SUJ 15

1K 84 19
                                    

Kata orang kita memang tidak bisa memilih untuk bertemu dengan siapa hari ini. Kita juga tidak bisa memaksakan sesuatu harus dengan keinginan dan perencanaan kita. Tidak ada kata kebetulan dalam hidup, karena sudah seharusnya keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini memang atas takdir dan tentunya atas izin dari Allah SWT itu terpatri di dalam hati. Bukankah Allah berkuasa atas segalanya? Maka sudah semestinya, mempercayai bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini jika Allah sudah berkehendak.

Tentunya segala sesuatu memang sudah tertulis. Begitulah Hasna meyakininya. Gadis itu yakin, dari mulai pertemuannya dengan keponakan tetangganya itu, hingga akhirnya dia merasa begitu dekat dengan lelaki itu, Hasna yakin itu adalah rencana dan takdir yang Allah tuliskan untuknya.

Masih terekam dalam ingatan Hasna pada saat itu. Ketika dirinya sedang bermain dengan Kaira dan Keanu, seorang lelaki yang tubuhnya lebih tinggi dari Keanu, wajahnya tidak terkesan ramah sama sekali, berjalan menghampiri mereka bertiga. Lebih tepatnya menghampiri Kaira. Sebuah permen lollipop diberikannya kepada Kaira. Hanya Kaira. Dia tersenyum tipis melihat wajah riang Kaira. Setelah itu dia pergi ke taman belakang, ikut berkumpul bersama para orang dewasa.

Itulah pertama kali Hasna melihat Rehan tersenyum. Namun itu bukanlah kali pertama Hasna bertemu Rehan. Sebelum itu, tepatnya sehari sebelum dia melihat Rehan di rumah keluarga Kaira, dia pernah bertemu dengan Rehan. Pertemuan yang ntah mengapa membuat Hasna selalu mengingat itu.

Klasik memang. Hasna tidak tahu tentang rasa suka saat itu. Terlalu kecil bahkan jika dirinya mengatakan bahwa dia menyukai Rehan sejak saat itu. Namun yang Hasna tahu, Hasna sangat menyukai setiap pertemuan dengan Rehan. Padahal pertemuan mereka sederhana, amat sangat sederhana. Bahkan Hasna pun ragu, apakah lelaki itu dulu mengingat pertemuan pertama itu atau tidak.

Rehan kecil telah menemukan kalung pemberian mendiang kakaknya.

Sejak saat itu, Hasna seringkali bermain di rumah Kaira. Padahal sebelum itu, Hasna tidak pernah mau diajak ke rumah itu. Dia tidak menyukai Kaira, saat itu. Menurutnya Kaira itu nakal dan Keanu juga. Kedua anak itu lebih sering membuatnya menangis daripada bahagia. Apalagi umurnya berada di bawah umur dengan kedua adik-kakak itu. Namun sejak dia melihat Rehan masuk ke area rumah Kaira dan Keanu, dia seringkali bermain disitu.

Hingga akhirnya, Hasna harus pindah ke luar negeri. Sejak saat itu dia tidak pernah lagi bertemu bahkan mendengar kabar Rehan. Jalinan pertemanan antara dirinya dengan Kaira memang tetap berlanjut, namun itu hanya beberapa bulan. Karena dirinya pun sudah memiliki kesibukan di tempatnya yang baru dan Kaira pun begitu. Namun Hasna tetap berharap suatu saat nanti dia akan kembali bertemu dengan Rehan.

Pada akhirnya Allah mengabulkan doanya. Beberapa waktu yang lalu, dirinya Allah pertemukan dengan lelaki itu. Awalnya Hasna tidak menyadari bahwa lelaki yang menawarkan bantuan untuknya ketika di halte tersebut adalah Rehan. Hingga ketika Hasna menatap mata yang terbingkai kacamata tersebut, dirinya pun menyadari bahwa lelaki itu adalah Kak Rehan, begitulah dulu dia memanggil kakak sepupu kedua temannya itu. Mata tajam itu masih sama dan Hasna menyukai itu.

Seperti saat ini, matanya masih tetap memandangi foto kecil mereka di ponselnya. Tepatnya fokus Hasna hanya pada Rehan.

"Na, masalah proposal mukhtamar kepengurusan udah sampai mana?"

"Na?"

"Hasna!"

Suara sekaligus tepukan di bahu itu membuatnya tersentak. Hasna mendengus kesal pada Haifa yang kini menatapnya dengan merasa bersalah. Sahabatnya yang satu ini memang seringkali mengingatkannya dengan Kaira. Jahil.

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang