Siapkan komentar terbaiknya ya guys🥰
Alangkah lebih baik jika sebelum membaca menekan VOTE terlebih dahulu👈
===================================
Terhitung sudah lebih dari satu minggu sejak insiden dimana Liam menghancurkan senyum Manda, Akbar benar-benar bertekad menjauhkan Manda dari cowok itu. Hubungan keduanya juga belum membaik sebab Akbar selalu menghalangi Liam untuk menemui Manda. Bukan karena apa-apa, Akbar hanya mau Manda bahagia, bukannya terus terluka.
Lebih dari satu minggu pula, senyum Manda belum lagi kembali terbit. Dinda sebagai kakaknya pun sudah kehabisan cara untuk membuat Manda ceria lagi. Jika Akbar tidak sering berkunjung menghibur Manda, gadis itu hanya memilih ngurung diri di kamar.
Tok, tok
Pintu kamar gadis itu berderit pelan, Dinda dengan hati-hati mendorong pintu tersebut. Dirinya berulang kali mengembuskan napas berat. Kembali melihat sosok Manda yang dulu kini hadir lagi.
"Dek, siap-siap gih. Akbar udah nungguin tuh di bawah," ujar Dinda membenahi buku yang terjatuh.
"Suruh pulang aja, Kak." suruh Manda.
"Nggak boleh gitu, coba inget-inget lagi, dulu siapa hayo yang sering ganggu dia waktu tidur dan nangis dipojokan kamarnya?" Manda mengingat waktu dulu setelah mendengar ucapan Dinda. Benar, dulu ialah yang sering merengek bahkan sampai menangis jika Akbar tak menggubrisnya dan memilih tidur.
"Tapi aku lagi nggak mood," sahut Manda malas.
"Kakak mau pergi sama Bang Rino. Mau persiapin keperluan buat nikahan, biar nggak terlalu ngrepotin orang mulu,"
"Aku ikut Kak Dinda aja deh,"
"Yaudah, mandi gih. Kakak tunggu dibawah,"
"Hmm." Manda mengambil handuk, lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
Kurang dari lima belas menit, Manda sudah siap. Gadis itu menuruni tangga mencari keberadaan kakaknya. Ia sudah celingukan kesana dan kemari, tapi nihil. Tidak juga menemukan sosok Dinda maupun Rino, hanya saja ada Akbar yang tengah duduk santai disofa.
"Lo sendiri?" tanya gadis itu. Akbar mengangguk pelan.
"Kak Dinda sama Bang Rino mana?" Akbar mengendikkan bahu. Manda berdecak kesal saat sadar bahwa ia tadi hanya dikibuli oleh kakaknya, Dinda hanya berbohong akan menunggu dirinya.
"Eh, mau kemana? Gue mau ngajak lo ke suatu tempat," tangan Manda dicekal oleh Akbar saat hendak balik ke kamar. Manda pasrah mengikuti langkah Akbar yang berjalan meninggalkan ruang tamu.
Sekarang, keduanya berada ditengah taman kota yang tak jauh dari pusat perbelanjaan. Hari sudah menjelang sore, cuacapun sudah tidak sepanas tadi. Kedua remaja itu tengah duduk santai menikmati es krim ditangan masing-masing.
"Eh, itu ada anak kecil lucu banget," ujar Manda mengarah pada sosok balita yang tengah belajar jalan. Namun, baik Manda maupun Akbar terheran, balita itu sendirian tanpa ada pendampingnya.
Buuuk,
Manda langsung melempar es krimnya saat melihat balita tadi terjembab ke tanah. Tangisan itu keluar dari bibir mungilnya. Manda yang bingung mencari orang tuanya, langsung saja menggendongnya kasihan.
"Cup... Cup... Cup, uh sayang jangan nangis," Manda mencoba menenangkan seorang gadis kecil digendongannya itu. Tak kunjung mereda tangisnya, Manda dan Akbar sampai bingung harus berbuat apa. Mereka tidak tahu siapa orang tua gadis mungil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy (TAMAT)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Ini kisah Amanda dan Liam. Dua orang yang berbeda dalam semua hal. Amanda, termasuk dalam kategori murid baru. Tapi sudah banyak yang tidak heran dengan sifat Manda yang tempramental. Terlebih Liam, visualisasi cowok gan...