SUJ 39

723 100 77
                                    

TING! TING!

Suara bel apartemennya berulang kali terdengar. Bukannya tidak dengar, namun Rehan terlalu malas untuk sekedar bangkit dari nyamannya kasur yang berbalut selimut. Hari ini hari libur, sudah cukup selama seminggu ini waktunya begitu padat sehingga dia lupa untuk istirahat. Jika disini ada mamanya pasti dia akan mendengarkan ceramah panjang dari sang mama karena waktunya yang tidak teratur. Jam makan yang tidak teratur, istirahat pun sekedarnya saja. Khusus untuk hari ini, dia memilih untuk beristirahat di apartemennya. Teleponnya sengaja dia matikan. Ya setidaknya, sampai dengan sebelum zuhur dia bisa tenang tanpa ada para pengganggu yang datang tanpa undangan ke apartemennya.

Suara bel apartemennya terdengar kembali. Bukannya segera bangkit, Rehan semakin terlelap dalam nyamannya tidur paginya. Dia bahkan memilih tidur kembali pasca sholat subuh tadi. Kapan lagi bisa tidur selama ini jika bukan ketika hari libur. Rehan tentu saja tidak akan menyia-nyiakan waktu langka ini. Apalagi semalam dia baru bisa pulang dari kafenya jam 11 malam dan sesampainya di apartemen, dia tidak bisa langsung tidur. Tiba-tiba saja teleponnya berdering dan nama Kaira muncul di layar. Sepupunya itu meminta dirinya menceritakan dongeng sebelum tidur. Aneh memang, tapi percayalah Rehan lebih terlihat seperti ayah yang membacakan anaknya dongeng secara virtual semalam. Inilah yang Rehan kesalkan jika Azzam dinas luar kota, Kaira akan meneror dirinya.

Alasannya klasik. Sepupunya itu harus meminta bantuan siapa, kecuali Rehan. Kakaknya sudah beristri, begitu pula dengan Tirta dan Gio. Alhasil Rehanlah yang menjadi targetnya. Karena hal itu Rehan baru bisa tertidur jam satu dini hari. Bagaimana bisa Kaira bisa tidur, kalau sedari awal Rehan membacakan cerita, Kaira selalu saja menyela isi cerita. Hingga akhirnya, cerita yang harusnya bisa diselesaikan dalam waktu paling lama 20 menit, itu baru bisa selesai sekitar 1 jam setengah.

Lama bel apartemennya tidak terdengar, Rehan akhirnya bangun. Matanya menyipit melihat jam dinding yang tergantung manis di dekat lemarinya. Ternyata baru jam setengah 8. Kepala Rehan justru sangat pusing karena bangun terlalu lambat dari biasanya. Lelaki itu lalu berjalan ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Setelah lima belas menit berlalu, Rehan pun selesai melakukan ritual paginya. Lelaki itu kemudian menghidupkan ponselnya. Namun tidak menghidupkan paket data internetnya.

Mata Rehan membesar begitu melihat ada 15 panggilan tidak terjawab. Bukan jumlah panggilan yang begitu banyak yang membuatnya kaget, melainkan nama kontak yang menelponnya. Rehan kemudian menelpon balik nomor tersebut, berharap kalau tidak ada hal yang aneh terjadi.

"Halo, Assalamu'alaykum, Ma," Kata Rehan pelan.

"Wa'alaykumussalam, kamu dari mana aja sih?!" Suara mamanya begitu terdengar cemas. Mungkin karena dirinya yang tidak bisa dihubungi tadi.

"Di apartemen, Ma." Jawab Rehan kalem.

"Kenapa hape kamu nggak aktif sih? Bikin khawatir aja." Rehan tersenyum tipis mendengar omelan mamanya. Dia sangat merindukan perempuan itu.

"Aku baik kok. Ini baru bangun tidur."

"Pokoknya kamu jangan gitu lagi. Kalau kamu gitu lagi, Mama akan kesana buat tinggal sama kamu. Mama tahu kamu pasti makannya gak teraturkan? Ah tidak hanya itu, Mama yakin kamu juga jarang istirahatkan? Itu badan Allah kasih untuk dijaga, Re, bukan untuk dizhalimi." Ujar mamanya panjang lebar.

Rehan sudah pernah mengatakan kan kalau mamanya itu akan menceramahi dirinya panjang lebar kalau tahu dirinya istirahat dan makan tidak teratur. Seperti saat ini. Mamanya sangat mengkhawatirkan dirinya.

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang