Melihat sikap dingin Hubby, ada beban di pikiranku. Aku putuskan untuk tidak menjenguk dokter Aliya lagi, karena aku berusaha untuk lebih menjaga perasaannya.
Aku mencoba menghubungi Hubby setelah aku sampai ruang kerjaku. Aku menghubunginya lewat vedio call agar dia dapat melihat aktivitasku, dimana aku berada, dan sedang apa aku sekarang.
"Sayang! Kenapa belum tidur?" tanyaku saat melihatnya masih memakai mukenah.
"Baru selesai sholat," jawabnya.
Masih tampak kesedihan di aura wajah Hubby, dan terlihat juga sembab di kelopak matanya.
"Sayang! tidak usah di tutup telfonnya, aku ingin menemani kamu sampai kamu tertidur nanti," kataku padanya.
Hubby hanya tersenyum tipis menjawab kata-kataku.
"Dokter! dokter Aliya tadi sempat koma," kata salah satu temanku yang baru saja membuka pintu masuk ke dalam ruangan ini.
Aku terkejut mendengarnya, mungkin Hubby di sana pun mendengar berita tentang dokter Aliya yang baru saja disampaikan temanku.
"Kalau dokter Ashfa ingin melihat dokter Aliya, tidak apa-apa, tutup saja telfonnya."
Hubby tersenyum saat mengatakan hal itu padaku.
"Tidak! Aku di rumah sakit ini sampai besok pagi, aku masih bisa melihat keadaan dokter Aliya nanti jika ada waktu luang. Saat ini aku masih ingin menemani istriku." Jawabku dengan membalas senyumnya.
Sungguh sebenarnya perasaanku dalam dilema diantara memikirkan perasaan Hubby dan ingin mengetahui keadaan dokter Aliya.
Sesaat setelah itu tiba-tiba jaringan sinyal telfonku mengalami gangguan, telfon kita terputus, dan entah kenapa saat aku menghubungi Hubby lagi, handphone-nya sudah tidak dapat dihubungi.
Aku menghelan nafas panjang, aku letakkan handphone-ku itu di meja kerjaku setelah aku tidak dapat menghubungi Hubby, aku bergegas keluar dari ruanganku, karena jujur aku ingin mengetahui keadaan dokter Aliya.
Ku lihat keluarga dokter Aliya sudah berkumpul saat aku sampai di depan kamar rawat inapnya. Entah apa yang terjadi padanya, sepertinya dia mengalami sakit yang sangat serius.
Aku hanya melihat keadaan dokter Aliya dari luar jendela kaca pintu kamarnya, aku tidak ingin masuk dan mengganggu konsentrasi dokter yang saat itu sedang memeriksanya.
Tak lam setelah itu, dokter ahli penyakit dalam yang menangani dokter Aliya keluar dari ruangan.
"Malam dokter!" sapaku.
"Malam! tidak masuk ke dalam?" tanya dokter padaku.
"Sepertinya pasien masih istirahat," sahutku. "O iya dok, aku dengar dokter Aliya tadi sempat koma?" tanyaku dengan mengikuti langkah dokter yang menangani penyakit dokter Aliya.
"Iya, tadi sempat koma beberapa menit, tapi saat semua keluarganya datang, dia mulai sadar." Jelas dokter.
"Memangnya dokter Aliya sakit apa?" tanyaku penasaran.
"Mmmm... Aku pikir awalnya hanya sakit tipus atau asam lambung saja, karena beberapa kali dia muntah darah akhirnya kami melakukan pemeriksaan lebih lanjut, ternyata setelah hasil rontgennya keluar, ada kanker yang sudah menyebar di pankreasnya," jelas dokter. "Dokter Aliya mengidap kanker pangkreas."
Ungkapan dokter Gallius, dokter senior ahli penyakit dalam yang menangani penyakit dokter Aliya.
"Aku dengar dia teman kuliahmu waktu S1?" tanya dokter Gallius kemudian dengan melingkarkan tangannya di pundakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubbyna "Menanti Cinta"
Fiksi UmumSebuah kisah perjodohan antara seorang dokter muda dengan seorang mahasiswi yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren milik keluarga sang dokter. Perjodohan ini sangatlah tidak diinginkan oleh sang dokter, karena sang dokter telah memiliki kekasi...