COLD BOY- 32

2.7K 140 20
                                    

Minal 'Aidin wal-Faizin 😇

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ, وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك

"Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu."

Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir & Bathin. Semoga Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa kita, dan menjadikan lembaran baru yang suci ini menjadi lebih baik untuk kedepannya. Aamiin😊

.....

Manda sedang melahap beberapa camilan yang tersedia didekatnya. Matanya terus menyusuri lembaran buku kimia. Seperti itulah kebiasaan Manda jika tidak ada PR, akan sibuk membaca buku dengan berbagai aneka makanan ringan.

Otak jalan, mulut juga jalan. Begitulah pepatah dari Manda.

Setelah dirasa cukup, Manda menutup buku paket kimia tersebut. Sebentar lagi akan Ujian Tengah Semester, dan dirinya harus menyiapkan dengan sungguh-sungguh.

Pintu rumah terbuka, menampilkan sosok Dinda dengan raut ceria walau pulang dari kerja.

"Yuhuuuu...Sepadaaaa,"

"Berisik, kak. Dah malem, ntar dimarahin tetangga." Balas Manda

Dinda menutup pintu lalu berlari kearah adiknya. Dinda langsung duduk disamping Manda dan menuyuruh adiknya sedikit bergeser.

"Yaampun, Man, kakak seneng bangetttttt,"

"Ada apa? Gaji kakak dinaikin?"

"Bukan ih,"

"Terus?"

"Lusa Rino mau ngelamar kakak, dia mau bawa seluruh keluarganya kesini." Dinda berujar dengan girang. Pipinya bersemu kemerahan bak tomat.

"Serius?! Wah, selamat dong kak." Manda memberi selamat lalu memeluk erat Dinda-kakak satu satunya yang Manda punya.

"Andai papa sama mama masih ada, pasti mereka bahagia, ya kan kak?"

Dinda mengurai pelukannya, mengusap tetesan air mata yang entah sejak kapan mengalir dipipi Manda.

"Suttt...jangan nangis, mereka pasti bahagia, itu pasti."

"Manda kangen mama, kangen papa,"

"Besok setelah kamu ujian kita kebandung, ziarah kemakam mereka, oke? Udah dong jelek kalo nangis. Mana adek kakak yang judes itu, ayo senyum"

Manda mencibir, lalu tersenyum kecil mengecup pipi kanan Dinda.

....

Sore itu Manda pergi kerumah Fica. Manda sudah rapi mengenakan setelah celana jeans panjang yang dipadukan dengan sweater rajut. Manda keluar kamar ingin meminta ijin terlebih dulu pada Dinda. Dinda yang sedang berberes pun mengijinkan adiknya.

"Hati-hati," pesannya pada manda.

Manda mengangguk, kakinya melangkah pergi meninggalkan Dinda. Manda menyetop taxi yang lewat dijalan dekat rumah. 10 menit perjalanan Manda tiba didepan rumah bercat abu-abu. Rumah itu terlihat sepi.

"Assalamualaikum," Manda memencet bel dirumah Fica.

Fica membuka pintu tak lama kemudian, "Waalaikumsalam, masuk sini."

Manda mengangguk, menyerahkan beberapa kamus yang pernah ia pinjam.

"Tumben rumah lo sepi kek kuburan,"

"Nyokap lagi ada arisan, ke kamar gue aja yuk. Sekalian mau ngomongin sesuatu," kata Fica membuat Manda sedikit penasaran.

Manda duduk didekat meja belajar yang tampak berantakan, Fica duduk dipinggiran kasur dengan memegang sebuah ponsel.

"Waktu itu lo tanya tentang Chelsea kan ke gue? Masih inget?" Manda mengangguk.

Fica membuka ponselnya lalu menunjukkan sebuah foto kepada Manda. "Pasti lo udah tau foto ini, yakan?"

Manda kembali mengangguk.

"Chelsea itu dulu deket banget sama Kak Liam, pacar lo. Tapi status mereka nggak jelas. Dikelas dia tuh pendiem, banget malah. Hampir nggak punya temen. Tapi kalo lagi barengan sama Liam ddk, dia tuh jadi sok asik. Bahkan banyak dari kita yang nggak suka sama dia. Satu lagi yang lebih wow, tau yang namanya Alex?"

Manda mengangguk ragu. "I-iya. Terus?"

Fica menjentikkan jarinya."Nah, Alex tuh dulu juga satu sekolah sama kita, dia juga sahabatan sama Liam, Akbar, dan juga Vendra. Alex itu suka sama Chelsea begitu juga Liam, Chelsea nggak bisa milih antara mereka berdua, soalnya Chelsea suka keduanya, tapi dia bersikap seolah-olah nggak suka keduanya padahal nyatanya dia PHP-in kak Liam dan juga kak Alex.

Waktu itu dia kecelakaan dideket sekolah, gue juga nggak tau detailnya. Tapi setelah dilarikan kerumah sakit gue denger kabar kalo Chelsea koma, kak Liam dan kak Alex saling nonjok satu sama lain, saling nyalahin atas kecelakaan yang Chelsea alami. Sampe-sampe kak Alex pindah sekolah, setau gue diluar kota." Fica menjelaskan panjang lebar. Manda menganga tak percaya, benarkah serumit itu?

"Yaudah jangan dipikirin elah, santuy beb santuy, kak Liam dah jadi milik lo." Ujar Fica membuat Manda menoyor kepala gadis itu.

"Suntuk banget," keluh Manda membaringkan tubuhnya.

Fica menegakkan tubuhnya seolah mendapat ide. "Gimana kalo kita jalan-jalan ke mall? Nyari buku, katanya lo lagi cari buku pengetahuan terbaru kan?"

"Males Fic, lagipula gue nggak bawa uang lebih,"

"Yaudah yang penting jalan aja dulu, bentar yak gue mau ganti baju dulu." Fica berlari meraih sebuah kaos dan rok pendek menuju kamar mandi.

....

Tadi Liam sempat menghubungi Manda, katanya lagi mau jalan kerumah Chelsea sebab gadis itu tengah ketakutan dirumah sendirian. Manda menghela napas berat lalu mengiyakan saja, Liam kata dirumah Chelsea Vendra juga akan datang, jadi mereka tidak berdua.

Sudah 3 jam dari pesan terakhir Liam memberi kabar. Sampai sekarang cowok itu belum memberi kabar Manda lagi.

Manda menginjakkan kakinya ditoko buku, sejenak melihat-lihat buku yang baru saja terbit. Banyak buku yang menarik perhatian Manda, namun sayang gadis itu hanya bisa merutuki yang hanya membawa uang tidak lebih dari 50 ribu.

Dideretan sampingnya terdapat rak novel dengan berbagai judul, matanya berhenti pada satu judul buku yang belum lama terbit. Mata Manda berbinar.

"Lo mau beli itu?" Manda tersentak dengan suara Fica yang tiba-tiba muncul.

"Enggak,"

"Kenawhy? Bukannya itu novel yang lagi lo incer ya?" Fica menarik salah satu novel dari sebuah rak, lalu membaca sinopis yang ada dibelakangnya.

"Gue nggak bawa uang bege," tangan Manda menjitak pelan dahi Fica.

"Pake duit gue dulu aja, nihh"

"Nggak! Lusa kita ujian."

"Hubungannya?"

"Ntar jadi males belajar gara-gara asik baca novel" Fica menyengir lebar, ia lupa jika sahabatnya itu orang pintar yang rajin membaca buku. "Lain kali bisa,"

Manda mengajak Fica keluar dari toko buku, jiwanya sudah terguncang ingin sekali membawa pulang seluruh buku yang ada di Gramedia. 

....

Semoga suka.
Jangan lupa vote & komen

Jogja, 24 Mei 2020

Deriskasalsa

Cold Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang