SUJ 30

609 75 12
                                    

Langit senja terlalu indah untuk sebagian orang. Sehingga begitu sayang ditinggalkan begitu saja. Tidak heran jika sebagian orang akan rela meluangkan waktunya untuk menikmati khasnya warna langit di kala senja, walaupun itu hanya untuk duduk di balkon kamar, rooftop gedung, ataupun menikmatinya di alam terbuka. Bahkan menurut sebagian orang, ketenangan itu bisa didapatkan dengan hanya menatap keindahan senja itu.

Ada satu hal yang hendaknya tidaklah dilupakan ketika menikmati keindahan itu.

Sang Khalik.

Jika alam yang kita tatap saja begitu indahnya, bagaimana dengan Sang Penciptanya?

Mengenal dan menikmati alam adalah salah satu hal yang bisa dijadikan sebagai cara untuk mengenal Allah. Namun terkadang, keindahan itu hanya sekedar kita nikmati tanpa memikirkan bahwa ada kekuasaan Sang Pencipta.

Banyak orang yang begitu menyukai pantai, khas deburan ombaknya, pasir putihnya bahkan angin yang semilit menyentuh setiap inci kulit, namun sedikit orang yang bisa menyadari bahwa itu adalah salah satu cara untuk mengenal Tuhannya. Banyak orang yang mengagumi keindahan puncak gunung dengan tingginya yang menjulang menawarkan tantangan dengan sejuta keindahan dibaliknya, namun sedikit orang yang memahami bahwa Penciptanya jauh lebih berkuasa karena telah menciptakan alam semesta yang seindah dan seluar biasa ini.

Ah, jangankan untuk mengingat Sang Khalik dari apa yang Dia ciptakan, sekedar mengucapkan rasa syukur pun terkadang manusia lupa.

Tapi memang begitu fenomenanya. Seringkali lupa mengucapkan syukur sehingga protes kepada Allah seringkali dilakukan. Padahal ada banyak nikmat yang Allah kasih.

"Kita sebagai manusia itu seringnya kufur nikmat. Dikasih A, mintanya B. Di kasih B, eh protes lagi minta C. Lupa rumus yang seharusnya." Arif berbicara dengan tenang sembari menatap beberapa pasang mata yang juga menatapnya dengan seksama.

Seperti biasa, mereka akan meluangkan waktu untuk datang ke rumah Arif untuk mendengarkan kajian. Namun karena yang biasa mengisi materi tidak hadir, maka Ariflah yang mereka dakwa untuk mengisi.

"Rumus apaan, Rif?"

"Rumus kalau kita harus banyak-banyak lihat ke bawah dalam urusan dunia tapi banyak-banyak lihat ke atas dalam urusan akhirat." Ujar Arif.

"Gue belum ngeh deh." Keanu menimpali.

"Gue jelasin deh ya. Biar lo semua bisa paham maksudnya apa." Sebelum Arif yang menjelaskan, Rafka lebih dulu bersuara.

"Maksudnya itu adalah untuk urusan dunia seperti rejeki, kebahagiaan hidup di dunia, jangan sampai kita selalu merasa kurang. Karena kalau kita lihat ke bawah, banyak banget orang-orang yang secara duniawinya nggak seberuntung kita. Yang nggak punya rumah, hidup dalam kekurangan, bahkan untuk makan pun susah. Nah tapi kalau dalam urusan akhirat, jangan sampai kita merasa cukup dengan ibadah yang kita lakukan, sampai-sampai kita merasa nggak perlu ibadah yang lain lagi, apalagi kalau sebatas hanya melakukan yang wajib saja. Karena kalau bisa ibadah-ibadah sunnahnya pun harus kita lakukan. Makanya kita harus banyak melihat dan bergaul ke orang-orang sholeh, agar kita pun termotivasi untuk melakukan amalan-amalan lainnya dengan giat, seperti bersedekah. Kalau orang-orang yang hidupnya sederhana saja bisa rutin bersedekah kenapa kita yang Alhamdulillah Allah kasih rejeki lebih dari cukup nggak rutin bersedekah? Contohnya gitu."

Rafka menjelaskan dengan wajah serius. Tito, Keanu dan Rehan pun mengangguk. Ntah benar-benar paham atau hanya pura-pura paham.

"Kok lo bisa tahu, Ka?" Tanya Rehan.

"Iya kok lo bisa tahu. Bukannya ilmu lo sama gue sama aja ya?" Lagi-lagi Keanu menimpali perkataan temannya.

"Alah paling belajar dari Ruby. Iya kan?"

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang