Arze © Kelompok 3
Chapter 03
Written by noppysyz
Sore ini jalanan terlihat macet oleh kendaraan lainnya. Kebanyakan dari mereka para pekerja yang baru pulang kerja. Zella dan Abar adalah salah satu pelajar yang masih terjebak dalam kemacetan. Sesekali ia menggerutu akibat teriknya matahari sore yang bisa membuatnya terpanggang jika hoodie biru tua tidak melekat di tubuhnya. Ia ingin melanjutkan aksi mengomelnya jika saja pandangannya tidak bertemu dengan segerombolan anak-anak jalanan yang sedang mengamen. Jika ia memberi suatu perbandingan, mungkin dirinya jauh lebih baik dari mereka. Tampak anak perempuan berusia sepuluh tahun berjalan dari pengendara satu ke pengendara lainnya. Anak itu menyodorkan kaleng yang sudah di cat dan sama sekali tidak ada raut menyerah dalam guratan wajah mereka. Zella tertegun kemudian menghela napas perlahan. Seharusnya di awal ia tidak mengeluh apapun tentang panasnya terik matahari.
Setelah sampai di rumahnya Zella berjalan gontai menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Seharusnya ia bisa melampiaskan rasa kesalnya ketika bermain basket. Tapi belum kesampaian dan ia merasa sedikit frustasi. Usai mandi Zella merebahkan tubuhnya di ranjang bermotif doraemon miliknya. Namun, sekejap kemudian ia bangkit dari tidurnya dan duduk di kursi belajarnya. Ia mulai membuka buku pelajaran dan membacanya. Lima belas menit berlalu namun, semua materi yang ia baca tidak ada satupun yang nempel di otaknya.
''Arsen lagi apa ya sekarang?'' gumamnya. Ingatannya terlempar sewaktu pulang sekolah kemarin dan dadanya seketika terasa sesak.
Zella menghela napas berat dan kembali memfokuskan pikirannya pada pelajaran Geografi di depannya. Walaupun ia tahu semua yang ia pelajari akan sia-sia karena di dalam otaknya hanya ada tentang Arsen, Arsen dan Arsen.
Tok Tok Tok
Mendengar suara pintu kamarnya diketuk Zella keluar dan mendapati adik laki-lakinya sedang berdiri dengan memegang smartphone.
"Kenapa?" tanya Zella datar.
Anak laki-laki yang masih duduk di bangku kelas 6 SD itu masih fokus dengan game yang sedang ia mainkan. Ia melupakan fakta jika sedang berada di depan kamar kakaknya.
Zella memutar bola matanya malas. Kalau ia bukan kakak yang baik dan budiman, mungkin adiknya ini akan berakhir dengan rambut yang gundul. "Di, kamu mau bilang apa sih? Cepetan bilang. Kakak mau belajar," ucap Zella.
"Mana ada orang belajar nyebut-nyebut nama bang Arsen," balas Didi yang fokusnya belum teralih dari game di depannya.
"Heh!" Zella yang ingin menjambak rambut adik semata wayangnya itu namun, berhasil menghindar karena ia sudah hafal betul kelakuan buruk kakaknya.
Satu keluarga Zella pun sudah tahu tentang kedekatannya dengan Arsen. Jadi ia tidak perlu takut saat membahas tentang Arsen. Contohnya seperti saat ini. Mereka sedang makan malam bersama. Adik nakalnya itu ternyata menghampirinya karena menyuruhnya untuk turun dan makan malam. Aish, jika adiknya tidak pintar dan menggemaskan mungkin ia akan mengeluarkan namanya dari kartu keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
03:Arze✔
Teen Fiction#LavenderWritersSeason4 #TemaMemperjuangkan #Kelompok3 ••• Mencintai tanpa memiliki mungkin itu terdengar sangat menyedihkan. Tapi tidak bagi Azella, mencintai Arsen itu sudah menjadi kewajiban baginya. Ia menganggap mencintai Arsen sama seperti lom...