Part 24 (Labil)

568 71 27
                                    

Pagi hari yang cerah telah datang kembali. Starlight terbangun dengan perasaan tak bersemangat. Entah mengapa, tapi itulah yang dia rasakan saat ini.

Tok... Tok... Tok...

"Masuklah," ujar Starlight saat ada yang mengetuk pintu kamarnya.

"Kak Starlight?"

"Ternyata itu kau Robin? Aku pikir siapa," ujar Starlight setengah bergumam.

"Ada apa kak? Hari ini kau kelihatan tidak bersemangat, ada apa?" tanya Robin.

"Aku tidak tau. Aku tiba tiba merasa begitu saja," balas Starlight.

Robin menatap Starlight dengan sungguh sungguh. Ada yang berbeda dengan aura di sekitar Starlight hari ini. Biasanya saat berada di dekat Starlight, Robin merasa hangat. Tapi kali ini terasa dingin. Ada apa dengan Starlight sebenarnya?

"Kakak, apa kau tidak ingin bercerita sesuatu kepadaku?" tanya Robin.

"Egh, aku sendiri tidak tau apa alasannya aku seperti ini," jawab Starlight.

Phoenix, apa yang terjadi pada diriku? Apakah ada sesuatu yang terjadi sekarang? Tapi apa?

Tiba tiba Starlight merasakan kepalanya pusing dan sekelilingnya menjadi buyar.

"Kak? Kak Starlight? Kakak kau kenapa?" teriakan Robin semakin lama terdengar semakin pelan dan menghilang dari pendengaran Starlight.

                 *                 *                *

Starlight membuka matanya dengan rasa pusing di kepalanya. Kepalanya masih pusing dan berkunang kunang.

"Starlight, kau baik baik saja? Apa kau merasa ada yang sakit?" tanya Michael cemas.

"Michael?"

"Kau tidak apa apa? Katakan di mana rasa sajutnya?" lanjut Michael. Namun Starlight hanya menggelengkan kepalanya. "Ada apa?"

Lagi lagi jawaban Starlight hanya gelengan kepala yang tidak jelas artinya.

"Kak Starlight, ini aku ambilkan minuman hangat. Minumlah agar kau merasa lebih baik," ujar Robin sambil membawa segelas teh hangat.

Starlight pun segera menerima teh pemberian Robin sambil tersenyum kecil. "Terima kasih Robin," ujarnya lembut.

Starlight segera meminum tehnya dengan perlahan. Tangannya bergetar saat mendekatkan bibirnya dengan bibir gelas tersebut.

Melihat reaksi Starlight, Michael merasa ada yang aneh dengan tingkah Starlight. "Starlight, kau yakin kau tidak apa apa? Tanganmu bergetar seakan akan kau ketakutan pada suatu hal. Apa yang kau takutkan?"

Starlight mengeritkan alisnya sesaat. Michael benar, tangannya bergetar. Tapi kenapa tangannya bergetar? Apa yang sedang dia takutkan? Pikir Starlight.

"Michael, apa kau mencintaiku?" tanya Starlight tiba tiba. Michael dan Robin pun sangat terkejut dengan pertanyaan tersebut.

"Apa maksudmu bicara begitu? Kau tau aku sangat mencintaimu Starlight. Kalau tidak bagaimana mungkin Phoenix akan memilihku? Bukankah kau sendiri yang bilang kalau pilihan Phoenix itu adalah yang terbaik bagimu?" balas Michael panjang lebar.

"Aku tau itu, tapi sesungguhnya aku sendiri tidak tau kenapa aku harus menanyakan hal itu padamu," ujar Starlight.

"Apa maksudmu?" tanya Michael.

Starlight menatap ke arah bawah sesaat lalu menggelengkan kepanya seakan akan menyadari sesuatu. "Sudahlah, lupakan saja. Itu tidak terlalu penting," jawab Starlight setengah bergumam pada 4 kalimat terakhir.

