Tampak dua orang gadis dalam satu kamar tengah melakukan aktifitas berbeda. Fica tengkurap diatas kasur milik Manda dengan telinga tersumpal earphone, matanya terpejam terlihat begitu menikmati alunan musik. Sedangkan, Manda sedang membaca novel terbarunya yang ia beli setelah mengambil rapor.
Manda meletakkan pembatas buku dihalaman terakhir yang ia baca, kemudian ia menutupnya pelan. Ia beranjak dari kursi lalu ikut merebahkan tubuhnya di kasur. Setelah, pergi ke Bandung kemarin, Fica memang menginap di rumah Manda. Gadis itu terlihat seperti orang mau pindah rumah, sebab membawa koper begitu besar.
"Dengerin apa sih lo?" Manda mencopot salah satu earphone yang menempel di telinga Fica, lalu memasangnya ditelinganya sendiri.
Fica mengerjapkan mata, menyadari jika cewek novel itu sudah berpindah posisi menjadi didekatnya. "Lagu suami gue enak banget, sumpah,"
"Suami lo yang mana?"
"Tuh, yang di Korea." Fica nyengir melihat mimik wajah Manda.
Manda mencibir kala sahabatnya sedang dalam mode halu. Manda ikut mendengarkan musik yang Fica setel, jujur saja lagunya memang enak didengar.
"Judulnya apa?"
"Dynamite, lagunya BTS," jawab Fica begitu antusias. Jarinya menekan tombol pause, lalu beralih membuka youtube mencari video MV-nya.
"Keren banget kan, iyalah masa depan gue semua. "
"Buset, mukanya mirip semua!"
....
Liam tengah duduk di teras rumah Chelsea. Cowok itu menghantar mamanya untuk bertemu dengan Saras. Awalnya Liam enggan, merasa tak enak pada Manda kalau gadis itu sampai tahu. Liam menyeruput kopi ditangannya, sambil sesekali membalas chat dari kekasihnya.
Sedari tadi ia belum menjumpai batang hidung Chelsea, tadi kata Saras, cewek itu sedang Mandi karena mau pergi ke jalan-jalan bersama Alex. Liam mengendikkan bahu, mencoba tak terlalu peduli dengan urusan Chelsea dan Alex.
Liam mendongak kala sesosok pria bertubuh jakun berjalan ke arahnya. Siapa lagi kalau bukan Alex yang sudah rapi mengenakan kaus putih berbalut dengan jaket denim tak lupa dengan celana jeans hitam. Meskipun lirih, Liam sempat bergumam sinis. Entah sampai kapan hubungan mereka akan terus seperti itu, keduanya masih saling mengibarkan perang dingin walaupun sudah tak sekental waktu lalu.
"Gue mau tanya," Alex berdehem mengambil perhatian Liam dari ponsel.
"Hmm?"
"Chelsea nggak tau kalau Amanda pacar lo kan?"
"Bukan urusan lo."
"Liam, Liam. Lo bego apa gimana? Sebrengseknga gue, nggak pernah tuh mainin hati cewek,"
"Jangan sok tau."
"Gue tau, lo cuma jadiin Manda pelarian perasaan lo ke Chelsea kan?"
"Gue nggak sebrengsek yang lo omongin." ketus Liam tidak terima atas ucapan Alex.
"Kalau gitu, lupain Chelsea. Biarin gue yang bahagiain dia,"
"Lo aja nggak becus jagain dia. Apalagi bahagiain,"
"Terus mau lo, lo pacaran sama Amanda tapi masih sayang-sayangan ke Chelsea? Lo cowok, Men, kalau buat pilihan yang konsisten. Jangan labil kek banci." sinis Alex dengan geram. Meski terlihat masih ada rasa kesal di hati Alex, namun cowok itu hanya ingin menyadarkan Liam agar tak berlaku seperti cowok brengsek.
Hendak saja Liam ingin melayangkan tinju agar Alex tidak asal bicara harus diurungkan sebab Chelsea keluar disaat yang tepat. Gadis itu tak menyadari bahwa kedua cowok disampingnya itu baru saja bercekcok. Gadis itu tersenyum ramah menyapa keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy (TAMAT)
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Ini kisah Amanda dan Liam. Dua orang yang berbeda dalam semua hal. Amanda, termasuk dalam kategori murid baru. Tapi sudah banyak yang tidak heran dengan sifat Manda yang tempramental. Terlebih Liam, visualisasi cowok gan...