Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,
Hola gaes. I'm come back. Ini cerita khusus Rehan ya. Mungkin Alana dkk akan nyelip dikit.
❤❤❤❤
Pemuda berkacamata itu menatap lurus laptop di hadapannya. Wajahnya begitu serius. Tangannya dengan terampil dan cepat mengetikkan keyboard.
Jika ada yang bilang ‘jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya’, maka itu tidak berlaku bagi pemuda itu. Wajahnya yang datar dan terkesan dingin sesuai dengan sifat aslinya. Tentunya akan berbeda jika berhadapan dengan perempuan yang tak lain adalah keluarganya. Dia memang lembut dan penyayang dengan anggota keluarganya atau orang terdekatnya yang perempuan, namun kesan dingin itu akan dia tunjukkan jika orang tersebut di luar dua kriteria tersebut.
Rehan Nandatama. Itulah namanya. Tidak ada yang salah dengan dirinya.
Secara fisik dia bisa dibilang tampan, mapan? Bisa dikatakan sangat mapan, pintar? Tentunya itu poin kelebihannya yang lain sangat sesuai dengan pekerjaannya yang seorang dosen, ramah? Tergantung dengan siapa dia berhadapan, sholeh? Tentunya dia selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Sayangnya di saat kesuksesan dunia itu sudah dia raih, di saat usianya yang sebentar lagi menginjak usia 30, dia belum juga menikah.
Masalah tentang pernikahan inilah yang membuat keluarganya begitu khawatir. Saking khawatirnya mereka, bahkan kakeknya pernah membawa dokter untuk memeriksa kejiwaannya karena takut Rehan itu penyuka sejenis.
Orang tuanya? Jangan ditanya. Apalagi mamanya, entah sudah berapa gadis yang dia bawa fotonya untuk dikenalkan ke Rehan. Sayangnya, Rehan tetap menutup hatinya. Ralat, bukan menutup hati tapi lebih karena belum ada yang bisa menggetarkan hatinya. Tantenya? Sama dengan mamanya. Lama-lama bukannya belum datang jodoh yang membuat Rehan nyari gila, tapi karena teror keluarganya tentang pertanyaan ‘Re, kapan nikah?’
“Kak!!” Pintu terbuka dan masuklah seorang perempuan berkhimar abu-abu ke ruangannya.
Hari ini dia tidak ada jadwal mengajar, makanya dia pun datang ke kafenya untuk mengontrol kafe yang sudah hampir enam tahun dia rintis.
“Salam dulu, Dek.” Kata lelaki yang tak lama kemudian muncul setelah perempuan tadi.
Si perempuan itu tersenyum malu-malu. “Assalamu’alaykum Kak.” Ucapnya.
Rehan menatap sekilas kedua orang yang masuk ke ruangannya itu tanpa permisi.
“Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Ada apa?” Tanya Rehan to the point.
Senyum di wajah cantik perempuan muda itu pun sirna. Tanpa mau menjawab, dia lalu mengambil tempat duduk di samping lelaki yang tadi datang bersamanya.
“Kalian berdua mau ngapain kesini?”
Lagi-lagi pertanyaan dengan nada tidak suka itu keluar dari mulut lelaki tersebut.
“Ketus banget sih Kak. Gimana mau dapet jodoh coba, nada bicaranya aja gak ada lembut-lembutnya gini.”
“Kai, kerjaan kakak itu lagi banyak. Kalau kamu kesini hanya untuk mengganggu mendingan pulang deh.”
Perempuan muda yang tidak lain adalah Kaira tersebut hanya tersenyum masam. Kakak sepupunya itu memang sedikit lebih galak akhir-akhir ini.
“Iih, kasih langsung aja Mas. Kayaknya si Jomblo sedang sensi banget.”
Lelaki yang tidak lain adalah suami Kaira langsung mengangguk lalu meletakkan undangan ke meja tempat laptop Rehan. “Pernikahan Mutia, Kak. Adikku. Kakak datang ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate Until Jannah
Romance*Sekuel Cinta untuk Alana Rehan Nandatama, Pemuda berusia hampir 30-an tersebut sudah terlalu sering ditanyakan tentang 'kapan nikah?'. Pertanyaan yang sama itu tentu saja membuat Rehan malas dan bosan. Bahkan untuk menjawabnya pun Rehan sudah teram...