Happy Reading, Guys!
Jangan lupa tekan bintang dulu yaaaa😊
Soalnya vote+komen dari kalian adalah semangatku buat lanjutin cerita ini🥺 ga ngemis sih. Tapi buat yang berkenan silahkan komen sebanyak-banyaknya. Makasih ❤Ujian sekolah sudah berlalu, kini para siswa hanya datang ke sekolah untuk agenda classmeeting yang selalu dilaksanakan sebelum penerimaan rapor semesteran. Banyak lalu lalang siswa berkeliaran dibeberapa penjuru sekolah. Selama lima hari kedepan sekolah hanya diisi oleh serangkaian kegiatan.
Berbeda dengan banyaknya siswa yang terlihat sedang bahagia karena sudah tidak ada beban belajar dan hanya tinggal menunggu waktu liburan saja, di pojok bangku kantin sana, Manda duduk menampakkan raut wajah murung. Tidak sendirian, gadis itu berdua bersama sohibnya yang tak lain adalah Fica.
"Bengong mulu dari tadi,"
"Hmm. Kapan sih libur? Bosen banget."
"Tumben, padahal lo kan anak rajin."
Manda kembali diam tidak balas menyahuti ucapan Fica. Yang sedari tadi Manda pikirkan hanya kapan libur akhir semester tiba. Dirinya sudah tidak sabar ke Bogor untuk menziarahi makam kedua orang tuanya, karena diundur dari seminggu lalu. Kakaknya berubah pikiran, tidak mengizinkan Manda pergi ke Bogor sebab masih ada tanggungan ujian sekolah.
Gubrakk,
Manda menoleh kala suara kencang menembus indera pendengarannya. Tak lama kemudian ia tertawa sangat keras hingga berhasil menarik perhatian di area kantin. Didepannya itu Fica tengah menampilkan raut wajah tak dapat dijelaskan. Bagaimana bisa, tidak ada angin maupun hujan Fica tiba-tiba terjuangkal dari posisinya duduk dikursi panjang tanpa senderan. Konyol.
Mimik wajah Fica antara malu, sakit dan kesal saling berebut posisi agar terlihat jelas diwajahnya. Rasa-rasanya Fica hampir ingin menangis saja, tetapi tidak jadi. Karena itu akan semakin membuatnya malu. Dengan menampilkan semyum kikuk ke segala arah, ia berusaha berdiri.
Jika Fica seperti Manda yang sering membawa buku kemana-mana maka ia bisa pergunakaan disaat genting seperti ini. Contohnya untuk menutupi wajah. Manda meredakan tawa, lalu bertanya apa yang terjadi pada Fica hingga bisa terjungkal seperti itu.
Memang definisi teman baik. Ngetawain dulu urusan nolong mah belakangan. Tapi beda lagi dengan Manda yang habis ketawa bukannya nolong dulu.
"Gue. Malu." tekan Fica dengan suara lirih namun kentara jika menahan malu yang amat besar.
"Emang sih, kalau jatuh ditempat umum mah gitu. Sakit kagak, malu iya." celetuk Manda, membuat Fica jadi kesal. Sebab yang Fica rasain itu dua-duanya. Sakit iya, Malu gak kebendung. Ia juga mikir bisa-bisanya terjungkal.
....
Manda menemani Fica membersihkan seragam yang terlihat sedikit kotor karena insiden di kantin tadi. Sebenarnya Manda kasihan pada Fica, tapi gelak tawa juga tidak bisa ia tahan.
"Udah dong ngetawainnya. Sumpah, ngeselin banget lo, Man."
"Hahaha, lucu banget. Perut gue sampe kram."
"Gue doain nih biar kualat mulut lo gabisa mingkem."
Manda langsung menutup rapat mulutnya setelah mendengar ucapan Fica. Ia takut bila doa buruk Fica terkabul, soalnya Fica sekarang sedang teraniaya dengan gelak tawa Manda.
"Kampret." ketus Manda.
"Man pinjemin jaket lo dong," pinta Fica mesti tahu Manda akan sulit meminjaminya. Sebab, Manda itu tipe orang yang over mencintai barang kepunyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy (TAMAT)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Ini kisah Amanda dan Liam. Dua orang yang berbeda dalam semua hal. Amanda, termasuk dalam kategori murid baru. Tapi sudah banyak yang tidak heran dengan sifat Manda yang tempramental. Terlebih Liam, visualisasi cowok gan...