Sunrise Countdown 2

721 110 33
                                    

🔰Attention please.

🔰Sunrise Countdown akan terbagi menjadi beberapa part (part 1, part 2, part 3 dst.)

🔰Setiap part ☝ update seminggu sekali pada hari Senin atau selasa atau Jumat atau sabtu.

🔰Maaf bagi para readers yang kecewa.

🔰Jika para readers kurang puas, mimin sangat sangat minta maaf.

.

.

Met baca mangap typo!

.

.  

Grrrkkk

Bangunan itu bergoncang hebat. Membuat semua yang di dalamnya was was.

'Ini sangat cepat.' Batin Asami.

"Mui... Katakan padaku. Kau takkan menangis bukan?"

"Tidak mungkin. Dan untuk apa aku akan menangis?" Jawab Mui yang terhenti gerakannya karena bangunan itu mau roboh.

Begitu pun dengan yang lain, mereka semua diam di tempat.

"Tidak... lupakan saja..." Lirih Asami menjawab pertanyaan Mui.

Ia tersenyum kecut lalu mulai membuka bibirnya untuk berbicara.

"Sebentar lagi... kita akan melawan Muzan."

Grrtt 

Sanemi mengepalkan tangannya kuat. Rasanya ia sudah tak tahan segera memenggal kepala dan melempar Muzan ke neraka.

"Jika kau berfikir untuk memenggalnya, maka simpan saja sebagai niat. Percuma saja." Kata Asami.

"Benar. Meskipun yang akan kulakukan adalah percuma, aku tak perduli. Ia telah berani mengganggu keluargaku, maka akanku lakukan hal serupa."

'Tempat ini sebentar lagi akan runtuh. Asami...'

Mui melirik ke gendongannya. Wajah Asami begitu dekat sehingga membuatnya merona.

'Apa yang ku pikirkan? Bukan ini saatnya.' Batinnya lagi.

"Hm?" Asami yang merasa ada yang menatapnya segera melihat orang yang menggendongnya.

Ia tersenyum sendu mengingat perkataan seseorang.

'Kuharap kau tetap hidup kedepannya.' Ucap Asami dalam hati.

Puing puing bangunan mulai berjatuhan, dengan siaga mereka menghindar dan berlindung agar selamat dati reruntuhan.

Tidak lucu bukan mati terhimpit bangunan.

Gadis itu mendongakkan kepalanya, langit gelap terlihat. Ia tersenyum tipis.

---

"Mi-chaan!!"

---

Suara itu, suara yang sangat sangat ia rindukan. Doger bersedia menyelamatkannya dari serangan Kokushibou.

Doger sangat setia padanya. Ia juga mau mendengarkan keluh kesah Asami dan bacotan bacotan lainnya.

Ia menangis dalam diam. Hatinya kembali perih mengingat senyuman terakhir bocah itu.

Doger meregang nyawa dalam pelukannya. Bagaimana bisa seseorang yang terluka di hadapannya tak bisa ia selamatkan?

Tapi, mau bagaimana lagi. Doger telah pergi dengan damai, meski kematiannya cukup tragis.

Dream[Kimetsu No YaibaxOc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang