Belum baca cerita ku yang Arshila? Buruan baca. Insyaallah kalian suka🤗 bantu support semua cerita ku ya. Makasih semua❤
Happy Reading!
====Semua orang yang berada diruangan Chelsea menatap Liam yang tiba-tiba terbatuk.
"Minum, keselek apa sih sampe segitunya?" Tanya Chelsea keheranan.
Liam langsung mengambil air minum disamping tas Manda lalu meneguknya.
Setelah minum Liam mengembalikan wadah botol ditempat semula. Lalu mencangking tas Manda dan mengajak sang pemiliknya segera pulang.
"Sorry, gue mau pulang dulu. Ganti baju sekalian nganterin Manda. Ayok." Pamit Liam pada semuanya.
"Loh kok--." Ucapan Chelsea terhenti sebelum ia menyelesaikan ucapanya.
"Dah ya, kamu biar dijagain Akbar sama Vendra dulu. Cepet sembuh." Pesan Liam melirik kearah kedua temannya dan tidak lupa tangannya mengacak pelan rambut hitam milik Chelsea.
Manda hanya diam menahan napas saat melihat pacarnya bersikap sesayang itu pada perempuan selain dirinya.
"Gue pulang dulu ya. Lekas sembuh, Chel." Manda juga berpamitan pada Chelsea. Lalu tersenyum pada Vendra dan Akbar.
"Tiati, mbak bro." Sahut Vendra sambil melambaikan tangan.
Beda dengan Akbar yang menjawab dengan deheman kecil lalu. Berkata 'hati-hati' tanpa suara namun Manda bisa mengerti.
...
Manda mengeratkan pelukannya dilingkar perut Liam. Tadi sebelumnya saat diparkiran rumah sakit, mereka harus bercek cok paham terlebih dulu yang disebabkan Liam baru menyadari bahwa sejak kedatangan Manda tadi pacarnya itu terus memakai jaket Akbar.
Liam yang tadinya memaksa melepas jaket itu dan mengganti agar Manda mau menggunakan jaket miliknya pun tidak mau. Manda beralasan jika jaket milik Liam yang akan ia kenakan maka Liam tidak akan memakai jaket begitu? Tentu saja Manda tidak mau. Hari sudah menjelang petang, hembusan angin sudab mulai dingi.
Manda tidak tega membiarkan Liam mengemudi tanpa mengenakan jaket. Sampai akhirnya Liamlah yang kembali mengalah. Memang tidak akan menang jika cowok beradu mulut dengan cewek.
"Jadi mampir beli milkshake dulu?" Liam membuka kaca fullfacenya lalu bertanya pada Manda.
"Iya dong. Kan udah janji."
"Oke. Bu bos!" Manda terkikik geli mendengar suara Liam yang dibuat seperti anak-anak.
Sesampainya dikedai, Manda segera memesan 2 milkshake yang satu rasa vanilla dan satunya rasa coklat. Sembari menunggu pesanan, mereka berdua memilih duduk dibangku.
"Oh ya, 2 minggu lagi ada ujian tengah semester kan?" Liam mengangguk sebagai respond.
"Makanya belajar yang bener." Liam mencubit pipi Manda kedua-duanya.
"Lha terus Chelsea udah mau berangkat sekolah? Mau ikut ujian? Boleh kah?" Beo Manda membuat Liam gemas sendiri.
Liam tampak berpikir. "Mungkin kalo udah bener-bener sembuh, dia akan belajar susulan materi dirumah."
Manda hanya ber-oh ria.
"Kelas berapa sih?""Sekelas sama kamu." Manda membulatkan matanya. Tidak menyangka saja.
"Kok Fica nggak pernah bahas Chelsea ya?" Manda bertanya. Heran saja selama ini Fica tidak pernah menyinggung perihal Chelsea padahal mereka teman sekelas.
Liam mengangkat bahunya acuh. Yang Liam tahu Chelsea tidak mudah bergaul. Teman disekolah saja hanya bisa dihitung, dan suka menyendiri jika dikelas.
