Money On My Mind ver. 2

641 97 54
                                    

"Kau bilang dia bukan tipemu,"

"Memang bukan."

"Lalu, kenapa kau mau menikah dengannya?"

"Money?"

"Kalau hanya uang, kenapa kau tak sekalian poroti saja dia sekarang? Tak perlu sampai menikah."

"Karena jika aku hanya menjadi kekasihnya aku tak akan bisa dengan mudah memanfaatkannya. Beda lagi jika sudah menjadi istri."

"Ah terserah."

"Kau sendiri bagaimana? Apa kabar dengan kelincimu itu?"

"Dia baik, aku harus sedikit memberinya pelajaran semalam. Aku bingung sekali, dia sangat sulit ku atur agar tak boros make up. Bukan masalah uang, tapi bahkan laci nakas penuh barang-barang yang tak aku mengerti. Apa kau juga seperti dia Jim?"

Si lawan bicara terkekeh.

"Tidak, aku memang menjaga kulitku tapi tidak seperti Jungkook. Biarkan saja dia, pumpung masih muda kulitnya butuh nutrisi bukan? Dan hey, pelajaran macam apa yang kau maksud? Kau selalu mengucapakan kata yang bermakna ganda!"

"Aku menguncinya seharian di dalam kamar tanpa camilan dan susu pisang. Biarkan saja dia mau makan krim-krim wajahnya itu. Maksudku, dia bisa saja membeli krim baru jika krim lamanya habis. Tapi bahkah krim lamanya saja baru beberapa kali pakai ia sudah membeli lagi, ukuran besar pula. Lalu mau dibuat apa astaga?"

"Taehyung astaga. Kau bisa memberinya nasehat, jangan langsung mengurungnya. Yang ada dia bisa balik merajuk padamu."

Taehyung melongo sejenak, ia lalu pandangi sahabatnya yang tengah tersenyum.

"Begitukah?"

"Ya, biasanya Jungkook seperti itu. Aku mengenalnya dengan baik, jadi kurasa bisa saja ia malah kesal padamu."

"Astaga Jimin!"

"Hahahaha."

***


Jas hitamnya ia lepas menyisakan kemeja putih serta dasi yang longgar. Lengannya digulung hingga menampakkan tangan putih pucat berurat miliknya.

"Jiminie, kemari."

Ketika tangannya dengan sempurna melingkari pinggang seseorang yang ia panggil, bibirnya pun tak luput dari kurva lengkung tipis nan elok di wajah.

"Menungguku baby?"

"Kalau aku tidak menunggu, untuk apa aku di sini?" Tanya Jimin sembari berjinjit.

Kekehan jenaka terdengar sebelum rengkuhan di pinggang mengerat bersamaan dengan tubuh yang terangkat.

"Let's see, apa yang aku bawa untukmu baby boy."

Bagai bayi yang gembira, Jimin terkikik ketika seseorang yang mengangkat tubuhnya itu mulai mendudukkan dirinya di atas meja.

"Kenapa aku duduk di atas meja?" Tanyanya.

"Agar lebih terlihat. Nah, lihat kemeja-kemeja ini. Dan celana ini juga pasti akan pas untukmu!"

Jimin agak terkejut, tak biasanya orang ini membelikannya banyak baju mahal. Mungkin biasanya hanya 1 sampai 2 pasang.

"Kenapa banyak sekali? Aku pasti merepotkan, sebaiknya besok-besok jangan belikan lagi. Tabung saja uangmu." Tuturnya.

"Tidak Jiminie, hal ini belum seberapa. Dan kau tidak merepotkan sama sekali, sungguh."

YOONMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang