Kenangan Masa Lalu Asami

743 109 7
                                    

Oke jangan lupa Vote ya wand kawands (* ̄▽ ̄)b

.

.

.

.

.

.

Mangap Taipo

.

.

.

.

.

.

.

.

Met baca~

.

.  

.

.

Asami terbaring tak berdaya, kepalanya yang nyut nyutan membuatnya tak bisa berdiri.

Disisi lain Mui tengah berjuang keras melepaskan dirinya yang tergantung di pilar.

Sedangkan Kokushibou hendak memotong kepala Genya yang tengah merayap untuk menyambungkan tangannya. Ia ingin memastikan orang itu mati.

"Tidak... hugh! Genyaa!" Seru Asami yang melihat Kokushibou telah mengayunkan nichirinnya.

"Pernapasan angin: bentuk keempat, terbitnya badai debu!"

Genya sempat menutup matanya. Tapi setelah mendengar suara orang yang begitu di kenalnya, ia langsung mendongakkan kepalanya.

Betapa terkejutnya ia saat ini. Sang aniki, tengah menahan serangan dari Kokushibou.

Kokushibou langsung melompat mundur.

"Pilar angin..."

"Kau sudah paham ya. Aku adalah angin. Yang akan memotong kepalamu, sialan." Ucap Sanemi dengan seringaian khasnya.

"Aniki..." lirih Genya

"Kau ini benar benar... kau adalah adik yang menyedihkan."

"Menurutmu kenapa aku sampai sejauh ini seperti membunuh ibu kita? Karena aku ingin melindungimu!"

Saat itu juga Genya mengingat kembali apa yang di katakan Tanjirou padanya.

Yang di katakan Tanjirou memang benar, Sanemi sama sekali tak membenci Genya. Meski ia sangat marah mengetahui Genya yang masuk ke pemburu iblis.

Tapi ketahuilah, Sanemi hanya takut jika keluarga satu satunya itu juga akan bernasib sama seperti yang lain. Dengan kata lain, Sanemi sangat menyayangi Genya.

Setelah sedikit berbicara dengan Genya, Sanemi menyadari sesuatu yang ganjal.

"Oe gadis kecil, bukankah kau tadi bi- !!" Sanemi terkejut saat tak mendapati klon pathetic itu di pundaknya.

'Tch! Kemana bocah itu?! Tadi dia bilang kepalanya sangat sakit, ada apa ini?' Batin Sanemi yang melihat kesana kemari.

Saat ia melihat ke arah sudut pilar itu, terlihat sesosok gadis yang di carinya.

Dari hidung, mulut dan telinganya mengalir darah segar. Ia nampak sangat tersiksa.

Di tempat lain ia melihat salah satu rekan hashiranya tengah berusaha melepaskan diri dari pedang yang menancap di bahunya.

Dream[Kimetsu No YaibaxOc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang