SUJ 26

1K 98 32
                                    

Setelah dua hari beristihat di rumah, Rehan akhirnya bisa lega. Tante dan mamanya tidak lagi melarangnya untuk masuk kerja dan datang memantau kafenya. Kondisinya pasca mengantarkan mahasiswanya KKN memang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Pola makan yang tidak teratur dan stirahat yang sering lalai dia lakukan membuatnya benar-benar drop sesampainya di tempat KKN. Bersyukur Rio segera bisa menangkap sinyal tidak bagus dengan dirinya begitu dia menghampiri Rio di mobil. Hal itu membuat Rehan lebih memilih istirahat di mobil ketika Rio dan anak-anak yang lainji mendengar sambutan dari kades setempat sebelum mereka menuju posko KKN yang sudah tersedia.

Tidak hanya itu, walaupun para sahabatnya itu sering berperilaku aneh, namun kedatangan mereka dan berujung pada menginapnya mereka di apartemennya membuatnya ada yang mengurus pada malam itu. Kondisinya yang dia kira sudah lebih membaik, ternyata tidak seperti itu. Justru malam itu, dia membuat para sahabatnya itu sungguh khawatir. Muntah-muntah dengan kondisi badan yang menggigil membuatnya benar-benar lemas.

Alhasil pada malam itu, dia tidur ditemani mereka yang memilih untuk tidur di bawah tempat tidur Rehan. Kalau Keanu bilang, daripada kebagian di kasur hanya satu orang lebih baik mereka berempat tidur di bawah.

Walaupun sering membuatnya kesal, namun apa yang mereka lakukan malam itu membuat Rehan benar-benar terharu. Bersyukur mempunyai sahabat dan keluarga seperti mereka.

Kini dirinya baru selesai sarapan. Dia ada jadwal bimbingan dengan mahasiswanya hari ini. Namun beberapa menit kemudian, ponselnya berdering. Panggilan video dari mamanya. Segera dirinya menjawab panggilan itu.

Lihat, wajah perempuan yang penuh kelembutan itu membuatnya seringkali merindukan sosok itu. Wajah cantik itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan kecemasan pada dirinya.

"Assalamu'alaykum, Ma."

"Wa'alaykumussalam. Kamu gimana keadaannya? Sudah lebih membaik?" Mamanya bertanya dengan khawatir.

Rehan tersenyum sembari mengangguk. "Baik, Ma. Sudah lebih baik sekarang. Mama gak usah khawatir lagi ya."

"Iya. Kamu harus ingat, makan dan istirahatnya jangan sampai berantakan. Kamu sakit bikin Mama sedih loh."

Rehan tersenyum melihat betapa tulusnya perempuan di depannya itu. Sejak perempuan itu datang ke panti dan tersenyum padanya, entah mengapa hatinya yang dingin perlahan menghangat. Kebekuan hatinya selama ini seolah mencair ketika dengan lembut tangan itu mengusap kepalanya sembari berkata 'Mulai sekarang panggil saya, Mama ya'.

Sejak hari itu, Rehan yang sulit menerima orang baru sedikit mulai membuka diri. Walaupun perkataannya sering ketus, namun perkataan lembut perempuan yang sudah merawatnya semenjak usia lima belas tahun itu selalu dia balas dengan perkataan yang lembut pula. Perempuan itu yang dengan hangat menerimanya, merawatnya, memperkenalkan nya dengan kehangatan keluarga yang sesungguhnya setelah bertahun-tahun anak lelaki yang ramah itu berubah menjadi pemberontak tak tersentuh.

"Ma, Rehan baik-baik saja. Tante Kana merawat Rehan dengan begitu baik. Dan Rehan tahu, doa Mama pasti selalu mengiringi langkah Rehan."

Mamanya tersenyum lagi. Senyum hangat seperti biasa. "Tantemu itu memang baik. Harusnya kamu tinggal sama beliau jangan tinggal sendiri."

Rehan tertawa mendengar perkataan sang mama.

"Tante Kana itu selalu jodohin Rehan sama anak temannya. Stoknya banyak Ma."

"Tandanya beliau sayang kamu. Biar kamu nggak dikacangin lagi kalau lagi kumpul bareng sahabat-sahabatmu."

"Iya Ma. Mama doain ya, semoga Allah kasih Rehan jodoh terbaik. Kalo suami Ayara bilang, biar Allah yang pilihkan jodoh terbaiknya, kan Allah lebih tahu. Sekalipun belum ada cinta saat itu, kan cinta itu baiknya ditumbuhkan." Kata Rehan membuat mamanya tersenyum dikulum.

Soulmate Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang