COLD BOY -29

2.3K 147 23
                                    

Happy Reading guys!
.

Yang Manda lakukan kini hanya menggigit ujung kuku dengan jantung yang berdetak tak karuan. Manda berada dalam situasi yang tidak seharusnya terjadi.

Liam keluar dari ruang BK bersamaan dengan Akbar yang juga keluar dari ruangan itu. Liam menatap kesal dan juga marah pada Akbar. Sedangkan Akbar juga menatap sama. Mereka saling melemparkan pandangan.

Manda menuruti kemana Liam membawanya pergi dengan kaki yang sedikit terpincang.

"Maaf, bikin kalian jadi berantem." Manda menundukkan kepala dan juga meremas ujung roknya.

"Aku yang minta maaf."

Manda mendongak membalas tatapan maaf dari pacarnya.

Manda merogoh tissue saku yang berada disaku baju, lalu tangannya merogoh mencari sesuatu. Plester! Manda segera membersihkan sedikit darah dipelipis Liam lalu memplester dengan hati-hati.

Jantung Liam berdegub kencang, merasa bersalah karena sudah mencueki Manda beberapa hari belakangan ini. Tangan kekar itu terulur menyentuh sebuah luka yang sudah diperban.

"Maaf, pasti sakit ya"

Manda berdecak. "Ya, seenggaknya gak sesakit waktu dicuekin."

Liam tertunduk. Merasakan rasa nyeri dialiran darahnya. Rasa nyeri yang jauh lebih sakit daripada bekas pukulan Akbar tadi.

"Hahaha, bercanda. Aku sadar posisi kok." Ujar Manda diselingi tawa. Walau terdengar seperti sedang menyindir.

"Ish!" Ringis Liam saat Manda menekan lukanya.

"Aku tau aku salah. Sekali lagi minta maaf."

"He, em."

.....

*Flashback.

Liam yang baru saja meletakkan tas ransel dan juga jaket denim diatas meja. Dari arah belakang bahunya disentuh kasar oleh seseorang.

Akbar, dia pelakunya. Cowok jakun itu meraih bahu Liam sedikit menyentaknya. Lalu menariknya keluar kelas, meninggalkan Vendra yang masih mengecengi teman sekelasnya.

"Li, gue tau lo sahabat gue. Tapi sikap lo jangan brengsek gitu. Seenaknya mainin hati orang."

Alis Liam terangkat, tidak mengerti dengan arah pembicaraan Akbar.

Liam masih diam tak bergeming, membuat Akbar yang selama ini berdecak sebal menahan kesal.

"Lo masih suka Chelsea apa cinta Manda?"

"Bukan urusan lo."

"Gue paham Chelsea sangat penting buat lo, begitupun buat gue sama Vendra yang udah nganggep dia sebagai adek sendiri."

"Tapi gue juga kasihan sama Manda. Dia butuh lo. Lo jangan egois, lo nggak bisa suka dua-duanya. Jangan jadiin Manda pelampiasan, gue nggak bakal maafin lo, Li."

"Kenapa? Toh hubungan gue sama dia baik-baik aja."

Satu pukulan keras menghadiahi wajah Liam. Liam yang diserang mendadak sedikit limbung, heran dengan apa yang dilakukan Akbar. Mungkin bisa dibilang sejak berteman dengan Akbar, Akbar itu bukan seorang yang pemarah apalagi main fisik. Namun kali ini Liam terkejut, apa dia sudah sangat keterlaluan? Tapi apa salahnya?.

"Mungkin satu pukulan mampu buat nyadarin lo. Mana ada hubungan yang lo kata baik-baik kayak gini ha? Iya mungkin lo pikir baik-baik aja, tapi lo gak liat jadi Manda. Lo gak mikir jadi Manda gimana nahan sabar cuma buat dapet kabar dari lo yang belakangan ini selalu lebih mentingin Chelsea."

"Jaga mulut busuk lo, Chelsea sahabat gue. Manda pacar gue. Mereka sama dalam porsi beda."

"I know, lo nyikapin nya salah bro. Lupain perasaan lo ke Chelsea apa tinggalin Manda. Dia berharga."

"Lo suka pacar gue?"

"Ya, sejak kecil gue udah suka dia."  Ujar Akbar tanpa merasa ragu. Namun, tanpa mereka sadari, Manda bersama Fica baru saja tiba setelah diberitahu teman sekelasnya jika Liam dan Akbar sedang berantem.

Tubuh Manda terdiam kaku mendengar ungkapan yang keluar dari mulut sahabatnya. Lalu setelah itu tanpa mereka duga, Liam melayangkan tinjuannya sehingga membuat Akbar terjatuh.

Tuhan, mengapa menjadi serumit ini?

*Flashback Off

.....

Chelsea tengah bergembira atas kedatangan Alex dirumahnya. Semenjak keluar dari rumah sakit, baru hari ini cowok itu berkunjung ke rumahnya.

Mereka belajar bersama, lebih tepatnya Alex menemani Chelsea mengejar ketertinggalan materi disekolahnya.

"Kamu beneran udah sembuh? Maafin aku ya selama ini nggak bisa nemenin kamu dirumah sakit." Alex mengusap surai hitam milik Chelsea dengan sayang.

"Aku udah sembuh, kamu jangan kuwatir. Liam kan selalu jaga aku." Jawab Chelsea dengan menampilkan senyum lebarnya.

Alex kembali tersenyum, kali ini senyumnya tak begitu kentara. Hubungan mereka masih terbilang buruk. Baik Alex maupun Liam belum ada yang mau mengalah.

....

Fica membawakan seporsi batagor dari kantin untuk Manda. Keduanya menikmati batagor tersebut didalam kelas.

Walaupun jam istirahat kelas IX IPA 1 tetap terlihat ramai. Seolah kelas itu tidak pernah sepi penghuni. Maklum, kebanyakan dari mereka murid pintar dan berprestasi sehingga membuat kelas IPA 1 merupakan kelas teladan. Memang benar jika murid pintar kadang memilih untuk anti bersosialisasi.

"Fic, sumpah ini pedes banget. Lo ngasih sambal berapa sendok?" Tanya Manda sambil mengibas-ngibaskan tangan kirinya.

"4 sendok." Fica menyengir tak berdosa.

"Lucknut! Mana minumnya?" Manda kelabakan mencari minum, hari ini dia lupa tidak membawa jadi tadi dia menitip pada Fica sekalian.

"Gue lupa, hehehe." Kedua kalinya Fica menyengir dan juga mengangkat kedua jarinya.

Muka Manda merah padam. Antara menahan kesal dan juga kepedesan. Baru saja akan mengomel, sebuah minuman dingin diletakkan dipipinya.

Mereka berdua menoleh kedepan, mencari siapa pelaku yang menempelkan minuman dingin tersebut.

"Minum." Titahnya setelah membukakan tutup botol.

Manda yang awalnya ragu akhirnya tanpa babibu langsung menegaknya sampai puas.

"Makasih."

"Nanti mau pulang bareng?" Manda menggeleng menolak ajakan Akbar.

"Udah sama Liam." Jawabnya canggung.

"Yaudah, nanti aku mau kerumah. Mau jelasin." Akbar tersenyum, mengerti bahwa Manda masih sedikit syok ataa kejadian tadi pagi.

Akbar meninggalkan ruang kelas yang disertai bell masuk berbunyi.

Fica menggeleng kecil. "Kak Akbar beneran kejebak FriendZone! Hahaha." Tawanya meledak diakhir.

====
Tbc,
Semoga suka ya sama part ini.
Gimana baper ga?
Pilih LiaManda apa MandAkbar?

Jangan lupa vote sama comment ya!
See you next part❤

Jogja, 5 Mei 2020

Deriskasalsa

Cold Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang