Continued
Up sesuai mood
Menceritakan kisah seorang pembalap hebat bernama Michael White yang mengembara ke seluruh negeri untuk mengikuti turnamen Monkart bersama adiknya Robin. Bersama Monkart singa putihnya Leo, Michael sudah berhasil berulang k...
Di dalam rumahnya pun terlihat begitu sederhana tapi terasa nyaman.
"Aku akan mengambilkan air untuk kalian," Natasha segera berjalan menuju ke arah belakang yang kemungkinan adalah dapurnya.
"Kau kenapa Starlight? Aku lihat kau seperti sedang memikirkan sesuatu yang sulit ya?" ujar Michael bertanya.
"Huh?"
"Tidak usah terkejut, aku bisa tau apa yang kau rasakan tanpa harus membaca pikiranmu," tambah Michael.
"Eh? Benarkah?" tanya Starlight khawatir kalau Michael memang bisa mengetahui apa yang Starlight pikirkan.
"Hei, kau ini kenapa? Seperti orang ketakutan saja," ujar Michael sambil tertawa ringan.
"Ah, aku tau. Pasti saat ini kak Starlight sedang memikrkan kak Michael. Tapi kakak malu untuk mengatakannya. Benarkan?" sela Robin menggoda.
"A-apa yang kau bicarakan?" Starlight langsung blusshing saat Robin mengatakan hal itu.
"B-bukan begitu," balas Starlight gugup. Pandangannya kemudian terhenti pada sebuah foto dua orang anak kecil. Yang satu pria yang satunya lagi wanita. Yang wanita mungkin saja Natasha. Tapi yang pria kira kira siapa ya?
Sepertinya aku pernah melihatnya. Batin Starlight.
"Maaf ya harus menunggu," ujar Natasha yang muncul bersama sebuah nampan berisi beberapa gelas air minum.
"Kau tidak seharusnya repot repot," ujar Michael.
"Tidak apa apa. Hanya ini yang bisa kuberikan," balas Natasha sambil tersenyum.
Starlight merasa pernah melihat pria yang ada di dalam foto itu. Tapi siapa? Akhirnya dia mencoba untuk bertanya saja.
"Natasha, boleh aku bertanya?" ujar Starlight.
"Silahkan," balas Natasha.
"Pria yang ada di foto itu siapa?" tanya Starlight.
"Oh, itu sahabat baikku, Arlon," jawabnya singkat.
Starlight mengangguk kecil, "Aku tidak sengaja bertemunya di penginapan."
"Dia itu sahabat baikku. Orang tua kami tiada di saat yang sama karena suatu jebakaran besar di gedung," ujar Natasha dengan nada yang sedih.
"Jadi kami tumbuh bersama sama. Dia bersama neneknya dan aku sendiri," ujarnya lagi.
"Ah, maaf ya. Aku jadi menceritakan masalahku," ujar Natasha sambil tertawa.
"Tidak apa apa. Justru kami senang kalau bisa membantumu. Ceritakan saja masalahmu pada kami," jawab Stalight dengan nada yang serius.
Jangan jangan Natasha yang terpilih? Tapi kenapa Starlight tidak langsung mengatakannya saja? Batin Michael.
"Aku ingin bisa membantu masalah mu Natasha," lanjut Starlight.
"Benarkah?" Starlight langsung mengangguk pasti.
Tidak bisanya Stalight begitu serius dalam suatu hal.
Hai readers ku 👋🏻👋🏻👋🏻 Ketemu lagi nih
Nah nah nah, siapa yang kangen sama ceritanya? Oh iya, sebelumnya author minta maaf kalau ada kalimat kalimat yang salah 🙏🏻🙏🏻🙏🏻 Soalnya keyboard handphone author lagi error (sama kayak yang punya 🤣🤣🤣) jadi mohon dimakhlumi ya kalau ada kalimat yang salah pengetikannya 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Maaf ya author baru buat dikit, gara gara keyboardnya error nih