Mine

852 125 30
                                    

Jimin sangat marah, ia memandang sengit pakaian yang disediakan di atas ranjang. Satu kemeja putih yang sangat besar. Dapat dipastikan jika bahunya akan terlihat ketika memakainya nanti. Untunglah celana panjang hitamnya selamat.

"Mereka pikir aku ini boneka? Sampai-sampai aku harus memakai kalung seperti ini? Hey, ini kalung? Lebih mirip tali karet." Dengusnya sembari memandang choker berwarna hitam di atas tumpukan baju.

"Bisa cepat tidak?! Hanya tinggal pakai kemeja itu apa susahnya?! Atau kau mau telanjang saja?"

Jimin menoleh lalu menatap sinis seorang wanita tua yang tampak sangat menyebalkan baginya saat ini.

"Bisakah kau bersabar Nenek? Kau baru saja membawaku masuk, bagaimana mungkin aku bisa memakai baju itu secepat berkedip mata?"

"Kalau begitu cepatlah!" Sentak wanita itu lagi.

Jimin menghembuskan napasnya pasrah, ia membuka handuk yang menutupi tubuh atasnya. Memakai kemeja itu dan semakin pasrah karena bahunya benar-benar terlihat.

"Kau sebenarnya manis kalau saja tidak galak." Celetuk wanita yang tadi.

"Ke mana kau akan membawaku?"

"Pakai dulu kalungmu,"

Wanita tua itu tiba-tiba melembut, memakaikan choker pada Jimin lalu tersenyum.

"Baiklah, ayo."

Ada ribuan rencana melarikan diri di dalam otak Jimin saat ini. Namun semua rencana itu gagal total. Ketika membuka pintu kamar, sudah berjajar rapi belasan penjaga berbadan kekar dan tinggi yang mengawal mereka.

"Lalu bagaimana caranya aku lari? Sialan!" Maki Jimin dalam hati.

Mereka berjalan menuju sebuah ruangan yang sangat luas.

Jimin meringis kala ia melewati salah satu kerangkeng berisi manusia setengah hewan. Itu adalah hybrid. Entah hybrid apa karena Jimin tak terlalu memperhatikan. Hanya memakai kemeja biru kebesaran yang menutupi hingga paha tanpa celana luaran.

Pergelangan tangannya memerah karena diikat. Hybrid manis itu memandang Jimin cukup lama sebelum akhirnya tersenyum.

Jimin pun membalasnya dengan sebuah senyuman tipis.

"Jhony! Aku butuh satu kerangkengmu!" Wanita tua yang berdiri di depan Jimin tiba-tiba berteriak.

"Ada apa? Tuan Jhony sedang di dalam. Kau butuh kerangkeng baru Mom?"

"June! Iya! Tapi pastikan ia tidak lecet seperti yang lain! Kau bisa mati dipenggal jika hal itu terjadi! Letakkan kerangkengnya di tengah lalu pasangi tirai merah."

Jimin benar-benar ingin lari, jika saja pintu keluar tidak berjarak sangat jauh dan di luar tidak terdapat penjaga-penjaga seperti di dalam ruangan ini.

"Akan aku pastikan dia bagus. Memangnya kau akan pergi?"

"Aku harus mengambil beberapa barang di gudang. Kau tolong urusi dia."

"Baiklah."

Wanita tua yang dipanggil 'Mom' oleh June itu pergi. June yang tak tahu menahu langsung menarik Jimin dengan kuat.

"Hey! Momsmu bilang aku jangan sampai lecet! Tanganmu awas! Jangan mengeratkan pegangannya, ini sakit!"

June menoleh lalu terkejut, ia baru menyadari jika tidak ada sepasang telinga hewan dan ekor. Ya, Jimin adalah manusia. Bukan hybrid.

"Kau manusia?!"

Jimin menatap sengit June lalu mengguncangkan tangannya yang mulai terasa kebas.

YOONMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang