsyaAllah masih sangat sehat." Jawab Gus Firja.

"Dokter ini pria yang sebenarnya mau aku kenalin sama dokter." Tiba-tiba Hubby mengatakan hal itu pada dokter Aliya di depan Gus Firja, yang seketika membuat sikap Gus Firja canggung di depan kami.

"Gus Firja, ini sahabatku, yang ingin sekali aku kenalkan sama Gus Firja," kata Hubby dengan begitu polosnya pada Gus Firja.

"O iya?" sahut Gus Firja dengan wajah yang masih canggung.

Meski terlihat terpaksa Gus Firja tetap menunjukkan sikap ramahnya kepada kami, dan kemudian melemparkan senyuman pada dokter Aliya sembari mengatupkan kedua tangannnya dengan berkata, "Assalamualaikum!"

"Waalaikum salam!" sahut dokter Aliya.

Sejenak pertemuan kami menjadi beku, mungkin karena Gus Firja bingung hendak berkata apa setelah perkenalannya dengan dokter Aliya yang secara tiba-tiba.

"O iya, Gus Firja untuk apa kesini?" tanyaku kemudian padanya, berusaha melelehkan suasana ini.

"Mmm... ini, Abiku baru saja mengalami stroke, ada saudara yang menyarankan agar Abi melakukan fisioterapi di sini, karena kemarin saudaraku itu Alhamdulillah sembuh setelah fisioterapi di sini, ditangani oleh dokter Aliya. Tapi tadi saat aku tanya dibagian pendaftaran poli rehabilitasi medis ternyata dokter Aliya masih belum praktek karena sakit." terang Gus Firja pada kami.

Ku lihat dokter Aliya menunduk saat mendengarkan cerita Gus Firja pada kami, mungkin dia merasa sedih karena dia tak lagi bisa melakukan pelayanan pada pasien-pasien yang saat ini membutuhkannya.

"Gus Firja tau dokter Aliya itu siapa?" tanya Hubby kemudian pada Gus Firja.

"Tidak, aku belum pernah bertemu." Jawab Gus Firja dengan tersenyum.

"Ini dokter Aliya, dokter rehabilitasi medis terbaik yang juga sudah membantuku sampai aku bisa berjalan kembali." Hubby memeluk dokter Aliya dari belakang. "Mohon doanya ya Gus, agar dokter Aliya segera sembuh, dan bisa membantu pasiennya lagi!" kata Hubby.

"InsyaAllah!" jawab Gus Firja sembari tersenyum kepada dokter Aliya dan Hubby.

Setelah itu kami berjalan menuju kamar dokter Aliya, sementara Gus Firja melangkah meninggalkan kami.

Aku merasa kurang nyaman melihat dokter Aliya yang dari tadi terdiam, mungkin perkenalannya dengan Gus Firja yang tidak sengaja sangat mempengaruhi suasana hatinya.

"Aliya, aku dan Hubby Minta maaf ya! Sudah mengenalkanmu pada teman kami, padahal mungkin kamu belum ingin berkenalan dengannya." Aku mencoba meminta maaf pada dokter Aliya.

"Tidak apa-apa," sahut dokter Aliya dengan senyuman saat Hubby membantunya untuk naik ke atas tempat tidur.

Tak lama kemudian keluarga dokter Aliya datang, aku dan Hubby berpamitan untuk meninggalkannya, karena saat itu dokter Aliya memang juga harus beristirahat.

Malam ini di saat aku hendak beristirahat dan mulai merebahkan tubuhku di ranjang, handphoneku berdering, tampak nomor yang tidak aku kenal.

"Assalamualaikum!" aku mengangkat telfon itu.

"Waalaikum slm,"

Seorang laki-laki menelfonku, ternyata dia adalah Gus Firja, Gus Firja berkonsultasi padaku tentang dokter rehabilitasi medis yang bagus untuk menangani fisioterapi ayahnya. Setelah kita banya berbincang di telfon, aku meminta maaf padanya tentang kejadian tadi siang, karena secara tidak sengaja istriku telah mengenalkannya pada dokter Aliya, dan karena aku melihat aura Gus Firja saat itu yang kurang berkenan dengan sikap kami.

"Tidak apa-apa," sahut Gus Firja. "O iya, sakit apa memangnya dokter Aliya itu?" tanya Gus Firja kemudian padaku.

"Mmm..." Aku berfikir, pantaskah aku mengungkap penyakit dokter Aliya pada orang yang baru dia kenal, pantaskah aku menceritakan sesuatu yang mungkin adalah privasinya.

"Hallo!" terdengar suara Gus Firja mengejutkan lamunanku.

"Mmm... Dia sakit kanker, dan saat ini berjuang melawan diagnosa dokter untuk bisa bertahan hidup lebih lama," kataku kemudian pada Gus Firja. "Aku minta maaf ya Gus, sudah mengenalkannya padamu, sebenarnya kemarin dia masih sangat sehat, namun tiba-tiba dia drop dan hasil diagnosa dokter mengatakan kalau dia mengidap penyakit yang sangat ganas." Jelasku kemudian padanya.

"MasyaAllah, padahal yang aku dengar dia adalah dokter muda yang sangat energik, pintar, dan sangat ramah." Sahut Gus Firja, "aku berharap dia bisa subuh, dan InsyaAllah aku akan menjenguknya jika aku ada waktu."

"Aamiin," sahutku. "O iya, saat ini Gus Firja ada dimana?" tanyaku penasaran, karena yang aku tahu rumah Gus Firja bukan di kota ini, tapi aku lihat dia sering sekali ada ke kota ini.

"Aku tinggal di Bumiayu Regency," katanya dengan menyebutkan nama sebuah hunian yang letaknya di area kampus yang ada di koto ini. "Kebetulan saat ini aku ada pekerjaan di Universitas Negeri Islam dan institusi swasta yang lain di kota ini, jadi aku pilih untuk tinggal di lokasi yang dekat dengan tempat kerjaku." Terangnya.

Kita pun hanyut dalam obrolan panjang, tentang pekerjaanku, kegiatan Gus Firja, hingga berlanjut pada pertanyaan-pertanyaan Gus Firja tentang dokter Aliya.

Bersambung

Hubbyna "Menanti Cinta"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang