Uang, uang, uang dan uang. Jimin membutuhkan kertas berwarna dan bertuliskan angka itu segera.
Orang tuanya entah mengapa selalu pilih kasih antara dirinya dengan si adik sepupu.
Ketika senang, Jimin akan dilupakan. Namun ketika susah, orang pertama yang harus bekerja keras adalah Jimin.
Muak? Tentu saja.
Jimin lelah, ia ingin menikmati hidupnya dengan benar. Bukan menjadi kuli dan boneka.
Ia duduk di sebuah kursi taman sendirian. Jari-jarinya tenggelam di antara helaian rambut hitam dan sedikit memijat kepala.
"Aku juga ingin bahagia," Lirihnya.
"Pencuri!"
"Hah?" Jimin mengangkat kepala lalu menoleh ke kanan dan kiri.
Ia lalu menatap sengit seorang pria dengan kain yang menutupi wajahnya tengah berlari.
"Kau mau mengganggu waktu istirahatku di sini hm? Jangan main-main."
Tepat ketika pencuri itu berlari ke arahnya, Jimin dengan santai menjegal orang itu hingga terjungkal.
"Lain kali, kau perhatikan lingkunganmu sebelum mencuri. Jika ada aku kau tak akan selamat, apalagi moodku tengah tak bagus." Sinis Jimin.
"Oh! Di sini dia!"
Lalu beberapa polisi datang dan menangkap pencuri yang sudah tersungkur.
Seseorang dengan pakaian rapi mendatangi Jimin yang masih betah duduk.
"Permisi,"
"Hm?"
"Terimakasih karena sudah membantu kami menangkap pencuri itu."
"Hmm."
Tiba-tiba pria yang baru saja berbicara padanya itu mendadak diam dan menunduk, Jimin tentu bingung. Apakah ia salah merespon?
"Apa?" Tanyanya.
"Tidak apa, kau manis dan termasuk ke dalam tipeku. Seorang yang ahli bela diri dan dingin, kau menantang."
Jimin sontak berdiri dan berbalik, di belakangnya ada seorang pria berkulit pucat yang tengah tersenyum menatapnya.
"Siapa kau?"
"Aku pemilik barang yang diambil pencuri tadi, beruntung sekali kau menjegalnya. Dan aku ingin berucap terimakasih padamu."
"Oh, begitu. Baiklah, sama-sama."
"Ke mana kau akan pergi?" Tanya orang itu ketika ia mendapati Jimin yang seperti hendak pergi.
"Bekerja." Jawab Jimin.
"Kenapa kau bekerja?"
Jimin mengernyit, aneh sekali pertanyaan orang ini.
"Retoris sekali. Untuk mendapatkan uang tentu saja." Lalu diperhatikannya baik-baik penampilan orang di depannya itu.
"Ah, orang kaya. Hanya tinggal menyuruh lalu semuanya beres."
Jimin hendak pergi sebelum ada tangan yang menahannya membuat ia menoleh.
"Ada apa tuan?" Tanyanya.
"Bekerjalah untukku."
"Apa?"
"Bekerjalah untukku, kau tidak perlu bekerja keras. Hanya diam dan duduk manis dan uang akan terus mengalir padamu."
Kerutan di dahi Jimin membuat orang itu terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOONMIN
FanfictionCuma cerita pendek yang selesai perchapter, kecuali kalau memang sekiranya terlalu panjang untuk satu chapter dan otak pemula ini sanggup bikin lanjutannya bakal ada lanjutannya. hope u like it ya :") Top!yoon Bot!jim Dilarang salah lapak! Menghorma...