SUJ 11

1.2K 86 5
                                    

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,

hai semuanya, maaf ya jika aku selow selow update banget. Jadi cerita ini memang akan aku selesaikan, karena aku emang tipikal orang yang harus menyelesaikan sesuatu kalau sudah mulai. Tapi ya gitu, sekarang aku udah kerja, selain itu aku juga ngajar sampai malam jadi kalau pulang ke rumah udah capek banget jadi emang dikit banget mantengin laptop untuk nulis. Mohon maaf ya. 

Oh iya daerah kalian gimana kabarnya?

Kalau daerahku Alhamdulillah belum ada yang positif, tapi waspada emang harus. Tapi kemarin tepatnya aku baru dapat kabar kalau di pulau sebelah pulauku (tapi masih satu provinsi-Bangka Belitung), udah ada yang positif Covid-19. Semoga kalian selalu Allah lindungi ya. Walaupun kondisinya sedang kurang baik, semoga kalian tetap sehat ya. Pokoknya jaga kesehatan, tetap husnudzon sama Allah, waspada dan banyak-banyak doa sama Allah ya. #dirumahaja ya, kalau nggak penting nggak usah keluar-keluar rumah ya.

-Banyakin baca Qur'an sama amalan yaumiah yang lain ya :)

***

Janganlah menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya. Begitulah kira-kira pepatah sering berkata. Memang demikian seharusnya. Wajah yang menampakkan aura hangat tidaklah selalu sama dengan karakter yang sesungguhnya begitu pun sebaliknya. Seseorang yang menampakkan wajah dingin pun tidaklah berarti dia tidak pernah bersikap hangat atau minim simpati ke orang lain. Selalu ada alasan mengapa setiap penampakkan luar itu menjadi ciri khas seseorang. Namun faktanya, orang-orang di sekitarnya akan menilai dengan apa yang mereka lihat bukan dengan apa yang mereka rasakan.

Kenyataannya apa yang tampak di luar selalu lebih menarik diperbincangkan dibandingkan dengan apa yang tampak di dalam.

Dingin, ketus dan anti sosial. Itulah ciri khas seorang Rehan yang selama ini sering dia dengar sendiri dari orang-orang di sekitarnya.

Irene tersenyum miris dengan pernyataan tersebut. Kenyataannya mantan bosnya tidaklah seperti itu. Namun dia tidak bisa menyalahkan sepenuhnya orang-orang tersebut. Toh, dirinya pun sempat berpikir seperti itu. Dulu. Namun semakin lama mengenal Rehan, semakin dia melihat sisi yang tidak banyak orang lihat dari sosok lelaki berkharisma tersebut. Memang menjadi momen langka Rehan bersikap manis ke setiap orang, karena sikap itu hanya ditunjukkannya kepada orang-orang tertentu. Dan Irene menjadi salah satunya.

Masih membekas di ingatan Irene ketika dirinya sempat pingsan di kafe dan Rehan menjadi satu-satunya orang yang menunggunya di rumah sakit. Tidak hanya itu, bahkan lelaki itu membayar tagihan rumah sakit Irene tanpa ragu bahkan memberikan Irene izin bekerja sampai benar-benar pulih. Kejadian beberapa tahun itu membuat Irene merutuki kebodohannya karena sudah sering berburuk sangka dengan lelaki itu. Kenyatannya kebaikan lelaki itu memang seringkali tertutupi dengan sifat dingin dan ketusnya lelaki itu dengan orang-orang.

"Dia nggak seburuk itu kok, Mai." Kata Irene pelan pada gadis berkhimar hitam di depannya.

"Iih serius Mbak. Harusnya kan dia gak perlu bentak-bentak Ica sampai segitunya. Kan kasian Icanya."

"Pasti ada alasan dong kenapa Pak Rehan bersikap kayak gitu."

Hilya menggeleng. "Alasan ya alasan Mbak. Tapikan menegur juga ada etikanya."

"Kita sudah hampir satu jam disini dan kamu dari tadi tetap ngomongin Pak Rehan loh. Ingat, dia dosen sekaligus bos kamu."

"Iya aku inget kok. Lagian orang kayak gitu kan langka. Jadi agak susah dilupain." Kata Hilya enteng. Dengan santainya dia makan buah yang tersaji dalam sup buahnya.

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang