Cokelat hangat lagi?"
Lelaki dengan wajah ramah itu tergelak. Tak lupa dia menganggukkan wajahnya untuk mengiyakan pertanyaan lelaki di hadapannya. Segelas cokelat panas itu kini sudah berada di tangan lelaki bermata tajam dengan wajah datar itu.
"Gue sebagai juri lagi?"
"Iya. Buruan minum. Habis itu lo harus kasih komentar apa yang kurang."
"Udah lo tambahin gula?"
Lagi, lelaki itu tertawa. "Udah. Kali ini dijamin nggak pahit."
Walaupun terbersit rasa ragu, akhirnya lelaki bermata tajam itu menyesap minuman hasil eksperimen sahabatnya itu. Tidak ada yang berubah dari ekspresinya. Justru itu semakin membuat lelaki dengan wajah ramah nan ceria itu berharap cemas menunggu hasil penilaian sahabatnya itu.
"Gimana?"
"Hmmh, nggak pahit."
Senyumny merekah kemudian. Ada kemungkinan kali ini eksperimennya membuahkan hasil yang bagus.
"Tapi kemanisan."
Senyumnya kemudian memudar. Bahunya merosot lemas. "Kayaknya gue emang nggak bakat meracik minuman deh. Kopi, cokelat hangat bahkan jus pun rasanya tetap aneh."
Lelaki dengan wajah datar itu tertawa pelan. Sahabatnya itu memang aneh. Tangannya begitu terampil dan ahli dalam meracik berbagai makanan dan aneka kue, tapi keahliannya itu sama sekali tidak berlaku ketika dirinya meracik minuman. Anehnya, jika yang sudah-sudah dia tidak akan bersikeras untuk membuat minuman, kali ini khusus untuk segelas cokelat hangat lelaki itu tampak tidak merasa putus asa mencoba.
"Tangan lo sudah Tuhan ciptakan untuk ahli membuat berbagai kue, biarkan untuk minumannya urusan gue."
"Tidak untuk cokelat hangat, Rei."
Lelaki yang dipanggil Rei itu menatap lelaki di hadapannya dengan heran. Lagi pula sejak kapan ada yang mempermasalahan segelas cokelat hangat?
"Umay suka banget cokelat hangat buatan lo. Dia bilang jatuh cinta sama cokelat hangat buatan lo." Ujar lelaki itu.
"Masalahnya apa? Bagus dong. Gue bisa buatin Umay cokelat hangat terus nanti."
"Gue maunya Umay suka racikan gue doang."
"Dasar abang protektif."
"Harus dong. Biar dia gak ikut-ikutan gadis-gadis di sekolah kita yang ngefans sama lo."
"Bukannya Umay emang suka gue ya?"
"Adik gue itu masih berumur tujuh tahun. Tahu apa dia tentang suka-sukaan."
Terdengar tawa dari lelaki yang dipanggil Rei. "Kenyataannya dia suka gue, Za." Katanya sambal tertawa.
"Lo juga bakalan suka dia kalau ketemu dia."
"Ya nggaklah. Lo kira gue pedofil."
"Hahahah... Ya nggaklah. Kadang itu anak kayak suka tua banget ngomongnya."
"Kata Ical dia cengeng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate Until Jannah
Romance*Sekuel Cinta untuk Alana Rehan Nandatama, Pemuda berusia hampir 30-an tersebut sudah terlalu sering ditanyakan tentang 'kapan nikah?'. Pertanyaan yang sama itu tentu saja membuat Rehan malas dan bosan. Bahkan untuk menjawabnya pun Rehan sudah teram...