"Sekarang aku ingin bertanya padamu." Starlight menatap ke arah Michael dengan ekspresi bertanya.

"Bertanya tentang apa?"

Michael menarik napas sesaat lalu membuangnya. "Bagaimana kelanjutannya tentang masalah Arlon dan Natasha?"

Starlight langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain saat mendengar pertanyaan Michael.

"Starlight, semua keputusan ada di tanganmu. Karena kalau kau mau membantu, aku yakin Phoenix juga mau membantu," ujar Michael.

Starlight membuang pandangannya ke arah lain. "Aku tidak tau. Aku mau membantu Natasha. Tapi tidak dengan Arlon," ujarnya acuh.

"Tapi kalau kau membantu Arlon bukanlah sama saja kau membantu Natasha?" sahut Michael dengan nada yang agak memaksa.

Starlight yang tadinya membuang pandangannya langsung menatap tajam Michael. Robin merasa suasananya mulai panas, pasti akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Kenapa kau kedengarannya seperti memihak Arlon dari pada aku?" tanya Starlight.

"A-apa maksudmu? Aku tidak memihak siapapun. Aku hanya mengatakan apa yang terjadi saja. Kenapa kau jadi marah begitu?" balas Michael.

Sudah kuduga ini pasti akan terjadi. Suasananya jadi tegang. Robin menatap ke arah Starlight untuk sesaat.

"H-hei, s-sudahlah, k-kenapa suasananya jadi tegang begini?" sela Robin menengahi dengan nada gugup.

"Benarkan apa kataku?" ujar Starlight mengulangi pertanyaannya tanpa memperdulikan ucapan Robin. "Kau lebih memihak Arlon dari pada aku."

"Itu tidak benar, aku hanya ingin kalian semua sama sama diuntungkan. Lagi pula apa ruginya kau membantu Arlon, Starlight? Kau sama sekali tidak rugikan?" balas Michael.

"Kalimatmu barusan membuktikan  bahwa kau lebih memihak Arlon, orang yang sudah menyakiti perasaanku dari pada aku kekasihmu sendiri!" Starlight segera pergi meninggalkan tempat tersebut dengan wajah yang kesal.

"Hei Starlight, dengarkan dulu penjelasanku! Starlight!"

Sayangnya Starlight sama sekali tidak memperdulikan ucapan Michael tersebut.

"Apa yang terjadi dengan gadis itu?" gumam Michael pelan. "Apakah kalimatku tadi memang salah?"

"Tapi dilihat dari karakternya barusan. Kak Starlight tidak terlihat seperti kak Starlight yang biasanya. Apa itu hanya perasaanku saja ya?" ujar Robin tiba tiba.

"Apa maksudmu?" tanya Michael.

"Sejak tadi saat berada di dekat kak Starlight auranya terasa dingin. Tidak seperti biasanya, hangat dan nyaman. Aku pikir itu hanya perasaanku. Tapi melihat tingkah kak Starlight barusan aku jadi yakin ada yang tidak beres dengannya," ujar Robin menjelaskan.

Michael mencoba mencermati dan mendalami setiap kalimat Robin dengan seksama. Lalu dia baru menyadari sesuatu.

"Tunggu dulu, jangan jangan itu...."





























































































Mohon di skip mohon di skip 🤣🤣🤣
Maaf ya harus bikin kalian penasaran para readers ku yang baik hati 😂
Maaf juga udah lama nggak update
Kira kira ada nggak yang kangen sama ceritanya Michael-Starlight?

Hehe, btw itu judulnya "Labil" bukan ceritanya yang labil, tapi authornya yang bingung milih judul 🤣🤣🤣
Udah diganti beberapa kali nggak jadi jadi, ya udah akhirnya author kasih judul "Labil" aja 🤣🤣🤣

Ada yang penasaran sama kelanjutan ceritanya nggak?
Kuy, simak di part selanjutnya 😘

Happy Reading Guys 😁

Monkart N LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang