Hari senin telah tiba. Sekolah kembali ramai setelah libur dua minggu. Pintu gerbang utama padat karena dilalui para siswa yang tengah bahagia menyambut hari pertama. Pagi begitu cerah, seakan tengah menemani langkah mereka menggapai ilmu.
Langkah-langkah kaki berdentum mengetuk lantai. Mengumbar tawa kerinduan, juga bersemangat memulai cerita baru.
Suara knalpot dari beberapa motor langsung mengambil alih perhatian banyak orang. Tiga motor ninja memasuki gerbang berurutan. Mereka seperti sedang menghipnotis seluruh mata yang memandang. Liam bersama Amanda, lalu ada Vendra dan Fica, tak lupa pada Akbar yang tengah membonceng Chelsea. Yap, hari ini Chelsea memutuskan untuk kembali bersekolah. Kehadiran gadis itu membuat satu sekolah heboh.
"Aku mau ke kelas." ujar Manda setelah meletakkan helm.
"Biar gue anter," jawab Akbar tak peduli meski ada Liam di samping Manda. Liam langsung mengepalkan tangan dan berdecih tidak suka.
"Dia cewek gue." sinis Liam mengingatkan pada Akbar tentang statusnya.
"Manda sama aku dan Fica aja. Kita kan sekelas," lerai Chelsea tidak ingin adanya pertempuran lagi. Dirumah Manda saja tadi Akbar dan Liam sudah akan adu hantam.
"Gue anter." Kekeh Liam.
"Hmm," gumam Manda malas meladeni. Sebab, ia masih belum bisa memaafkan Liam.
"Yaudah yuk, kita ke kelas bareng-bareng." ajak Chelsea.
"Lo nggak mau ngaterin gue?" Fica menyikut perut Vendra.
"Buat apa? Lo kira gue bodyguard nenek lo," jawab cowok itu.
"Ngeselin,"
"Kalau mau harus bayar, mana ada gratisan dijaman sekarang." Fica dibuat semakin kesal dengan Vendra. Memang ya Vendra itu cowok menyebalkan yang tidak bisa romantis seperti Akbar maupun Liam meski cowok itu terlihat dingin.
"Ayo," ajak Liam menggandeng tangan Manda. Diikuti oleh Chelsea juga Akbar dibelakang. Begitu pula dengan Vendra dan Fica yang langsung mengikuti.
"Lepas, malu diliatin." kata Manda tegas. Namun Liam tidak mau melepaskannya, malah terlihat semakin mempererat genggamannya.
"Biarin," sahut Liam.
Akbar hanya bisa diam. Hubungan Manda dan Liam memang bukan urusannya. Akbar hanya ingin melindungi Manda. Meski gadis itu berusaha tegar.
"Kak, tangan gue nganggur loh," ucap Fica menyodorkan tangannya.
"Terus? Gue harus nyuruh lo angkat jemuran?" tanya Vendra memutar bola mata.
"Ckck. Lo bisa nggak sih manis dikit, noh liat kayak Manda sama Kak Liam, gue juga pengen," cibir Fica merasa jengkel.
"Dih ngarep. Emang lo pacar gue?" kata Vendra membuat Fica terdiam.
....
"Fica, boleh tukeran bangku sebentar?" tanya Chelsea pada Fica yang sedang membuat mainan kertas.
"Oke," jawab gadis itu. Matanya melirik sekilas pada Manda yang tengah meletakkan kepala menghadap tembok.
"Manda, aku tau kamu nggak tidur," ucap Chelsea bersuara halus. Sedangkan Manda masih tetap pada posisinya.
"Ada yang mau aku bicarain." lanjutnya.
Manda membalikkan badan. Lalu duduk tegap menatap wajah Chelsea. Tanpa tersenyum, gadis itu berwajah masam.
"Maaf ya, selama ini aku nggak tau kalau kamu sama Kak Liam pacaran,"
"Bukan salah lo kok,"
"Aku cuma mau bilang kalau dia beneran suka sama kamu, Manda." Manda tertawa sumbang kala mendengar ucapan Chelsea yang berusaha meyakinkan.
"Man, serius. Aku emang ga pandai buat bergaul, tapi aku udah kenal lama sama Kak Liam. Dia sayang sama kamu, waktu kamu pergi dari rumah aku itu, dia ngejar kamu. Dia ada jauh dibelakang kamu, dia tau kalau waktu itu kamu juga sama Kak Akbar. Tapi Kak Liam milih diem, karena dia tau kamu lebih butuh Kak Akbar." tutur Chelsea memberi penjelasan.
"Aku nggak tau banyak. Cuma waktu itu mereka berantem di deket rumah kamu. Waktu itu aku mau nemenin Kak Liam buat ngejelasin ini semua ke kamu, tapi dihadang sama Kak Akbar. Kak Akbar nggak ngebiarin kita dateng ke rumah kamu. Terus, lain hari Kak Liam nekat ke club, aku dikasih tau sama Kak Alex. Dia bilang kalau Kak Liam gitu karena saking frustasinya, dia kelihatan bener-bener hancur tanpa kamu." sekuat tenaga berusaha untuk tegar, Manda tidak akan bisa. Gadis itu kembali terisak dalam tangisnya. Hati dan pikirannya merasa bimbang.
"Gue nggak bodoh. Jelas-jelas Liam sukanya sama lo, Chel." sanggah Manda, ingatannya kembali terlempar dalam beberapa kejadian dimana Liam terlihat sangat peduli pada Chelsea.
"Itu dulu, sebelum dia kenal sama kamu. Percaya sama aku, dia juga sama hancurnya kayak kamu. Bukanya aku ingin ikut campur tapi setidaknya aku bisa sedikit ngebantu kalian. Terutama Kak Liam, dia udah aku anggep sebagai kakak,"
"Beri gue waktu buat berpikir. Sesekali gue juga ingin dimengerti." ujar Manda setelah tangisnya berhenti. Untung saja kelas sedang sepi karena waktu istirahat.
Chelsea tersenyum simpul, lalu mengelus pelan tangan Manda.
Apa yang telah patah akan terasa sulit bila dipaksa untuk kembali utuh.
____________________________________________
Tbc,
Beri komentar dong buat part ini.
Maaf ya agak pendek hehe.Bisa updet kalau nggak jumat, sabtu apa minggu. Soalnya senin sampai kamis lagi PKL. Pejuang SMK wkwk🤪
Ayo SPAM komen sebanyak- banyaknya. Antusias kalian semangatku🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy (TAMAT)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Ini kisah Amanda dan Liam. Dua orang yang berbeda dalam semua hal. Amanda, termasuk dalam kategori murid baru. Tapi sudah banyak yang tidak heran dengan sifat Manda yang tempramental. Terlebih Liam, visualisasi cowok gan...