SUJ - 7

1.8K 118 4
                                    

"Iya Mbak, ini sudah di depan kafenya kok. Mai langsung temui Mbak di dalem?"

"Iya, langsung aja."

"Aduh Mbak, jangan deh ya. Mai tunggu di luar aja ya."

Terdengar jelas perempuan yang sedang ditelpon itu menghela napasnya. Merasa tidak enak, akhirnya si gadis penelpon langsung bicara sebelum perempuan yang diteleponnya kembali menjawab.

"Iya deh Mbak. Mai langsung ketemu Mbak di dalem."

"Nah gitu dong. Itu baru Maira yang cantik." Si gadis itu memutar bola matanya malas. "Ya udah, Mbak tutup ya. Assalamu'alaykum."

"Wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Setelah mematikan teleponnya, si gadis itu langsung memasukkan ponselnya ke tas selempangnya. Kakinya masih enggan memasuki tempat di depannya. Kafe itu begitu sederhana jika dilihat dari luar. Namun dirinya sendiri tidak tahu bagaimana isi kafe tersebut. Setelah menghembuskan napasnya, lalu membaca bismillahirrahmanirrahim, gadis itu pun menyentuh knop pintu kafe yang terdapat tulisan kaligrafi 'Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh' tersebut.

"Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh," Walaupun pelan, namun salam itu terdengar jelas di pendengaran lelaki dan perempuan yang berdiri tak jauh pintu masuk tersebut. Hingga jawaban salam tersebut menyambut kedatangannya dengan ramah.

"Ada yang bisa kami bantu, Mbak?" Tanya gadis yang diterka si gadis penelpon tadi adalah seorang resepsionis kafe tersebut.

"Saya mau bertemu Mbak Irene, Mbak." Jawabnya.

"Maaf, dengan Mbak siapa ya? Mbak sudah buat janji dengan beliau?'

"Hilya Mbak. Iya, saya sudah janjian kok sama beliau."

"Baiklah Mbak Hilya, Mbak tunggu disitu dulu ya. Saya kabari Mbak Irene dulu."

Gadis yang dipanggil Hilya itu mengangguk lalu segera menuju tempat yang ditunjuk. Sekitar lima menit dia duduk sendiri di sofa tersebut, tak lama kemudian seorang perempuan bergamis navy dan berkhimar dusty pink datang.

"Kan tadi Mbak bilangnya langsung masuk ke ruangan Mbak, Mai. Kok malah duduk disini sih?" Perempuan yang tak lain bernama Irene itu langsung duduk di bagian samping Hilya.

"Ya Allah Mbak, Mai malah ngiranya Mai nggak dikasih masuk sama resepsionisnya. "

"Ada-ada aja kamu. Jadi gimana, tawaran Mbak kamu terima?"

"Kok langsung ke pembicaraan itu aja. Nggak mau nawarin Mai makan dulu nih?"

Irene tersenyum tipis menanggapi perkataan gadis di depannya. Ntah serius atau tidak, yang pasti gadis di depannya ini memang selalu bisa membuatnya tersenyum.

"Nanti deh ya, kita langsung temui Bosnya Mbak dulu. Mumpung dia lagi nggak sibuk."

"Ya Mbak, janji deh nggak makan banyak."

"Iya, Mai. Tapi nanti ya. Ayo buruan."

Gadis itu mengangguk pasrah. Walaupun jengkel, namun langkah kakinya tetap saja mengikuti langkah kaki perempuan bernama Irene tersebut.

Matanya melihat suasana di kafe tersebut. Jika dilihatnya dari luar, gadis itu sama sekali tidak menyangka bahwa ruangan di dalamnya lumayan besar. Desain ruangan tersebut begitu simple namun tidak meninggalkan kesan mewah. Namun bukan itu yang membuat gadis itu kagum dengan kafe tersebut, melainkan ada sesuatu yang membuat senyum tipis gadis itu muncul.

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang