[이십칠]

464 74 35
                                    

Doyoung berkacak pinggang, dia sisir surainya frustasi ketika Jaehyun membanting pintu, keluar dari ruangan Yuta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Doyoung berkacak pinggang, dia sisir surainya frustasi ketika Jaehyun membanting pintu, keluar dari ruangan Yuta.

"What was that?"

"What do you think it is."

"Sounds you're out of your mind."

"Exactly," kata Yuta tanpa ragu.

Doyoung menghela nafasnya bingung, jelas yang Yuta ucapkan tidak pernah terlintas akan terjadi tepat di depan matanya sendiri. Seburuk-buruknya rencana, menendang Jaehyun dari The Hall tidak pernah melintas dikepalanya dan dia yakini tidak akan pernah mungkin dilakukan oleh Yuta.

Nyatanya, dia salah. Yuta benar-benar menganggap The Hall hanya seonggok bangunan tua yang mampu dirampas begitu saja dan lepas tangan terhadap masalah yang seharusnya mereka hadapi bersama. Doyoung kira, meskipun Jaehyun adalah sasaran utama dan Jaehyun adalah seorang manusia, Yuta akan tetap turun tangan karena bagaimanapun juga Dark House kembali menyenggol The Hall dan kecil kemungkinan jika keinginan Ten hanya sebatas mengubur kembali jasad Jaehyun.

Bagaimana jika Yuta salah membaca alur permasalahan kali ini dan membuat mereka semua, klan putih, terguling dan terjerembab dalam satu jebakan buatan Dark Hall, sampai abadi didalamnya.

Atau—

"I don't get it, Yuta. Why did you— "

"Because I have to."

— setidaknya itulah yang Yuta ingin gambarkan pada Ten. Itulah kesan yang Yuta ingin sampaikan pada Ten, menyematkan satu pola pemikiran untuk yang sementara mengetuai Dark House itu.

Begitulah Doyoung kira, ketika Yuta meraih alat penyadap yang entah sejak kapan bersarang di bawah meja kerja Yuta.














🍃
















"It sounds lovely."

"FUCK DUDE I'LL DRUNK MYSELF WITH COFFEE EVERYDAY JUST TO SEE HIM MAKE GLASSES OF COFFEES FOR ME. AAA!"

Taeyong meraung pada dirinya sendiri, yang tengah duduk di tengah kasur, berlutut menghadap jendela yang terletak tepat disamping tempat tidurnya.

Tangannya meraih ponsel yang terbaring mengenaskan diatas kasur, tidak jauh darinya. Jarinya dengan cepat berlari menyusuri daftar kontak yang dia miliki, sampai berhenti pada satu nama yang baginya menarik atensi.

VERONA | JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang