Setelah kejadian tiga hari yang lalu, Rehan jadi serba salah setiap bertemu Hilya. Gadis yang jarang tersenyum setiap bertemu dengannya itu benar-benar membuatnya jadi ragu untuk ke kafenya sendiri. Ada beberapa alasan yang membuat Rehan ragu untuk bertemu Hilya.
Pertama Rehan malu. Kedua, dia tidak bisa membayangkan bagaimana wajah Hilya yang memang tidak pernah bersahabat padanya apalagi dengan kejadian memalukan itu. Ketiga, Rehan sendiri bingung bagaimana bersikap pada gadis itu nanti.
Ini karena Tara. Balasan atas pesan Hilya yang dilakukan Tara itu memang membuat Rehan jadi bingung. Balasannya singkat. Hanya beberapa kata. Namun itu memberikan pengaruh besar bagi Rehan. Ah, dirinya bahkan tidak pernah mengirimkan pesan seperti itu pada Rubyuna yang saat itu menjalin hubungan dengannya.
Tak usah kalian tanyakan apa isi pesan itu. Jelasnya pesan itu membuat Rehan hanya bisa menatap kafenya dari jauh saat ini. Karena pesan itu pula, Hilya tidak lagi merecokinya dengan pesan rutin yang gadis itu kirimkan padanya selama dia tidak ada di Jakarta.
"Santai Re, bahkan ini bukan salah lo. Jadi lo harus tenang." Kata Rehan mensugesti dirinya sendiri.
Sekelebat wajah tidak ramah Hilya muncul di pikirannya.
"Ini hanya Hilya, Rehan. Dia bukan Amanda. Jadi lo tenang aja."
Iya, seharusnya Rehan bersikap biasa saja. Dia sangat yakin Hilya tidak akan terbawa perasaan padanya. Namun bukan itu yang Rehan khawatirkan, perlahan sikap gadis itu sudah mulai melunak. Itu adalah langkah yang baik untuknya, terutama karena Hilya adalah pegawai sekaligus mahasiswa KKNnya. Apalagi gadis itu bahkan terpilih menjadi bendahara umum KKN. Akan lebih sering dia berinteraksi dengan gadis itu.
Tak lupa mengucapkan basmallah, Rehan mulai memantapkan hatinya untuk masuk ke kafe. Mobilnya pun dia kendarai hingga masuk ke kafe. Rehan masuk ke kafe.
Lonceng berdenting tanda pintu masuk terbuka. Namun kesibukan di kafe tidak berubah.
"Pak Bos!" Ariel, remaja yang sekarang sudah menjadi mahasiswa jurusan manajemen semester awal itu menyambut nya dengan antusias.
"Kalian apa kabar?" Tanya Rehan pada pegawai lamanya itu.
"Baik dong. Mbak Irene bahkan tiap hari kesini waktu Pak Bos gak ada."
Rehan terkekeh. Membayangkan Irene dengan kesal harus memantau kafenya selama dirinya tidak ada. Ah tidak, Irene tidak akan kesal. Dia akan sangat senang disini daripada hanya di rumah. Lagipula disini ada Hilya. Bukan Irene yang akan kesal, namun Ammar. Irene bahkan begitu menyukai kafe ini.
Ah gadis itu lagi.
"Oke. Saya ke ruangan dulu ya."
"Siap Pak Bos."
Lelaki itu kemudian masuk ke ruangannya. Rehan tidak langsung melakukan pekerjaannya. Lelaki itu memilih untuk duduk di sofa dengan merebahkan kepalanya di lengan sofa ruangannya. Rehan ingin beristirahat sejenak. Memejamkan mata dan menenangkan pikirannya.
"Rehan!"
Pintu ruangannya terbuka. Rehan mendesis kesal. Dua lelaki pengganggu istirahatnya itu justru tampak tak peduli.
"Kebiasan deh To. Harusnya lo ucapin salam dulu."
"Manusia Ken. Suka lupa."
"Secara umur lo yang paling muda. Tapi kenapa lo secara otak lo yang paling lemot ya."
"Eh. Jangan lupa ya gue itu lelaki yang paling setia di antara lo semua." Kata Tito menepuk dadanya bangga.
"Bucin aja bangga." Keanu tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate Until Jannah
Romance*Sekuel Cinta untuk Alana Rehan Nandatama, Pemuda berusia hampir 30-an tersebut sudah terlalu sering ditanyakan tentang 'kapan nikah?'. Pertanyaan yang sama itu tentu saja membuat Rehan malas dan bosan. Bahkan untuk menjawabnya pun Rehan sudah teram...