Bagian 37

2.5K 112 2
                                    

Sudah hampir tiga bulan Hubby melakukan fisioterapi bersama dokter Aliya, namun aku lihat tidak ada perkembangan yang signifikan di dalamnya. Hatiku penuh tanda tanya, seharusnya sudah ada perkembangan dari hasil fisioterapi yang telah dilakukan Hubby.

"Apa kamu yakin ingin melanjutkan terapi dengan dokter Aliya?" Tanyaku saat di perjalanan mengantarkan Hubby untuk fisioterapi.

Ku lihat Hubby hanya mengangguk.

"Jika kamu mau, kita bisa coba fisioterapi ke dokter yang lain!" Saranku.

"Tidak usah." Jawabnya.

Ku biarkan Hubby ditemani mbak Nur masuk ke dalam ruang fisioterapi. Sungguh aku selalu berusaha menjaga perasaan Hubby, dengan tidak masuk ke dalam ruangan itu, karena pertemuanku dengan dokter Aliya di depan Hubby, selalu membuat Hubby menjadi acuh dan dingin padaku setelahnya. Jadi sengaja aku menunggunya di luar untuk menghindari kesalahpahaman.

Sesudah fisioterapi selesai, seperti biasa ku gendong Hubby untuk masuk ke dalam mobilku, dan setelah aku menutup pintu mobil di samping tempat duduk Hubby tiba-tiba ku dengar ponsel di dalam kantong celanaku berbunyi.

"Aku ingin bicara tentang perkembangan fisioterapi istrimu!" Ku dengar suara dokter Aliya saat aku mengangkat telfon itu.

"Iya, aku akan segera kesana!" Jawabku seraya menutup telfon itu, dan memasukkannya kembali ke dalam kantong celanaku. "Hubby, tunggu di sini! aku ada kepentingan sebentar di dalam!" Kataku kemudian padanya.

Segera aku tinggalkan Hubby dan mbak Nur yang saat itu ada di dalam mobil. Aku bergegas menuju ruangan dokter Aliya.

"Assalamualaikum!" Salamku ketika masuk ke dalam ruangannya.

"Waalaikum slm!" Ku lihat wanita itu menjawab salamku dengan tersenyum. "Silahkan duduk!" Katanya ramah.

"Ada apa dokter?" Tanyaku.

"Maaf aku sedikit mengganggu waktumu! Aku hanya ingin mengevaluasi perkembangan terapi istrimu, karena aku lihat sama sekali tidak ada perkembangan yang signifikan, padahal jika dilihat dari reaksi otot kakinya saat proses terapi seharusnya sudah ada perkembangan, jika dia benar-benar berlatih dan mengulang gerakan menguatkan otot yang telah kami ajarkan, dan seharusnya jika dia memang sungguh-sungguh berlatih di rumah dia sudah mampu untuk berjalan, atau setidaknya sudah ada perkembangan. " Terang dokter Aliya. "Aku juga sudah tanyakan hal ini pada perawat istrimu, dia bilang, istrimu tidak pernah berlatih untuk menguatkan otat kakinya di rumah, bahkan kata perawat istrimu, istrimu jarang sekali berjemur atau menghirup udara segar di luar rumah." Katanya. "Aku jadi berfikir mungkin itu salah satu faktor penghambat perkembangan kesembuhan istrimu." Lanjutnya. "Aku mohon dokter! Dukung istrimu agar dia punya motivasi untuk terus berlatih agar dia segera sembuh! Aku yakin dokter juga pasti bisa membantu istri dokter di rumah untuk berlatih mengulang gerakan-gerakan menguatkan otot kakinya yang sudah kami ajarkan!"

"Iya, tentu! Aku akan melatihnya di rumah." Jawabku dengan tersenyum ke arahnya.

"Okey, terimakasih, hanya itu saja yang ingin aku sampaikan, semoga istri dokter lekas sembuh!" Katanya kemudian.

"Sama-sama, terimakasih juga dokter telah membantu istriku!" Jawabku, "insyaAllah aku akan lebih meluangkan waktu untuk melatihnya di rumah!" Lanjutku. "Aku pamit dulu!" Kataku dengan beranjak dari kursiku. "Assalamualaikum!" Salamku kemudian seraya berbalik meninggalkan ruangan dokter Aliya.

Aku menghelan nafas panjang setelah menutup pintu ruang itu. Ya Allah apa yang sebenarnya terjadi pada Hubby, kenapa dia bersikap seolah-olah dia kehilangan semangat hidup, sungguh aku begitu bingung dan tidak dapat memahami sikapnya. Apakah mungkin semua itu karena pengaruh pertemuannya yang intensif dengan dokter Aliya, apakah kesediaannya terapi dengan dokter Aliya selama ini hanyalah pura-pura untuk menutupi egonya saja, hingga akhirnya tidak ada hasil yang signifikan di dalamnya, karena apa yang dia lakukan sebenarnya tidak sejalan dengan hatinya.

Hubbyna "Menanti Cinta"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang