Rehan membaringkan dirinya di sofa ruang kerjanya. Amanda sudah kembali ke rumah sakit sepulang mereka dari tempat Bu Harti. Pikirannya menerawang pada pertemuannya dengan Bu Harti dan Ical tadi sore. Beruntung Amanda tidak menuntut banyak pertanyaan padanya. Sehingga dirinya tidak perlu menjelaskan hal ini kepada Amanda. Tidak mengungkit lebih dalam siapa Raza. Cukup dirinya dan masa lalunya yang akan menyimpan kenangan dirinya dengan Raza. Walaupun pertemuan dirinya dengan kedua orang di masa lalunya itu tidak disengaja, namun hal itu membuat kenangan yang sudah lama ingin dia enyahkan dari pikirannya justru menguar kembali.
Tentang dua remaja lelaki yang dia temui di perempatan lampu merah. Hari ini seolah kompak untuk mengajaknya mengenang kembali masa lalunya. Padahal dia sudah berusaha sebisa mungkin untuk melupakan hal itu. Namun dengan mudahnya kenangan itu kembali muncul. Matanya terpejam sejenak. Pikirannya masih kacau. Beragam kejadian belasan tahun silam itu seolah menari-nari di pikirannya saat ini. Sungguh melupakan tidak semudah itu. Bahkan dengan Ical yang hanya sekedar mampir dalam hidupnya dia masih ingat. Walaupun sempat lupa. Lelaki itu bukan lagi bocah berumur enam tahun. Sangatlah wajar jika Rehan tidak mengenali lelaki itu.
Lelaki itu masih ingat jelas bagaimana dulunya Ical seringkali merajuk karena tidak mau sekolah. Dia yang lebih memilih untuk mencari uang daripada sekolah kini sudah menjadi mahasiswa akhir jurusan ilmu komunikasi. Ah bakatnya menjadi seorang penyiar bahkan sudah Rehan lihat sejak lelaki itu berusia tujuh tahun. Dia telalu cerewet untuk ukuran lelaki dan terlalu ramah pada semua orang.
Hingga ketika Amanda pamitan ke belakang bersama Bu Harti, Ical banyak bercerita padanya tentang kondisi sekolah pasca dirinya pindah. Tentang permusuhan sekolahnya dengan SMK yang ada di depan sekolahnya, tentang satpam sekolahnya yang masih sering razia ke belakang sekolah hanya untuk mencari anak-anak bolos hingga kemudian ke tawuran empat belas tahun lalu. Dirinya melanggar janji pada orang tuanya. Karena sisi egoisnya itulah, akhirnya dia dibawa keluarga angkatnya pindah ke luar kota.
FLASHBACK ON
"Sejak hari itu, Bang Raza juga nggak kelihatan lagi. Dia bagaikan hilang di telan bumi. Tidak ada yang tahu kabarnya seperti apa."
Rehan masih menyimak cerita Ical. Anak itu ternyata merekam jelas kejadian itu. "Saat itu Ibu begitu ketakutan. Beliau memelukku sambil berdoa semoga Bang Rei dan Bang Raza baik-baik saja. Hingga Ibu dengar kabar kalau hari itu Bang Raza tidak masuk sekolah karena si cengeng itu sedang sakit. Ibu agak sedikit lega."
Iya, Rehan ingat jelas itu. Hari itu adalah tepat satu bulan dia tidak bertegur sapa dengan Raza. Ah tepatnya sengaja menghindar dari segala hal yang berkaitan dengan lelaki itu. Tapi dia jelas tahu kalau Raza tidak masuk sekolah hari itu. Hal langka memang, mengingat Raza sangat menyukai hal yang berkaitan dengan sekolah. Ah dirinya pun begitu. Namun tidak segila Raza. Hanya satu hal yang membuat Raza tidak masuk sekolah. Adik kesayangannya sakit. Hari itu, ntah apa penyebab awalnya, sekolahnya di serang ketika jam pulang sekolah. Rehan tidak peduli awalnya. Tepatnya tidak mau lagi bergabung bersama para anak-anak geng sekolahnya. Tapi tepat ketika dia pulang, ketua geng sekolah depan itu menghadangnya. Hingga akhirnya Rehan pun ikut terlibat disitu.
Cukup lama Rehan berada di kerumunan itu. Hingga tiba-tiba ponsel di sakunya bergetar. Setelah dirasa kondisi sedikit aman, Rehan berlari mencari tempat aman untuk mengangkat telepon. Mamanya masuk rumah sakit dan hal itu membuat Rehan segera berlari menuju jalan keluar lain sekolahnya. Namun tepat ketika baru dua langkah dia melangkah, dia merasakan punggungnya dipukul dengan sesuatu yang keras. Hal itulah yang membuatnya langsung jatuh tersungkur dan akhirnya membuatnya sulit untuk membuka mata. Hingga akhirnya dia mendengar suara sirine mobil polisi samar-samar dan banyak yang langsung lari tak tentu arah untuk menyelamatkan diri. Setelah itu Rehan tidak mengetahui apapun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate Until Jannah
Romance*Sekuel Cinta untuk Alana Rehan Nandatama, Pemuda berusia hampir 30-an tersebut sudah terlalu sering ditanyakan tentang 'kapan nikah?'. Pertanyaan yang sama itu tentu saja membuat Rehan malas dan bosan. Bahkan untuk menjawabnya pun Rehan sudah teram...