Seminggu setelah kedatangan Hasna kerumah tantenya, Rehan jadi pusing sendiri. Sudah cukup dirinya dijodoh-jodohkan dengan Amanda sekarang bertambah jadi Hasna. Rehan khawatir kalau di dengar Hasna, gadis itu akan berspekulasi aneh dan menganggap serius candaan itu. Kedua gadis itu berbeda, selain dari segi umur, kepribadian keduanya pun berbeda. Lagipula Rehan juga tidak mungkin menjalin hubungan dengan mahasiswanya sendiri, apalagi Hasna. Rehan jelas tahu bagaimana latar belakang keluarga Hasna dan bukan hal tidak mungkin kalau keluarga terpandang itu menolak dirinya. Ah, mengapa Rehan jadi berpikir seperti itu? Lagipula Rehan yakin Hasna tidak mungkin menyukai dirinya. Gadis itu terlalu sempurna untuk dirinya yang banyak kekurangan.
Berbicara tentang keduanya, jelas keduanya adalah gadis baik-baik. Keduanya sama-sama berjilbab, walaupun dengan tipe yang berbeda. Keduanya pintar dan itu terbukti, apalagi secara fisik, keduanya memiliki kecantikan di atas rata-rata. Namun di luar itu semua, Rehan memang hanya menganggap keduanya sebagai teman. Terlebih Amanda, gadis itu adalah teman bicara yang menyenangkan. Caranya menyikapi sesuatu, cara Amanda mengimbangi dirinya, membuat Rehan nyaman berteman dengannya. Masalah perasaan pun Amanda lebih santai menyikapi Rehan. Jadi Rehan tidak perlu khawatir Amanda akan kecewa jika memang akhirnya Rehan tidak memiliki perasaan padanya atau tidak.
Memang jarang sekali ada pertemanan antara perempuan dan lelaki yang tidak melibatkan perasaan, pasti akan ada satu pihak yang terjebak dalam lingkaran bernama 'friendzone' tersebut. Amanda memang menyukainya, dan Rehan menyadari itu. Namun sedari awal Rehan sudah mewanti-wanti masalah itu. Dia tidak ingin Amanda akan berharap banyak padanya.
Jika seseorang sudah jatuh cinta, maka harus siap jika harus kecewa. Begitulah resiko alamnya. Rehan tidak ingin menyakiti Amanda, dia menyayangi Amanda, namun tetap sebagai sahabatnya. Dewasanya Amanda menyikapi hal ini membuat Rehan pun tidak sungkan untuk bertemu dengan keluarga Amanda. Bahkan di pernikahan Ammar dan Irene pun, Rehan tidak menolak diminta Amanda untuk menjadi pendampingnya. Kemungkinan besar pun, Rehan akan meminta Amanda yang akan menjadi pendampingnya di pernikahan Tirta minggu depan.
"Lo yakin mau ajak Amanda?" Tanya Rafka.
Kini mereka berdua sedang menikmati malam mingguan di kafe Rehan. Awalnya Rafka menolak mentah-mentah ajakan Rehan. Rafka lebih baik menikmati malam mingguan di rumah bersama istri dan anaknya daripada menemani Rehan.
"Kalau gak gitu, Mama akan jodohin gue lagi, Ka."
Rafka menyesap minumannya. "Harus banget Amanda?"
Rehan mengangguk. Wajah tanpa ekspresi itu terlihat yakin dengan keputusannya. Dia tidak tahu apa yang Rafka khawatirkan jika sampai Amanda memang diajak ke acara keluarga mereka.
"Perasaan lo ke Manda gimana sih Re?"
Mata Rehan menyipit ketika Rafka menanyakan itu. Ini adalah jenis pertanyaan yang sudah kesekian kali Rehan dengar.
"Gue sampai gak bisa menghitung sudah berapa kali lo nanyain ini ke gue."
"Oke, gue ganti pertanyaan." Rafka menatap Rehan dengan serius. Rasanya dia ingin memukul kepala Rehan dengan sendok kecil di meja tersebut. Kali saja Rehan sudah bisa berpikir panjang terkait hubungannya dengan Amanda.
"Gak usah natap gue kayak gitu. Lo gak cocok." Kata Rehan ketus.
"Serius, Re. Lo nggak pernah ada niatan buat nikahin Manda?"
"Gaklah. Manda itu kayak Alana. Sahabat gue." Jawab Rehan membuat Rafka kesal sendiri mendengarnya.
"Alana sama Manda itu beda, Rehan. B-E-D-A. Beda." Kata Rafka. "Kalau Alana emang udah dari dulu Cuma sukanya sama Keanu, jadi sikap lo ke dia juga gak bakalan bikin dia suka sama lo. Amanda beda, Re. Dia udah suka sama lo sejak lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate Until Jannah
Romance*Sekuel Cinta untuk Alana Rehan Nandatama, Pemuda berusia hampir 30-an tersebut sudah terlalu sering ditanyakan tentang 'kapan nikah?'. Pertanyaan yang sama itu tentu saja membuat Rehan malas dan bosan. Bahkan untuk menjawabnya pun Rehan sudah teram...