"Tumben Mas ngajak saya ketemu langsung." Kata Rehan dengan nadanya yang khas, datar. Begitu pas dengan wajahnya yang juga tanpa ekspresi.
"Kan saya juga gak pernah komunikasi sama kamu sebelumnya. Gak usah nyindir gitu." Sahut lelaki di hadapan Rehan santai. Gayanya santai namun masih menampakkan kharisma tersendiri. Gaya bicaranya santai namun juga bijaksana.
Lelaki ini sangat mudah menarik perhatian orang, walaupun baru sekali bertemu. Rehan saja baru beberapa kali bertemu dengan lelaki ini, hanya saja biasanya hanya sekedar sapa. Namun sekarang berbeda. Lelaki di hadapannya itu menghubunginya langsung dan mengajak bertemu langsung.
"Jadi ada yang perlu saya bantu?"
"Benar yang dibilang Ammar, kamu sangat to the point. Bahkan untuk sekedar basa-basi pun kamu nggak bisa."
Rehan tersenyum tipis. Di depannya kini duduk lelaki yang wajahnya sangat mirip dengan kekasihnya, Amanda. Rehan tahu, Andra bukanlah Ammar. Mas Andra, begitulah dia biasa dipanggil. Sebagai kakak tertua, Andra memang menunjukkan wibawa yang berbeda dengan Ammar. Kakak kedua Amanda itu sangat sering bercanda dan jarang serius. Makanya ketika bertemu Ammar, Rehan bisa bersikap biasa saja. Namun berjumpa dengan Andra apalagi dengan pertemuan yang direncanakan seperti ini, Rehan yakin pasti ada sesuatu yang ingin Andra bicarakan dengannya. Ini pasti ada kaitannya dengan Amanda.
"Oke, saya kesini ingin membicarakan Amanda."
Tepat sesuai dengan perkiraan Rehan. Andra menemuinya pasti untuk membicarakan Amanda.
"Tepatnya tentang hubungan saya dengan Amanda?"
Andra tertawa pelan. "Kamu memang malas basa-basi ya ternyata. Tebakanmu langsung tepat sasaran."
"Jadi apa yang ingin Mas bicarakan tentang hal itu?"
"Karena kamu sangat to the point, maka saya juga akan melakukan itu. Bagaimana rencana kamu dengan Amanda ke depannya?" Tanya Andra langsung.
Diberikan pertanyaan sejenis ini oleh Andra membuat Rehan bingung. Jika yang menanyakan hal ini adalah Rafka atau temannya yang lain, maka menjawab hal seperti ini bukanlah hal yang sulit. Namun di depannya kini duduk seorang Andra Pramutama, seseorang yang Rehan kagumi karena wibawa dan kesuksesannya. Sebelum kenal dengan Amanda, Rehan sudah mengetahui Andra terlebih dulu. Lelaki itu begitu sukses dengan bisnis kulinernya bahkan juga ikut menggantikan posisi ayahnya di perusahaan keluarga mereka. Lelaki itu sudah sangat sering mengisi berbagai seminar nasional dan Rehan mengetahui itu. Justru karena latar belakang keluarga Amanda tersebut semakin membuat Rehan ragu untuk melangkah ke jenjang lebih serius dengan gadis itu.
Lagipula Rehan masih begitu mengharapkan kalau Amanda dengan Nizam. Lelaki yang tidak lain adalah sahabat baik Arif itu adalah lelaki yang pas untuk Amanda. Apalagi Nizam juga berasal dari keluarga terpandang. Hanya saja karena kesederhanaannya Nizam lebih terlihat seperti orang yang biasa-biasa saja. Padahal rumah sakit tempat mereka bekerja pun adalah milik keluarga besarnya.
"Saya tidak akan memaksa kamu untuk menikah dengan Amanda. Saya tahu sedari awal kamu hanya menganggap Amanda sebagai teman."
See,Rehan bahkan belum mengatakan apa-apa namun Andra lebih dulu bersuara. Perkataan lelaki itu jelas sekali kalau dia memang tidak akan memaksakan sebuah hubungan yang tidak harmonis di dalamnya.
"Wajahmu menunjukkan kalau yang saya ucapkan memang benar adanya. Saya tidak tahu apa alasan kamu mengajak adik saya menjalin hubungan ala ABG seperti itu. Namun sebagai seorang kakak saya hanya tidak mau jika adik saya menjalin hubungan yang tidak jelas ujungnya. Keluarga saya memang bukanlah keluarga yang religius, namun jika kamu berani mengajak adik saya menjalin hubungan seperti itu, saya harap kamu segera mengambil keputusan jalan akhir atas hubungan kalian. Halalkan atau tinggalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate Until Jannah
Romance*Sekuel Cinta untuk Alana Rehan Nandatama, Pemuda berusia hampir 30-an tersebut sudah terlalu sering ditanyakan tentang 'kapan nikah?'. Pertanyaan yang sama itu tentu saja membuat Rehan malas dan bosan. Bahkan untuk menjawabnya pun Rehan sudah teram...