Arze © Kelompok 3
Chapter 12
Written by noppysyz
Dalam keadaan sesak pun Zella masih memikirkan Arsen. Dadanya terasa sakit tapi lebih sakit lagi ketika ia mengingat kenyataan tentang hubungannya dengan Arsen. Rasa sesak di dadanya baru-baru ini semakin pekat ia rasakan. Mungkin karena ia terlalu banyak beban pikiran sampai lupa dengan istirahat. Apapun itu Zella ingin memejamkan matanya tanpa rasa sakit yang membekas.
Matahari telah tenggelam, digantikan dengan indahnya rembulan malam hari. Zella menggeliat di atas kasurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Akh, apakah ia tertidur selama itu sampai-sampai melupakan makan malam? Zella bangkit dari tidurnya namun, hal yang pertama ia rasakan adalah pusing. Kepalanya berat lengkap dengan perut yang terasa lapar. Dengan tenaga yang tersisa, Zella berjalan perlahan menuju dapur. Barangkali ia menemukan sesuatu yang dapat ia makan untuk mengganjal perutnya.
Zella meraih roti lapis dan segelas susu cokelat yang sepertinya sengaja disisakan untuknya. Rumahnya kelihatan sepi. Ia sendiri tidak tahu ke mana keluargana pergi. Belum lama ia menikmati makannya, Zella dikejutkan dengan kehadiran sesosok pria dengan setumpuk koran ditangannya.
“Astaga.” Zella memegang dadanya terkejut. Ia menatap tajam Sergio yang berada diambang pintu.
“Sorry, Papa ngangetin, ya?” tanya Sergio dengan raut bersalah.
Zella mengerucutkan bibirnya namun, kembali menikmati cemilan malamnya.
Sergio duduk tepat disebelah Zella dan meletakkan koran-koran yang baru ia beli diatas meja. “Mama dan adikmu sedang pergi. Papa nggak tahu mereka kemana karena, Papa juga baru pulang beli koran di pinggir jalan,” jelas Sergio.
Zella hanya ber ‘o’ ria lalu kembali fokus untuk menyantap makanannya.
“Tadi Papa dengar dari Mama, kamu down lagi, ya?”
“He'em.”
“Obatnya udah diminum?”
“Iya, nanti.”
Sergio memperhatikan Zella yang lahap memakan makanannya. Hatinya sedikit teriris melihat putrinya yang sekarang sedikit lebih kurus. Seharusnya masa-masa remaja adalah masa untuk menciptakan banyak kenangan untuk dikenang saat tua nanti.
“Lapar banget kayaknya,” ucap Sergio lalu terkekeh demi menyembunyikan kesedihannya.
Zella menelan suapan terkahir rotinya. “Udah makan kok, Pa. Tapi nggak tahu kenapa sekarang jadi lapar banget.”
“Nggak masalah. Yang penting anak Papa harus lebih kuat dan semangat lagi,” lanjutnya, “mau ke teras bareng Papa?”
“Boleh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
03:Arze✔
Teen Fiction#LavenderWritersSeason4 #TemaMemperjuangkan #Kelompok3 ••• Mencintai tanpa memiliki mungkin itu terdengar sangat menyedihkan. Tapi tidak bagi Azella, mencintai Arsen itu sudah menjadi kewajiban baginya. Ia menganggap mencintai Arsen sama seperti lom...