◉23 Not me.....

46 32 23
                                    

*Namjoon POV

Tak kusangka aku harus bertemu lagi dengan wanita patah hati itu.

Cantik.... sangat cantik.

Aku yakin semua pria akan langsung nyaman berada didekatnya.

Langsung saja, mengapa aku ingin bertemu dengannya lagi. Selain cantik karena wanita ini memiliki banyak kepribadian yang unik yang jarang kutemui diantara banyak wanita yang pernah kutemui lainnya.

Aku tak bisa menyebutkan alasannya, bukan tak bisa tapi tak tahu cara menggambarkannya.

Bayangkan saja kau bertemu dengan wanita atau pria idaman mu, lalu kau langsung merasa nyaman di dekatnya begitu saja tanpa sebab, hanya karena dia menyambutmu dan menyapamu dengan baik.

Itu yang kurasakan, aku tidak menggambarkannya berbelit-belit, jelas-jelas aku merasakan hal itu. Ini nyata rasanya aku ingin terus bertemu dengannya, bersamanya.

Aku tak terlalu memikirkannya, namun rasa nyaman itu membuatku ingin bertemu lagi dengannya.

"Kau suka langit malam?" Katanya yang kini sedang duduk di sampingku sebari mendongakkan kepalanya, menatap langit malam.

"Ya... sangat suka" Jawabku jujur.

"Mengapa begitu? karena sebagian orang biasanya menyukai langit malam karena ingin melihat bintang yang bertaburan di atas langit, namun kali ini hanya ada satu dua bintang" Kini tangannya mengarah keatas, seolah olah ia sedang mengambil bintang bintang itu.

"Karena mimpiku... kau tahu, rata- rata seseorang harus menggapai mimpinya di malam hari, kau berusaha di malam hari, memikirkan mimpimu dimalam hari, lalu bermimpi dimalam hari"

Ia kini duduk menatapku, sepertinya mulai tertarik dengan ceritaku.

"Begitu pula aku, aku hampir setiap malam tak pernah tidur, pernah namun hanya beberapa jam. rasanya menyenangkan ketika mimpi yang selama ini kita impi-impikan ternyata menjadi kenyataan di waktu ketika banyak orang sedang bermimpi....." Aku menjeda perkataanku menatap wajahnya yang sedang kebingungan "Kau mengerti?" Tanyaku memastikan.

"Jadi kau bermimpi, lalu mimpimu menjadi kenyataan disaat yang lain sedang bermimpi. Maksudmu kamu menggapai cita-citamu disaat orang lain sedang tertidur, gitu?" Katanya

Aku tertawa kecil gemas melihat wanita satu ini "Ya seperti itu, bisa jadi" Kataku.

"Kau pintar ya? aissh wajahmu lebih cocok menjadi dokter dibanding guru bahasa" Katanya.

"Guru bahasa? aku" Aku terkejut mendengar dia berkata begitu.

"Ya kamu... kau kan yang mengajarkan aku bahasa Korea, jangan bilang kau punya kembaran atau amnesia"

"Tidak bukan gitu, aku..... bukan guru bahasa Korea"

"Ehh, lalu kau ini siapa? dokter beneran kah?"

"Bukan juga...."

"Idol" Katanya yang masih tertawa, aku ikut tertawa karena bagiku lucu melihat wanita ini satu satunya wanita yang tidak menganggapku sebagai seorang idol.

"Sudahlah jangan menertawakanku" Kataku sebari ikut tertawa.

"Jadi kau tidak suka siang hari?" Tanyanya setelah tawanya mereda.

"Karena aku bekerja di malam hari, maka aku ingin tidur di siang hari" Kataku membalas.

"Aissh jangan bahas tidur, aku mengantuk jadinya, pulanglah lagipula kau hanya ingin mengatakan tentang guru privat itu bukan, aku sudah punya guru privat sendiri jadi suruh saja dia untuk mencari murid baru" Katanya terlihat sedikit kesal.

Tidak..... bukan hanya soal guru privat

Aku sedikit bingung dengan tingkahnya yang berbeda dengan yang sebelumnya kami bertemu, ia seperti salah tingkah kali ini. Dan juga seperti menjaga jarak dariku, padahal aku tidak melakukan kesalahan. Sudah ku pastikan bahwa aku tak melakukan kesalahan sama sekali.

