"Kok Bapak makan siang sendiri? Nggak sama Pak Rio?"
Rehan menghentikan makannya. Matanya menatap gadis di hadapannya dengan ramah. Senyum kecil terukir begitu tipis. Gadis itu sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Dia bahkan mengambil tempat duduk di bangku depan kursi Rehan tanpa sungkan. Dengan tangan yang terdapat sepiring makanan tersebut, dia langsung duduk.
"Saya duduk disini dulu bolehkan, Pak?"
Walaupun sebenarnya ingin menolak, Rehan pun mengangguk. Dia tidak mungkin mengusir mahasiswinya sendiri bukan?
"Tumben kamu sendiri. Mana yang lain?" Diberi pertanyaan itu membuat gadis itu tersenyum simpul. Seperti yang Rehan ketahui, gadis ini biasanya begitu lengket dengan tiga orang lainnya.
"Hasna lagi sibuk bimbingan, Faraz lagi sibuk persiapan demisioner, Hilya cuti, tinggal saya deh Pak yang galau karena digantungin sama dospem."
Wajah Haifa yang begitu terlihat seperti orang galau membuat Rehan prihatin, namun di satu sisi membuat Rehan geli sendiri. Haifa memang terdengar mengeluh dan wajahnya begitu menampakkan hal itu, namun itu hanya sebentar. Sekarang dia justru terlihat begitu menikmati sepiring nasi gorengnya.
"Kamu lagi lapar banget?"
"Hmmh.."
Haifa bahkan tidak lagi menjawab dengan benar. Tampaknya dia memang sangat lapar. Atau bisa jadi sulitnya bertemu dengan dosen pembimbingnya membuat gadis itu stress dan meluapkannya dengan makanan.
Tiba-tiba Rehan teringat dengan sesuatu yang dikatakan Haifa barusan. Tentang Hilya. Rehan rasa, Haifa pasti mengenal gadis itu. Apalagi mereka sudah bersahabat lama. Setidaknya dengan keluarganya..
"Hilya cuti? Bukannya kemarin kalian bilang dia pergi tanpa kabar?"
Haifa menghentikan makannya. Dia kemudian menatap Rehan serius. "Hilya memang menghilang. Tapi kemarin ada yang datang ke BAAK Fakultas. Pas saya tanya, ternyata orang itu sedang mengurusi cuti Hilya."
"Seseorang? Bukan Hilya yang datang?"
Haifa menggeleng. "Bukan. Dia bahkan gak ada kabar sama sekali saat ini." Wajah gadis itu terlihat murung kembali.
"Kalian gak coba datang ke rumahnya?" Tanya Rehan lagi.
"Kita bahkan gak tau alamat rumahnya dimana."
Jawaban Haifa membuat Rehan terkejut. Hasna, Haifa dan Hilya itu begitu dekat. Tidak hanya di kampus, ketika KKN pun mereka selalu bertiga. Tapi mengapa alamat rumah Hilya saja Haifa tidak tahu?
"Hilya ngekost, Pak. Dia juga gak pernah cerita apapun ke saya dan Hasna terkait keluarganya apalagi sampai alamat rumahnya. Saya dan Hasna hanya pernah melihat rumahnya di foto."
Terdengar aneh memang, namun begitu membuat Rehan semakin penasaran. "Maksud kamu?"
"Saya dan Hasna gak sengaja nemuin foto keluarganya dia waktu kita main ke kostnya. Itu pun kecil banget. Wajah keluarganya pun saya lupa. Yang jelas, dari rumahnya keliatan banget kalau Hilya itu orang kaya."
Pertanyaannya adalah, jika Hilya memang dari keluarga yang kaya raya mengapa dia bahkan mau bekerja di kafenya? Tinggal di kost yang begitu sederhana pula sedangkan sebenarnya dia bisa saja menyewa kost mewah dekat kampus. Penampilannya bahkan terlihat begitu sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate Until Jannah
Romance*Sekuel Cinta untuk Alana Rehan Nandatama, Pemuda berusia hampir 30-an tersebut sudah terlalu sering ditanyakan tentang 'kapan nikah?'. Pertanyaan yang sama itu tentu saja membuat Rehan malas dan bosan. Bahkan untuk menjawabnya pun Rehan sudah teram...