Dua milkshake sudah tersaji dihadapan Manda. Dengan riang ia menyesap segelas milkshake dengan nikmat. Sampai tidak sadar bahwa busa dari minum itu belepotan dibibir Manda.
Liam menatap datar kearah Manda. Laly mengambil selembar tissue, dan segera mengelapnya dengan hati-hati. "Dasar bocah."
Manda menyengir kuda.
Ah ya, Manda jadi teringat sesuatu. "Em, Maksud Gina ngomong kalo aku cuma jadi pengganti Chelsea apa?" Tanya Manda sambil menimang pertanyaannya itu.
Liam menatap Manda dengan tatapan yang sulit diartikan. Seperti ada hal lain yang belum Manda ketahui.
"Gina ngomong apa aja? Jangan dengerin. Dia licik." Jawab Liam.
"Kamu pernah suka ya sama Chelsea, apa sampai saat ini masih?" Cicit Manda tidak berani menatap Liam.
"Man." Interupsi Liam.
"Jawab aja. Iya apa engga?"
Liam diam tidak memilih jawaban iya atau engga. Namun diam nya Liam membuat Manda berpikir iya. Manda terlihat sedikit sedih namun sebisa mungkin tidak memperlihatkan."Yaudah yuk pulang." Ajak Manda.
"Oke." Jawab Liam seadanya.
....
Liam mematikan mesin motornya ketika sampai didepan rumah Manda. Manda menawarkan Liam agar mampir dulu, berhubung kakaknya sudah pulang. Bisa dilihat dari mobil bang Reno yang terparkir dihalaman.
"Assalamualaikum," Manda berucap salam, lalu masuk kedalam dan diikuti Liam dibelakangnya.
"Waalaikumsalam." Dinda dan Reno serempak menoleh kearah Liam dan Manda.
"Eh, ada Liam. Tumben baru pulang jam segini." Tanya Dinda sambil melirik jam tangannya.
"Ah iya kak, maaf tadi Manda saya ajak jenguk temen dirumah sakit dulu." Ujar Liam sambil menyalami Dinda dan juga Reno.
"Ohh, yaudah gapapa. Itu cuma si Mandanya aja kok gak bilang dulu."
"Mati kak, HP aku mati." Dengus Manda sebal, seolah Dinda menyalahkannya saja.
"Yaudah gih bersih-beraih dulu. Bau asem kamu. Kakak mau bikinin pacar kamu minum dulu."
"Gak usah kak." Tolak Liam
"Udah nggak papa. Tamu kok didiemin aja,"
"Bentar ya." Pamit Manda lalu melenggang pergi ke kamarnya muni mau Mandi.
Dinda kembali dengan nampan berisi secangkir teh anget. Lalu menyuguhkan pada Liam yang terduduk disamping kekasihnya. Mereka terlihat sedang berbincang.
Manda turun masih dengan rambut basah beserta handuk kecil dikepalanya. Terlihat lebih segar dari sebelumnya, dan juga wangi yang selalu dirindukan Liam.
....
Setelah sedikit lama, Liam memutuskan untuk pamit pulang. Manda mengantar Liam sampai depan rumah.
"Makasih banyak."
"Sama-sama."
"Hati-hati dijalan, jangan ngebut, doa dulu." Pesan Manda pada Liam.
"Siap bos. Aku pulang dulu ya." Liam mendekati Manda dalam hitungan detik Liam mengecup pipi Manda. Sekejap keduanya terdiam kaku.
Manda tersadar saat Liam sudah menstater motornya. Gugup mau berkata apa. "Ekhem, hati-hati."
Liam tersenyum melihat wajah Manda yang sudah memerah menahan malu. Dan segera berbalik masuk rumah ketika Liam sudah pergi.
"OMGGG!!" Teriak Manda begitu keras.
====
Next? Vote + comment.
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy (TAMAT)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Ini kisah Amanda dan Liam. Dua orang yang berbeda dalam semua hal. Amanda, termasuk dalam kategori murid baru. Tapi sudah banyak yang tidak heran dengan sifat Manda yang tempramental. Terlebih Liam, visualisasi cowok gan...