"Baiklah kalau begitu" Kataku

"Aku mau pulang" Katanya yang beranjak diri "Ngantuk" Lanjutnya yang kini pergi.

Aku tertawa sebari mengawasinya dari kejauhan, terlihat jalannya yang seperti pinguin sedang marah. Aku tak mengejarnya karena aku juga sudah tidak ada urusan dengannya.

Namun bukan hanya itu urusanku dengannya.

Seketika senyumku memudar sebari menyaksikan punggung kecil itu semakin menghilang. Menghela nafasku panjang dan sedikit menyesali perbuatanku.

Apakah ini yang dinamakan, cinta?

Namun presentasenya kecil untukku, peluangku hanya sekitar 5% itupun kurasa belum tentu. Aku yakin aku bukan tipenya, dan pria yang menyukainya pasti banyak.

Sainganku banyak dan diantara mereka yang menyukainya adalah tipe pria idealnya atau bukan tipe pria idealnya namun orang yang mampu mengambil hatinya.

Entah bagaimana caranya.... namun kini aku pasrah, tak tahu harus bagaimana lagi.

Tapi yang membuat aku lebih bertanya tanya adalah.

Mengapa....... harus dia?

Seberapa jauh hati ini akan terus memilihnya?

Ya aku tahu.... jika ku sia-siakan kesempatan ini, maka aku akan semakin tertinggal jauh hingga menyisakan hanya sedikit peluang. Aku penasaran siapa sainganku?

Tidak mungkin aku langsung terang-terangan memberitahunya, itu hanya akan semakin memperburuk suasana. Ia akan semakin menjauh, dan aku akan di coret dari list, maka tamat sudah aku tak akan pernah bisa mengambil hatinya. Pelan tapi pasti itu prinsipku sekarang

~~~~~

*Resa POV

Pria dingin itu berada di hadapanku lagi, lagi-lagi kami bertemu di tempat parkir, dan lagi lagi dia akan masuk ke dalam mobilnya. Aku melwatinya saja pura-pura nggak kenal, dan nggak pernah ketemu.

"Neo....." Katanya yang membuatku berhenti beberapa langkah di belakangnya.

"Mwo?" Jawabku menggunakan bahasa Korea.

"Kau yang pernah menabrakku bukan? itu kau bisa bahasa Korea" Katanya lagi, aku membalikan badanku menatap kearahnya.

"Bu...bukan" Kataku.

"Lalu itu arwahmu? Mana sepatuku?" Tagihnya.

"Sepatu apa?"

"Aishhh..." Katanya geram "Aku memberikan sepatu itu bukan berarti untukmu, tapi aku menyuruhmu untuk mencucinya"

"Baiklah.... baiklah, sepatumu sedang ku laundry, tenang saja kau tinggal di apartemen ini kan?" 

"Ini bukan masalah aku tinggal dimananya, mana bisa aku tenang jika sepatu itu sepatu endorse... cepatlah kembalikan jika tidak karirku bisa hancur"

"Oh ya?" Kataku dengan senyuman licikku "Makannya jadi orang jangan judes gitu dong" Kini aku memakai bahasa Indonesia.

"Pokoknya, kau.... besok harus sudah mengembalikannya, mengerti?" Katanya, belum sempat ku jawab ia sudah pergi saja.

Dasar.... beginilah jika aku berurusan dengan pria judes yang senyum aja nggak pernah, pahit tau nggak idupnya.

"Resa" Sapa Bu song yang baru saja datang.

"Eh Song sansengnim, anyeonghaseo" Kataku lalu membungkuk ke arahnya.

"Ne.... Taehyung nggak ada di apartemennya, jadi apa lebih baik kita belajar di luar?" Ajaknya.

"Setuju.... lagipula aku tidak mau mencium parfume pria itu" Kataku yang langsung menggandeng tangan bu Song.

Entah mengapa rasanya nyaman ketika sudah berbicara bersama bu Song, seperti aku sedang berbicara dengan seorang ibu. Nyatanya ibuku tidak seperti bu Song, hanya sekedar bertukar sapa aja jarang. Paling mengobrol jika memang dia tidak sibuk.

Yahhh.... walaupun terbilang baru banget kenalnya, aku juga nggak tau bu Song ini pake mantra apa bisa senyaman ini dengannya. 

~~~~~~~~

Why Must Me?✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang