Season 2 (POV dr. Ashfa)

2.7K 103 13
                                    

Bagian 33

Aku terjaga dari tidurku, aku lihat selang infus sudah menempel di tanganku.

"Alhamdulillah kamu sudah siuman!" Kata Ummiku.

"Ummi bagaimana keadaan Hubby?" Yang Aku ingat saat itu hanyalah Hubby, karena aku mengalami kecelakaan bersamanya setelah acara tajdidun nikah di pesantren milik sahabatku. Aku segera bangkit dari tidurku, dan berusaha duduk duduk dengan tegap.

"Hubby di kamar sebelah bersama Ning Azna dan mertuamu." Kata Ummi. "Kamu istirahatlah dulu!" Pintanya dengan menyuruhku tidur kembali.

"Aku sudah merasa sehat Ummi." Kataku pada Ummi.

Aku begitu ingin segera melihat keadaan Hubby, entah apa yang terjadi padanya saat kecelakaan itu, karena aku sama sekali tidak bisa mengingat apa-apa. Dan aku rasa pertolongan Allah lah yang menyelamatkan kami dari musibah itu.

Ummiku mengatakan tak ada yang serius dengan keadaanku, hanya saja aku baru siuman setelah 35 jam aku pingsan. Aku juga merasakan tak ada luka apa pun di tubuhku, sungguh ini karena karunia Allah.

Setelah dokter memeriksaku, dan mengizinkanku untuk keluar dari rumah sakit, aku bergegas mencari Hubby.

"Terimakasih ya dok!" Kataku pada dokter yang menanganiku.

"Sama-sama dok!" Jawabnya.

Aku segera keluar dari kamarku setelah perawat melepas jarum infus di tanganku. Dan Ummi terlihat mengikuti langkahku.

"Ashfa, sabar ya!" Katanya dengan menepuk-nepuk lenganku.

Aku merasa curiga, ada apa gerangan dengan keadaan Hubby, sungguh semua penuh tanda tanya.

"Ada apa dengan Hubby Ummi?" Tanyaku.

Ummi seketika tersenyum ke arahku, dan kemudian mengajakku duduk di kersi panjang yang ada di depan ruang pasien.

"Waktu kecelakaan Hubby terpental keluar mobil, kata dokter dia mengalami cidera syaraf tulang belakang yang mengakibatkan kelumpuhan di kakinya." Terang Ummiku dengan lembut. "Tapi sudah dilakukan oprasi dan dia juga sudah melewati masa kritisnya, dan dokter mengatakan semua akan baik-baik saja." Ujar Ummiku kemudian.

"Iya." Jawabku dengan tersenyum ke arah Ummiku yang mulai meneteskan air mata.

"Dukung dia ya nak! Kasih semangat agar istrimu tidak bersedih!" Kata Ummiku dengan menggenggam tanganku.

Aku mengangguk seraya kemudian bangkit dari tempat dudukku, dan melangkah menuju kamar rawat inap istriku. Ku lihat di sana ibu mertua dan kak Azna sedang menemani Hubby Yang terlihat lemah dan lesu.

"Assalamualaikum!" Salamku memecah kehening di dalam ruangan itu, segera aku cium tangan Ummi mertua dan kakak iparku sebelum aku menyapa Hubby.

Dan sesaat setelah itu, kulihat mata Hubby berkaca-kaca saat aku mulai menatapnya. Ku kecup kening istriku itu penuh cinta seraya ku genggam tangannya. Dan ku dengar setelah itu Ummi mertua dan kak Azna berpamitan meninggalkan kami.

"Jangan menangis!" Kataku sembari mengusap air matanya yang mulai menetes di pipi.  "Jika kamu sudah boleh pulang, nanti kita akan pindah ke rumah baru!" Kataku berusaha menghiburnya.

Ku lihat Hubby hanya terdiam mendengarkanku.

"Aku mau pulang ke rumah Ummiku saja!" Katanya kemudian.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Siapa nanti yang akan mengurusku jika aku tinggal bersama Gus Ashfa?" Katanya dengan memalingkan muka dari pandanganku. "Saat ini aku bukanlah istri yang berguna, aku lumpuh!" Katanya dengan derai air mata.

"Dengarkan aku! Kamu boleh pulang ke rumah Ummi, tapi nanti jika kamu sudah sehat!" Jawabku lembut. "Saat ini biarlah aku yang mengurusmu ya!" Kataku dengan kembali mengusap air matanya.

Dia menatapku dan kembali berurai air mata. "Aku tidak ingin merepotkan Gus Ashfa!" Katanya.

"Hai!" Segera aku sentuh bibirnya dengan jari telunjukku. "Mana ada suami yang direpotkan oleh istrinya." Kataku kemudian. "Jika aku membiarkan Ummi yang merawatmu, aku akan berdosa." Lanjutku dengan tersenyum padanya. "Jangan bersedih! Semua akan baik-baik saja."

Ku lihat wanita cantik yang terkulai lemas di hadapanku itu hanya menjawab dengan senyuman yang sangat terpaksa.

"Jika cobaan selama lebih dari lima tahun menjadi istriku bisa kamu lewati dengan ikhlas dan senyuman, kenapa sakit yang baru dua hari saja bisa membuat hatimu lemah." Kataku mencoba menyemangatinya. "Ayolah sayang! Tersenyumlah! Semangat lah untuk sembuh! Kita masih punya proyek membuat pesanan Ummi kan?" Kataku menggodanya.

"Mmmm... Gus Ashfa!" Sahutnya dengan sedikit senyuman lepas sembari mencubit pinggangku.

"Nah! Begitu dong!" Kataku sembari mencubit hidungnya. "Sekarang istirahatlah! Aku akan pulang sebentar ke rumah, aku akan mandi dan ganti baju!" Kataku padanya. "Jangan bersedih ya! Ingat! Allah suka mendengar doa-doamu! Karena itu kamu dipilih untuk menghadapi semua ini!" Pesanku sebelum aku meninggalkannya. "Selalu semangat! Aku akan selalu menemanimu!" Kataku dengan menyentuh kedua pipinya.

Bersambung

Hubbyna "Menanti Cinta"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang