Model : Sudah bukan untukku

684 98 34
                                    

"Bunga apa tuan?"

"Baby Breath"

"Bisa ditunggu sebentar"

"Iya"

Duduk dengan kedua tangan yang saling bertautan gugup. Bibirnya dilipat ke dalam sesekali ia gigiti ringan.

Dalam otaknya berpikir, seperti apa reaksi Jimin jika ia memberi bunga ini nanti?

Apakah Jimin akan senang seperti waktu itu?

Atau justru Jimin akan menjauhinya?

"Permisi tuan, buketnya sudah jadi. Dengan surat sekalian?"

"Oh, iya. Tolong di kasih amplop juga. Suratnya saya udah buat"

"Baik tuan"

Lima menit setelahnya, buket cantik itu selesai.

"Terimakasih"

"Sama-sama, semoga kekasih tuan suka hadiahnya dan ditunggu kunjungannya kembali"

Segaris senyum tercetak di wajahnya. Kekasih ya? Bolehkah ia berharap? Bahkan dirinya tak yakin, jika bunga ini diterima.

Berjalan menuju mobilnya, meletakkan buket itu dengan hati-hati layaknya barang yang mudah pecah. Suasana hati yang sangat bagus membuatnya ingin bersenandung.

"Semoga nanti kamu suka" Harapnya.

Sepanjang perjalanan senyumnya tak pernah luntur dalam waktu yang cukup lama. Sesekali sedikit terkikik membayangkan beberapa kemungkinan reaksi Jimin nanti.

Setelah 15 menit berkendara, ia memberhentikan mobilnya di depan gedung tempatnya bekerja.

"Lho, itu Jimin. Kebetulan"

Dan tangannya yang cekatan mengambil buket itu terhenti mendadak bersamaan dengan matanya yang mendapati sosok Jimin juga tengah membawa buket.

"Kok, punya buket? Kan ini belum dikasih" Gumamnya.

Di sana, Jimin berdiri di sisi mobil seseorang. Dan dari dalam mobil itu Jimin mendapatkan buket yang lumayan besar. Jimin terlihat terkejut dan senang secara bersamaan.

Ketika mobil itu pergi dan Jimin berjalan menuju ke dalam, ia pun dengan segera mengambil buket miliknya dan mengikuti Jimin.

Sedikit berlari menyusul Jimin, hendak memanggil sebelum seseorang menyapa dari arah lain.

"Jimin!"

Jimin terlihat berhenti.

"Eh, Kak RM"

"Cie yang pagi-pagi diapelin"

"Enggak kok, siapa yang diapelin?"

"Ya itu buktinya"

Pria bernama Namjoon itu menunjuk buket di pelukan Jimin.

"Enggak sih, cuma dipamitin aja" Lirih Jimin.

"Haduh, haduh gemesnya! Dasar Jimin. Kalau aja kalian go public, yakin deh pasti rame"

RM merangkul Jimin.

"Rame apanya? Besok pasti bakalan lebih rame" Lalu Jimin mencebik.

RM hanya tertawa.

"Rapet banget sih kayak lem tembak. Spoiler napa Jim sama yang lain, masak aku doang yang tau. Kasihan nanti ada yang kaget kalau udah koar-koar"

"Koar-koar kayak apa coba? Dia bilang tunggu tanggal mainnya, ya aku ngikut aja sih"

"Wagelaseh, kayak Bangtan di Tokomedia aja tunggu tanggal mainnya"

"Udahlah, ini kenapa rangkul-rangkul? Aku ga mau kena marah kak Seokjin ya"

YOONMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang