SUJ 47

561 81 46
                                    

Seperti biasa, setelah jam mengajarnya selesai Rehan langsung menuju kafenya. Kini lelaki itu sudah berada di depan kafe. Dari luar, tampak terlihat kafenya sedang ramai. Jam sore memang biasanya akan banyak pengunjung yang datang, terutama dari kalangan anak muda. Rehan berjalan masuk dengan santai. Beberapa pegawainya juga sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hingga matanya kemudian melihat pemandangan yang sudah lama tidak dilihatnya.

Tepatnya di area santai dekat dapur. Disana ada Ariel, Aris, Tera dan Nadea sedang berbincang dengan riang bersama seorang gadis yang beberapa hari ini sangat sering muncul tiba-tiba di hadapannya. Rehan bisa mendengar suara mereka tertawa. Seperti dulu yang sering mereka lakukan, mereka akan berbicara tentang banyak hal. Sayangnya Rehan tidak terlalu menyukai itu. Entah mengapa, sejak mengetahui tentang fakta itu, Rehan rasanya enggan bertemu walaupun hanya sekedar melihat gadis itu.

Mimpi buruk mengenai Raza terlalu nyata di pelupuk matanya ketika melihat Hilya. Padahal dulu Rehan menyukai cara gadis itu tersenyum bahkan tertawa. Namun tidak saat ini. Mengetahui bahwa Hilya adalah adik Raza membuatnya enggan melihat gadis itu. Wajahnya memang tidak mirip Raza, namun kenangan tentang Raza seolah hadir ketika melihat Hilya. Terlalu banyak pembicaraan tentang Hilya kecil yang diceritakan Raza dulu.

"Bos!" Suara Nadea menyentak kesadaran Rehan. Tidak hanya Rehan, keempat orang lainnya pun terkejut.

Mata Rehan tidak sengaja menatap Hilya. Gadis itu tidak lagi terlihat menatapnya dengan penuh kebencian. Padahal terakhir kali mereka bertemu di panti, tatapan menusuk itu sangat terlihat jelas oleh Rehan. Kini Rehan tahu semua sikap kebencian gadis itu pasti ada hubungannya dengan Raza. Entah apa yang diketahui gadis itu, Rehan tidak lagi peduli. Sekalipun tatapan penuh kebencian itu akan terus dia terima, Rehan akan lebih senang dengan hal itu. Setidaknya dia tidak perlu berbicara dengan Hilya mengingat bagaimana gadis itu sangat ingin menghindari dirinya.

Sayangnya akhir-akhir ini dia semakin sering melihat gadis itu. Hilya muncul tiba-tiba, ntah itu di panti maupun di kafe.

Barangkali nanti di rumahnya pun dia akan melihat kehadiran gadis itu. Namun Rehan sangat berharap itu tidak terjadi.

"Bos sini!" Seru Ariel.

Rehan diam. Dirinya bisa melihat jelas kalau saat ini bahkan Hilya tersenyum kecil. Rehan sebenarnya ingin menolak ajakan Ariel dan Nadea, namun dia tidak mungkin menunjukkan sikapnya yang ingin menghindari Hilya. Baru saja Rehan melangkah menuju mereka, tiba-tiba seseorang menahan lengan bawahnya. Rehan menoleh dan mendapati Amanda sudah berdiri di dekatnya. Tentunya dengan senyumnya yang biasa.

"Kita nggak janjian malah ketemu disini. Jodoh kali ya." Ujar gadis itu senang.

Rehan hanya tersenyum simpul. Gadis baik ini selalu menampakkan kebahagiannya. "Mau aku temani minum?"

Seperti dugaan Rehan, Amanda akan mengangguk senang. "Boleh banget." Jawabnya.

"Ya udah yuk, kita duduk disana." Kata Rehan menunjuk tempat kosong dekat jendela.

"Kenapa gak disana aja?" Amanda justru menunjuk ke arah Ariel dan yang lainnya duduk. Kini orang-orang tersebut menatap mereka berdua.

"Manda, kita disana aja yuk. Aku-"

"Nggak, Mas. Aku udah lama nggak kesini. Aku kangen mereka. Kita kesana ya." Amanda berjalan mendahului Rehan yang masih berdiri diam di tempatnya.

Tidak ada pilihan lain yang bisa dipilih Rehan melainkan menuruti keinginan Amanda. Bergabung dengan beberapa pegawainya.

"Halo semuanya, kalian apa kabar?" Suara ramah Amanda menyapa mereka.

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang