"Harusnya Bapak datangnya kabari kita dulu. Biar nanti Faraz bisa cari ikan buat Pak Rio dan Pak Rehan."
"Iya-iya. Terus ikannya ada, Hilya deh yang masak."
"Kapan lagi kita bisa makan makanan Hilya selain hari kamis."
"Loh-loh, emangnya Faraz kalian kasih tugas cari ikan?" Tanya Rio heran.
"Iya Pak. Dia pagi-pagi buta suka banget ikut Bapak-bapak ke pasar."
"Bilangnya sih biar terbiasa belanja keperluan rumah tangga."
"Hubungannya sama masakan Hilya?" Kali ini Rehan yang bertanya. Barangkali dia bisa mendapatkan jawaban dari penjelasan ambigu dari Haifa tadi sore.
"Iya Pak. Disini kita udah sepakat, kalau Faraz jadi bapaknya, Hilya jadi ibunya. Kan uang belanja dia yang pegang." Jelas Haifa membuat yang lainnya mengangguk.
Rehan mengangguk paham. Ternyata bukanlah rumah tangga yang sebenarnya, namun rumah tangga yang mereka sepakati di KKN ini.
"Masakan Hilya juga enak banget Pak." Seru yang lainnya.
"Sayang, Hilya punya pawang tak kasat mata. Jadi susah dideketin." Kata lelaki yang duduk di samping Faraz. Wajahnya dibuat-buat seolah sedang bersedih.
"Apalagi yang deketin model lo gini ya." Faraz pun bersuara. "Ada atau nggak ada pawangnya, cewek bakalan kabur."
Tawa mahasiswa itu memenuhi ruangan sederhana itu. Posko yang sederhana berdindingkan papan berwarna kuning kombinasi biru muda itu ramai seperti biasa. Kini objek candaan mereka adalah Safaraz, ketua KKN mereka sendiri.
Rehan tersenyum tipis melihat lelaki yang akhir-akhir ini begitu sering dia jumpai itu. Faraz tampak ikut tertawa mendengar pendapat teman-temannya tentang dirinya sendiri. Lelaki itu juga tampak tidak keberatan disebut sebagai pawang Hilya. Mata Rehan pun beralih ke sebelah kanan. Tepatnya ke rombongan anggota perempuan.
Hilya, Hasna dan Haifa seperti biasa. Bagaikan tiga serangkai yang selalu bersama. Kali ini wajah Hilya lebih cerah dari biasanya. Dia bahkan ikut tertawa mendengar ucapan para temannya. Haifa juga, dia bahkan begitu semangat melontarkan candaan, sedangkan Hasna sedikit berbeda. Gadis ayu itu kini tampak sedikit aneh. Wajahnya tidak seramah biasanya. Bisa jadi dia sedang ada masalah.
"Jadi Hilya, kamu berniat mengalihkan proker kita ke program jualan makanan? Tampaknya mereka sangat menyukai masakanmu."
"Iya Pak. Sekalian saya jadiin mereka sebagai pegawainya." Jawab Hilya membuat Rio tertawa. Sedangkan yang lainnya tampak berpura-pura kecewa.
Rehan senang melihat wajah bahagia mahasiswanya itu. Mereka mudah beradaptasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar dan mereka juga tampak begitu dekat satu sama lain. Lihatlah setelah Rio dan Rehan menyampaikan beberapa hal terkait KKN mereka, kini ketika suasana sudah mencair mereka tampak begitu menikmati suasana malam keakraban ini.
"Oke, karena sudah mulai larut juga dan kita masing-masing juga perlu istirahat, Bapak sama Pak Rehan pamit pulang dulu. Kalian baik-baik disini ya." Kata Rio mulai beranjak berdiri.
"Siap Pak. Salam buat istri dan anak Bapak ya." Kata Faraz pada Rio.
"Apa sih yang nggak buat kamu." Jawab Rio sambil terkekeh.
Lalu tatapan jahil Faraz beralih ke Rehan. "Bapak juga. Titip salam buat calon istrinya Bapak ya."
"Iya. Nanti saya sampaikan." Jawab Rehan kalem.
"Pak Rehan sudah punya calon?" Tanya salah satu mahasiswi.
"Loh Pak, kok kita nggak tahu kabarnya sih? Berarti sudah bakalan nikah ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate Until Jannah
Romance*Sekuel Cinta untuk Alana Rehan Nandatama, Pemuda berusia hampir 30-an tersebut sudah terlalu sering ditanyakan tentang 'kapan nikah?'. Pertanyaan yang sama itu tentu saja membuat Rehan malas dan bosan. Bahkan untuk menjawabnya pun Rehan sudah teram...