Hari ini adalah hari dimana aku dan Gus Ashfa akan melakukan acara tajdidun nikah. Ku lihat Gus Ashfa telah mempersiapkan semuanya. Bahkan keluarga Gus Ashfa pun mendukung rencana ini. Entah bagaimana cara Gus Ashfa meyakinkan mereka semua, hingga mereka semua begitu antusias dan berbahagia untuk menghadiri acara ini.
"Ummi aku pamit dulu! Nanti acaranya jam setengah sebelas, dan aku sudah bilang sama mas Ahmad dan mas Azka!" Gus Ashfa berpamitan pada Umminya pagi ini. "Aku dan Hubby berangkat dulu karena ada sesuatu yang harus kami selesaikan!" Kata pria itu kemudian.
"Ashfa! Abahmu masih d luar kota, mungkin dia tidak bisa hadir." Kata Ummi Arifah.
"Tidak apa-apa Ummi, yang penting doa dari Abah saja." Jawab suamiku.
Setelah mencium tangan Ummi kita pun keluar dari rumah itu. Gus Ashfa dan aku sengaja berangkat terlebih dahulu karena Gus Ashfa mengatakan banyak yang harus dia selesaikan sebelum acara. Dan ketika dalam perjalanan ku dengar dia menelefon Abahku membicarakan tentang jadwal acara tajdidun nikah dimulai. Dan entah dengan siapa lagi Gus Ashfa metelfon karena aku lihat dia begitu sibuk menyetir mobil sambil memegang ponselnya.
"Alhamdulillah Hubby! Semua berjalan lancar, Abah dan Ummi sudah bersiap untuk berangkat. Keluargaku juga sudah siap. Catering juga sudah siap. Semua juga sudah siap, tinggal pengantinnya yang belum, dan yang harus aku siapkan." Kata Gus Ashfa.
"Maksut Gus Ashfa?" Tanyaku.
Gus Ashfa hanya tersenyum menjawab pertanyaanku dengan terus melajukan mobilnya yang kemudian tiba-tiba berhenti.
"Ayo turun!" Kata Gus Ashfa ketika mobilnya berhenti di sebuah ruko yang bertuliskan "boutique dan Bridal Salon"
"Untuk apa kesini?" Tanyaku.
"Kamu harus dandan yang cantik!" Katanya seraya keluar dan membukakan pintu mobil untukku.
Digandengnya tanganku untuk masuk ke dalam tempat itu.
"Selamat pagi dokter!" Sapa pemilik salon. "Ini pengantinnya?... Cantik sekali!" Kata wanita yang sepertinya seorang waria itu ramah padaku. "Yuk duduk dulu!" Katanya kemudian padaku. "Sebentar ya dok saya ambil baju pengantinnya yang kemarin sudah dokter pesan." Kata wanita itu kemudian.
Tak lama kemudian wanita itu pun kembali dengan membawa baju pengantin, sebuah kebaya modern warna abu-abu muda yang begitu cantik.
"Ayo dicoba!" Kata wanita itu padaku. "Waaah! Pas sekali! Cantik! Ukuran yang dokter berikan benar-benar pas!" Kata wanita itu saat melihat baju pengantin itu pas melekat di tubuhku.
Sepertinya Gus Ashfa memang sudah merencanakan semuanya, bahkan baju pengantin yang akan aku kenakan di hari pernikahan ini pun telah dia pesan.
"Kamu cantik!" Puji Gus Ashfa saat melihatku yang baru selesai dirias oleh wanita itu. Dipeluknya diriku dan dipandanginya wajahku dari cermin meja rias.
"Serasi sekali! Cantik dan tampan!" Puji wanita itu kemudian saat melihat aku dan Gus Ashfa yang sedang berada di depan meja riasannya.
"O iya Betty! Terimakasih banyak ya! Aku pergi dulu karena acaranya sudah hampir dimulai!" Kata Gus Ashfa kemudian pada wanita itu.
"Okey dokter!" Kata wanita itu dengan nada suara yang terdengar berlebihan atau biasa orang sebut lebay.
Aku dan Gus Ashfa pun segera berlalu dari tempat itu, menuju pesantren ustadz Ja'far yang perjalanannya sekitar kurang lebih satu jam dari tempat ini.
"Hubby! Ada di mana? semua keluarga sudah berkumpul!" Tanya Ummiku yang baru saja menelfonku.
"Iya Ummi ini sudah di perjalanan." Jawabku.
Ku lihat jam di ponselku, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 10.00, dan tiga puluh menit lagi acara akad akan segera dimulai.
"Gus Ashfa! Semua tamu, keluarga sudah menunggu kita di sana!" Kataku pada Gus Ashfa dengan nada cemas.
"Iya sayang!" Jawabnya santai dengan tersenyum dan terus melajukan mobilnya.
Dan setelah tiga puluh menit kemudian.
"Nah ini pengantinnya yang di tunggu-tunggu sudah datang!" Terlihat raut kebahagiaan dari keluarga yang sedang menunggu kehadiran kami, keluargaku dan keluarga Gus Ashfa. Tampak ustadz Ja'far dan santrinya pun sudah siap untuk menyaksikan pernikahan kami.
Tak lama kemudian acara tajdidun nikah dimulai. Abahku menjadi wali dalam acara pernikahan keduaku ini. Kembali aku mendengar suara Gus Ashfa mengucapkan ijab Kabul, dan Gus Ashfa pun dapat melewati semuanya dengan lancar, hingga ucapan Syah dari para saksi dan para santri ustadz Ja'far terdengar.
Tangis haru datang menyelimuti saat merdunya sholawat nabi yang dilantunkan para santri terdengar. Aku yang saat itu duduk didampingi Ning Azna, segera Ning Azna giring untuk mendatangi Gus Ashfa. Ku cium tangan kanan Gus Ashfa yang saat itu telah berdiri di hadapanu, dan Gus Ashfa balas cium tangan itu dengan ciuman hangat di keningku.
MasyaAllah rasanya berdebar jantungku. "Hubby!" Seru Gus Ashfa lembut memanggilku. " I love you!" Bisiknya di telingaku. Segera aku cubit perut Gus Ashfa saat itu, karena jujur aku malu jika sampai ada orang yang mendengar ungkapan Gus Ashfa itu. Karena ungkapan seperti itu bagiku lebih pantas dikatakan saat kita sedang berdua saja. "Auuuu!!" Teriak Gus Ashfa kemudian saat menerima cubitanku.
Beberapa menit kemudian acara silaturahmi tajdidun nikah kami pun selesai. Keluargaku dan keluarga Gus Ashfa berpamitan undur diri dari pesantren ustadz Ja'far. Sementara Gus Ashfa masih bersilaturahmi dengan ustadz Ja'far berterima kasih karena telah diberi tempat untuk kami melaksanakan acara tajdidun nikah ini.
Dan sesaat setelah itu kami pun berpamitan undur diri dari kediaman ustadz Ja'far. Gus Ashfa mengajakku masuk ke dalam mobilnya, mobil kita pun melaju keluar dari kawasan pesantren ustadz Ja'far.
"Hubby! Terimakasih ya!" Kata Gus Ashfa padaku sambil mencium tangan kananku saat berada di dalam mobilnya.
"Terimakasih untuk apa?" Tanyaku.
"Untuk kesabaranmu sampai hari ini!" Katanya dengan menatap mataku.
"Gus Ashfa, lihat depan! Konsentrasi nyetir mobilnya!" Kataku dengan menyentuh pipi Gus Ashfa agar melihat ke arah jalan.
"Hubby! Kita bulan madu ya!" Katanya lagi. "Ummi ingin kita segera memberinya cucu!" lanjutnya. "Kamu sudah siapkan?" Tanyanya menggodaku.
"Mmmm... Mmm!" Aku menggumam dengan mengangguk malu-malu.
Sungguh tak dapat aku lukisan rasa bahagiaku saat ini ketika berdua bersama suamiku yang terlihat sangat mencintaiku.
"Gus Ashfa!" Seruku lirih.
"Apa?" Tanya Gus Ashfa.
"I love you!" Kataku kemudia sambil mencium pipi sebelah kirinya.
"Hubby!" Seru Gus Ashfa sambil melihat ke arahku dengan senyum bahagia saat menerima ciumanku yang tiba-tiba. Hingga dia tak sadar kalau di depannya ada seseorang yang sedang menyebrang jalan.
"Gus Ashfa awas!!!" Teriakku.
Gus Ashfa pun segera membelokkan setir mobilnya untuk menghindari penyebrang jalan itu, tanpa sadar mobil Gus Ashfa berbelok naik ke atas trotoar dan menabrak pohon besar peneduh jalan.
Aku pun segera berteriak "Allahuakbar! Allahuakbar! Allahuakbar!"
Tamat
Berlanjut di season ke 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubbyna "Menanti Cinta"
General FictionSebuah kisah perjodohan antara seorang dokter muda dengan seorang mahasiswi yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren milik keluarga sang dokter. Perjodohan ini sangatlah tidak diinginkan oleh sang dokter, karena sang dokter telah memiliki kekasi...