COLD BOY-38

1K 87 18
                                    

Pada seneng gak sih kalau aku updet cepet?

Tambahin dong komennya biar aku tambah semangat nulisnya. Jangan cuma jadi siders aja🥺 aku juga pengen kalian tuh ngungkapin perasaan kalian kalau baca cerita ini. Plis jawab yaa👈

Kalian bisa tanya-tanya apa kenalan sama aku lewat akun ig aku @deriskals, jangan sungkan yaaa🤗

Happy Reading
....

Liam membawa Manda ke sebuah cafe yang jaraknya lumayan jauh dari ibukota. Cafe itu terletak diatas perbukitan, dengan dikelilingi pohon pinus disepanjang kanan dan kiri jalan. Mereka berjalan bergandengan menapaki jalan. Manda terpana kala melihat pemandangan indah dari atas bukit ini.

"Bentar deh, aku mau kesana dulu," Liam mengerutkan dahinya lalu melihat ke arah jari Manda menunjuk. Cowok itu melengkungkan senyum tipis saat melihat tingkah Manda sedikit berlari mendekati penjual pernak-pernik.

Liam berdiri di samping kekasihnya yang sedang memilih gantungan kunci. Manda terlihat bingung, sebab semuanya tampak lucu dan menarik. Hingga beberapa menit berlalu, Liam sudah merasa pegal menunggui Manda.

"Pak, yang ini ya. Sekalian dua aja deh," ujar Manda mengambil dua gantungan kunci dengan bentuk bunga pinus yang memang hanya tersisa dua.

"30 ribu, Neng," kata penjual itu dengan ramah. Saat Manda hendak membayar, Liam sudah lebih dulu memberikan uang untuk bayar.

Liam menggandeng tangan Manda lalu mengajaknya masuk di Caffe Bintang. Mereka duduk di kursi yang sudah Liam booking sebelumnya, ia memilih tempat yang cocok buat menikmati keindahan malam dipinggiran bukit.

"Bagus banget," ucap Manda tanpa berkedip. Liam hanya mengangguk mengiyakan.

"Kamu suka?" Liam bertanya, matanya menelusuri sekeliling.

"Iya, udah lama nggak pernah lagi ketempat kayak gini. Dulu mama sama papa sering ngajak aku dan kak Dinda ke tempat kayak gini," senyum gadis itu meredup, tergantikan dengan tatapan sendu. Ujung matanya sudah mengeluarkan cairan bening. Segera Liam menghapus air mata Manda dengan jarinya.

Liam mengelus kepala Manda, cukup mengerti perasaan gadis itu saat ini. Seharusnya Liam patut bersyukur karena masih memiliki kedua orang tua yang lengkap, meski papinya suka berpergian jauh demi mencari uang. Lihat lah, Amanda. Gadis itu terlihat kuat meski sudah bertahun-tahun kehilangan sumber kebahagiaannya.

....

Akbar tengah termenung di depan teras rumahnya. Cowok itu tampak melamun seperti sedang memikirkan sesuatu. Matanya menatap kosong ke arah halaman penuh pot tanaman hias.

Lamunan cowok itu buyar ketika Vendra datang menendang kakinya. Dengan santai, Vendra langsung menyeruput teh hangat milik Akbar. Lalu, mendudukan pantatnya dikursi samping cowok itu.

"Kayak orang lagi mikir aja," celetuk Vendra.

"Iyalah, kan punya otak. Gak kayak samping gue," balas Akbar membuat Vendra langsung melotot.

"Sekarang Liam jadi bucin," ucap Vendra entah dengan siapa.

"Gue masih nggak yakin dia bener-bener cinta sama Manda," gumam Akbar juga berpendapat.

"Kenapa? Gue liat dia emang udah beneran sayang tuh."

Akbar mengangguk pelan namun dalam hatinya masih ada keraguan. Ia hanya takut Manda hanya akan dijadikan pelampiasan Liam. Karena Akbar sungguh tidak rela jika Manda terluka.

Cold Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang