SUJ 46

549 77 39
                                    

Ponselnya terus bordering semenjak lima menit yang lalu. Namun sang pemilik ponsel tersebut masih berkutat dengan keranjang sampah. Ini bukanlah hal yang biasa dia lakukan, namun dia juga tidak mungkin mengabaikan kedatangan Hilya tadi pagi hanya karena mencari gelangnya yang jelas sudah Rehan buang ke tempat sampah. Seharusnya saat ini Rehan sudah di jalan menuju rumah Tirta, sesuai janjinya pada sang mama. Namun lagi-lagi kemunculan Hilya secara tiba-tiba itu membuatnya harus tertahan di apartemennya sekarang.

Ah tidak, lebih tepatnya di depan keranjang sampah yang seharusnya sudah diambil oleh pihak kebersihan apartemen ini. Namun mencari sebuah benda kecil yang usang di antara sampah-sampah ini bukanlah pilihan yang tepat. Lihat saja, Rehan harus terjebak dalam pencarian gelang itu sudah hampir lima belas menit. Sebenarnya dia bisa saja mengabaikan maksud kedatangan Hilya, namun dia tahu, jika gelang itu benar-benar tidak ditemukan, tidak hanya Hilya yang akan marah padanya, namun Ariel dan Aris juga. Dua lelaki itu bahkan sangat menyukai Hilya. Apa jadinya jika gelang gadis itu hilang dan itu karena dirinya? Membuat marah dua pemuda yang akrab dengannya itu adalah kemungkinan yang buruk.

"Mas cari apa?"

Suara seseorang membuatnya terkejut. Rehan kemudian berdiri dan berbalik. Tepat di belakangnya, berdiri seorang lelaki berseragam security.

"Cari sesuatu Pak. Kayaknya nggak sengaja saya buang tadi." Jawab Rehan.

"Waah susah dong Mas. Barangnya sebesar apa?"

"Kecil sih Pak. Gelang."

"Yaa kalau gelang mah bakalan susah ditemukan, Mas. Apalagi pasti sudah disatukan dengan sampah-sampah dari apartemen yang lain." Ujar lelaki itu. "Gelangnya langka ya Mas?"

Rehan mengernyit heran. Gelang langka? Sejak kapan gelang seperti hewan atau tumbuhan yang bisa langka?

"Maksud saya, apakah gelangnya itu unik dari yang lain? Atau benda mahal ya?"

Rehan menggeleng. "Gelang rami biasa Pak. Nggak mahal juga." Jawab Rehan . Tapi itu gelang punya khasnya sendiri. Lanjutnya dalam hati.

"Beli di tempat aksesoris kayaknya ada Mas. Emangnya gelangnya hadiah ya?"

"Nggak sih Pak." Tapi gelangnya hadiah buat orang lain bukan buat saya

Lelaki itu tertawa. "Kalau kayak gitu, Mas beli aja di toko aksesoris. Pasti banyak. Daripada Mas bongkar-bongkar sampah."

Rehan diam. Mungkin jika nanti gelang itu benar-benar tidak dia temukan di tempat sampah ini, dia akan ke toko aksesoris untuk membeli gelang yang sama. Ah ralat, tapi gelang yang hampir sama. Lagipula gelang seperti itu pasti ada banyak di toko aksesoris dan Hilya tidak akan tahu kalau itu bukanlah gelangnya yang asli.

"Mas saya duluan ya." Lelaki itu berkata lalu pergi.

"Iya Pak." Jawab Rehan yang masih diam di tempat sembari menatap beberapa keranjang sampah berukuran besar di depannya.

Tanpa menunggu lebih lama, Rehan lalu berjalan menuju apartemennya. Barangkali sekarang dia sudah bisa lebih tenang dan sudah bisa segera pergi ke rumah Tirta. Masalah gelang nanti dia akan membelinya sendiri di toko aksesoris. Lagipula dia rasa itu adalah pilihan yang lebih baik daripada dia harus mengorbankan banyak waktunya hanya karena gelang itu dan harus menerima amarah dari Ariel dan Aris karena gelang Hilya yang hilang olehnya.

Selama nanti gelang yang dia dapatkan mirip dengan gelang milik Hilya dan gadis itu tidak menyadari gelang itu bukanlah gelangnya yang asli, maka Rehan bisa aman.

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang