SUJ 50

1.5K 107 58
                                    

Dua hari berlalu. Waktu berjalan dengan cepat. Mengurangi sisa-sisa kehidupan manusia di dunia ini.

Dalam ruangan yang sunyi, Rehan menenggelamkan dirinya dalam kesendirian. Niatnya untuk mengetahui tentang Hilya malah memukulnya balik hingga membuatnya bahkan sulit berdiri dan menegakkan wajahnya yang penuh kesombongan. Jangankan berdiri, sekedar untuk bernapas pun rasanya begitu sulit.

Perasaan ini bahkan lebih sakit ketika dia mengetahui bahwa dirinya memang bukanlah anak yang bisa membuat bundanya bangga karena tidak bisa melindungi surganya itu, tidak pula sesakit ketika mengetahui bahwa dia tidak berdaya untuk melindungi adiknya, perasaan ini jauh lebih sakit. Seolah membunuhnya secara perlahan. Perasaan ini membuatnya bahkan merasa hidupnya dia adalah penyebab kemalangan banyak orang.

Sebuah flashdisk dan surat yang diberikan Ibu Rima dua hari yang lalu sebagai peninggalan Raza untuknya membuatnya terkungkung dalam perasaan bersalah teramat dalam. Kini matanya masih menatap wajah pucat Raza yang di layar. Wajahnya masih menampakkan sebuah senyum. Flashdisk itu berisikan video terakhir Raza untuknya.

"Raza hanya menitipkan ini padamu. Dia sempat sadar dan itu membuat kami semuanya lega. Apalagi kondisinya semakin membaik menurut dokter. Namun sekali lagi perkiraan manusia bisa saja salah. Dia hanya bertahan dua hari untuk memberikan senyumnya itu, menularkan keceriaan dan memberikan kata-kata mujarabnya untuk menenangkan kami. Hingga beberapa jam sebelum dia meninggal, dia menitipkan surat ini untukmu. Dia yakin suatu saat nanti dirimu akan datang lagi ke tempat ini. Dan dia benar. Anak malang dengan keyakinan 100 persen itu benar, kamu datang setelah bertahun-tahun pergi. Ibu tidak tahu apa isinya, Ibu harap surat ini bisa membuatmu luluh dan kembali menjadi Rehan yang hangat."

Rehan tidak hanya luluh, namun seketika hancur. Dirinya yang selama ini menganggap dirinya sebagai korban keegoisan banyak orang di masa lalunya, ternyata adalah tersangka utama dari banyaknya kejadian dalam hidupnya.

Penyebab seorang anak kehilangan seorang ayahnya, penyebab seorang suami berpisah dengan anak dan istrinya, dan juga penyebab seorang adik kehilangan kakaknya.

"Lo itu bukannya penyelamat, tapi emang suka hancurin suasana. Sikap sok benar lo itu kadang malah bikin orang lainnya merasa sakit." Ujar Keanu saat dirinya mengetahui bahwa Rehan terlibat dalam hilangnya Ayara saat itu.

Keanu benar. Dirinya memang egois dan merasa dirinya paling benar. Padahal dirinya adalah penyebab semua kemalangan itu.

"Sekarang aku tahu mengapa Hilya begitu membenciku, Za. Bahkan kini aku yakin, alasanku untuk menolak perjodohan dengannya itu adalah keputusan yang tepat. Rasanya terlalu sesak jika harus bertemu Hilya setiap hari padahal dirinya berusaha sekuat mungkin berdiri tegak setelah kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Aku bahkan malu untuk bertemu dia. Aku-" Lirihan itu terpotong dengan isakan Rehan yang memilukan.

Air mata itu lolos begitu saja begitu dia mengingat setiap ucapan yang diucapkan Raza di video itu. Ingatannya kembali video singkat itu. Bagaikan diputar kembali ke masa-masa remajanya, wajah Raza kemudian muncul.

"Hai Rei," Sapanya dengan riang. Seperti biasa.

"Maaf jika harus menyampaikan ini dalam bentuk tulisan. Aku sendiri bingung bagaimana harus menyampaikan ini padamu langsung. Kamu berhak marah padaku. Sebagai seseorang yang menjadi salah satu penyebab terpisahnya kamu dan adikmu, aku minta maaf. Maaf karena sikap pengecutku. Namun sungguh, niat awalku datang padamu bukan karena itu. Bukan karena perasaan bersalah itu, melainkan untuk balas budi dan menunaikan janjiku pada seseorang yang sangat kenal denganmu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang