SUJ 36

593 89 36
                                    


Lagi dan lagi. Dalam kesendirian malam ditemani oleh semilir angin yang menyapa dengan lembut dan bintang-bintang yang sama sekali tidak menampakkan kehadirannya malam ini, Rehan duduk sendirian di balkon kamar apartemennya. Tepat di dekat kursinya duduk, di meja kayu itu terdapat segelas kopi ikut menemaninya. Dia masih betah dalam diam. Terlalu nyaman dalam kesendirian.

Mata tajamnya masih menatap gelang rami usang itu. Warnanya pun sudah berubah agak kecokelatan. Ukirannya begitu bagus dan menarik hati. Unik. Bahkan Rehan sendiri yakin kalau gelang ini dibuat khusus untuk seseorang. Masih teringat dalam pikirannya bagaimana kejadian beberapa waktu tadi di kafenya. Ariel yang saat itu baru saja ingin izin pulang ditahannya. Rehan masih terlalu penasaran dengan gelang itu dan Hilya. Kenyataannya gadis itu terlalu sulit untuk ditelisik kehidupan pribadinya.

"Kamu yakin ini punya Hilya?"

"Iyalah Pak Bos. Dea sendiri yang bilang kalau ini persis seperti yang dipake Kak Hilya."

"Oke." Jawab Rehan kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.

Ariel memicing seolah ingin tahu apa yang dipikirkan oleh bosnya. "Memangnya kenapa Bos?"

Rehan menatap Ariel. Jelas sekali kalau lelaki di hadapannya itu begitu penasaran."Nggak. Saya hanya bertanya saja." Jawabnya.

"Hmmh. Oke. Atau Bos mau simpan gelang ini?"
Sama sekali tidak Rehan sangka, Ariel justru mempertanyakan hal yang aneh bahkan langsung melepaskan gelang itu dan meletakkannya di meja Rehan. Tepat di sebelah laptopnya.

"Kenapa kamu lepas?"
"Kali aja nanti Pak Bos ketemu Kak Hilya. Jadi daripada nanti hilang karena saya, lebih baik saya titip sama Pak Bos aja." Ariel menjawab dengan santai sembari menampilkan cengirannya.

"Saya nggak tahu dia dimana."

Ariel menghembuskan napasnya pelan. "Kan saya bilangnya ka-li aja ke-te-mu. Dunia kan sempit Pak Bos. Tau-tau besok, lusa, minggu depan atau bahkan malam ini Kak Hilya menampakkan diri di hadapan Pak Bos. Simpan aja deh ya." Ujar Ariel.

Rehan menatap Ariel dengan tajam. Bukannya takut, Ariel justru tersenyum lebar. "Udahlah Pak Bos. Simpan aja. Assalamu'alaykum." Ariel lalu segera keluar ruangan Rehan.

"Wa'alaykumussalam." Jawab Rehan menatap Ariel yang kini sudah menghilang dari balik pintu.

Akhirnya setelah hampir satu jam Rehan mengabaikan keberadaan gelang itu di mejanya, tak urung gelang itu pun dia masukkan ke dalam saku celananya ketika dirinya akan pulang.

Sesampainya di kamarnya, Rehan langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian santainya di rumah. Lalu tidak sengaja dia menemukan gelang itu di saku celananya ketika dia mengecek saku setiap pakaian yang dikenakannya hari ini. Hingga lelaki berkacamata itu menatap gelang itu dalam diam. Gelang yang mengingatkannya dengan masa lalunya. Sayangnya masa lalu itu begitu menyakiti hatinya. Bahkan dia memilih untuk tidak mengingat itu bahkan menjauh dari hal-hal yang mengingatkannya dengan masa lalu itu. Dia jelas mengenali simpul gelang ini. Jelas sekali gelang itu dibuat oleh orang yang sama. Rehan pernah mengenal seseorang yang memperkenalkannya dengan pembuatan gelang sederhana seperti ini, namun dia sama sekali tidak pernah mengingat seseorang bernama Hilya di masa lalunya.

Lantas apa hubungannya dengan Hilya? Apa maksud dari ukiran R & H itu? Lagipula jikalau gelang ini begitu penting untuk Hilya mengapa gadis itu bahkan tidak pernah muncul untuk sekedar mengambil barang miliknya?

"Siapa Hilya itu sebenarnya? Apa hubungannya dia dengan lo, Za?" Tanya Rehan menatap ukiran itu dengan penasaran.

Panti Adh-Dhuha.

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang