Arze © Kelompok 3
Chapter 33
Written by noppysyz
Hari demi hari terus berlalu. Baik Zella maupun teman-temannya, semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tidak bisa di pungkiri, di usia seperti mereka adalah masa-masa untuk memikirkan pekerjaan, kegiatan jangka panjang, dan ... menikah. Menyudahi kesenangan masa-masa SMA, karena masa depan mereka tergantung perubahan di masa ini.
Zella menyusun buku-bukunya dan memasukannya ke dalam tas. Perpustakaan kampusnya tidak terlalu ramai, karena beberapa mahasiswa memilih untuk belajar di luar ruangan, sedangkan Zella saat ini lebih nyaman di tempat yang tenang. Saat ia baru saja keluar dari pintu perpustakaan, seseorang memanggilnya. Dan ternyata seseorang itu adalah Ben. Zella sangat ingat siapa pria itu. Berkatnya Zella sering masuk ke dalam majalah kampus. Karena Ben ialah penanggung jawabnya. Dan jika pria tersebut memanggilnya, berarti ada pekerjaan yang harus ia lakukan.
“Kenapa, Ben?” tanya Zella sesampainya di hadapan Ben.
Pria tersebut terkekeh pelan lalu berujar, “salam dulu ke, atau sapa gue dulu gitu.”
Zella hanya membalasnya dengan cengiran. Sejujurnya, ia bukannya sok sibuk atau apalah itu. Tapi memang dirinya tidak punya banyak waktu sekadar untuk basa-basi. Pria di depannya itu termasuk mahasiswa berkompeten di kampusnya. Entah mengapa dirinya sering di jadikan model di setiap majalah yang ia terbitkan.
“Kopi?” goda pria itu lengkap dengan senyum manis andalannya.
Ah, Zella hampir lupa jika pria di depannya itu benar-benar mahasiswa-able. Berprestasi dan berbakat, humoris, displin, tampan dan terlihat macho dengan potongan rambut yang terlihat pas di wajahnya.
Mereka sengaja memilih cafe dekat kampus dan tidak butuh lama untuk sampai di cafe tempat mereka akan membahas pekerjaan selanjutnya.
“Banyak tugas?” tanya Ben yang melihat Zella asik membuka-buka bukunya.
Zella menggeleng pelan tapi kembali menganggukan kepalanya. Ia sendiri tidak bisa mendefinisikan kesibukannya ini. Terkadang ia merasa tidak mempunyai tugas apapun, tapi di satu sisi dirinya merasa sudah tertinggal jauh sekali.
Cafe yang tidak terlalu ramai pengunjung menimbulkan rasa nyaman pada Zella. Tempat ini akan menjadi tempat belajarnya di lain waktu.
Ben mengeluarkan kamera yang sedari tadi melekat di dalam tas kecil di perutnya. Ia menjadikan Zella sebagai objek foto randomnya. Sedangkan Zella masih sibuk memandang ke luar jendela memperhatikan orang berlalu-lalang. Di antaranya ada mahasiswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
03:Arze✔
Teen Fiction#LavenderWritersSeason4 #TemaMemperjuangkan #Kelompok3 ••• Mencintai tanpa memiliki mungkin itu terdengar sangat menyedihkan. Tapi tidak bagi Azella, mencintai Arsen itu sudah menjadi kewajiban baginya. Ia menganggap mencintai Arsen sama seperti lom...