COLD BOY -25

2.4K 133 13
                                    

Maaf kalo tulisan author banyak typo-nya. Soal nya aku suka ngetik pake HP dari pada pake laptop😭 gimana ya kalo aku mau ngetik pake laptop idenya malah hilang semua kan aneh😥. Jadi maklum aja ya kalo typo-nya bervariasi🤣 eh malah curcol hehehe, maapken.

Happy Reading.

.

.

"Brengsek."

Tangan Liam terkepal dengan kuat. Rasa panas menjalar disetiap aliran darahnya. Liam melangkah mendekat kearah Manda dan Akbar.

Satu tonjokan tiba-tiba mengenai pipi sebelah kiri Akbar. Manda dan Akbar merasa terkejut. Sejak kapan Liam ada disini.

"Jadi ini, kelakuan kalian?" Liam bertanya dengan nada kecewa.

Ini semua tak sesuai dengan harapannya. Tadi ia langsung mencari keberadaan Manda saat dikasih tau oleh adik kelas jika Manda dibully Gina.

Liam berlari mengelilingi sekolah tanpa memedulikan apapun. Saat berhenti didekat taman belakang sekolah, dirinya tak sengaja melihat dua sejoli yang tengah berpelukan.

Liam memaksa langkah kakinya untuk segera pergi menjauh dari taman belakang. Akbar berusaha memanggil nama Liam. Ia ingin menjelaskan agar tidak terjadi kesalah pahaman.

"Akbar, Maaf aku harus ngejar Liam. Makasih." Setelah mengatakan itu Manda berlari menyusul kemana arah perginya sang pacar. Manda merasa sangat berasalah, ia seperti seorang cewek yang tengah kepergok selingkuh.

Saat jarak antara Manda dan Liam dekat, Manda segera mencekal lengan kokoh milik Liam.

Dengan napas yang masih ngos-ngosan manda berusaha berani menjelaskan.

"Aku mohon, kamu jangan salah paham. Dengerin penjelasan aku dulu"

"Oke. Jelasin." Jawab Liam tanpa menatap Manda.

"Se-sebenernya itu gak seperti yang kamu liat. Aku sama Akbar gada hubungan apa-apa. Tadi-tadi--hiks." Entah mengapa Liam tidak tega melihat kekasihnya itu menangis sampe seperti ini.

Liam menghembuskan napas berat. Ditariknya tubuh mungil Manda kedalam pelukannya. Liam berusaha memberikan ketenangan pada gadis itu. Urusan Akbar bisa ia selesaikan nanti.

"Maaf" Manda berkata dengan suara purau.

"Udah. Kamu gapapakan?" Liam mengangkat wajah Manda memastikan jika Gina tidak melukai pacarnya.

Manda mengangguk lemah. Ia kembali menubrukkan tubuhnya kedalam pelukan Liam. Baru kali ini Manda bisa sesayang itu pada seseorang.

.....

Liam menghantar Manda kembali ke kelas. Mungkin ini suatu keberuntungan bagi mereka. Pak Dodo selaku guru seni tengah keluar. Itu sudabmh biasa bahkan menjadi kebiasaan beliau sesuah memberi teori akan membuat soal lalu ia tinggal sampai jam itu habis. Dan soal yang dikerjakan akan dibahas dipertemuan selanjutnya.

Liam hanya menghantar sampai didepan pintu ruang kelas. Fica yang melihat Manda baru datang dengan wajah nunduk.

Semua orang dikelas menatap Manda dengan tatapan heran. Dilihay dari samping saja mereka tahu jika muka Manda sedikit sembab seperti habis menangis.

"Lo dari mana aja? Tadi Pak Dodo nyariin." Manda masih tak bergeming. Terasa sangat sulit mengeluarkan suara.

"Man? Cerita sama gue, ada apa?" Fica kembali mencoba mengajak Manda berbicara.

"Tadi Liam marah" jawab Manda seadanya.

Fica mengernyitkan dahi bingung. Terus hubungannya sama Manda apa? Sampe nangis begini. Sebelum Fica kembali bersuara Manda sudah terlebih dulu angkat suara.

"Sebernernya gue sama Liam dah pacaran."

"WHAT? DEMI APA? LO SAMA--hmpfttt." Manda membekap mulut rombeng Fica. Inilah yang membuatnya tambah kesal.

"Apa? Lo pacaran sama kak Liam? Sejak kapan? Kenapa bisa? Ini sumpah gue ga nyangka. Tapi udah gue duga juga sih" kali suara Fica lebih pelan.

Manda mulai menceritakan apa yang terjadi pada dirinya tadi. Ia rasa sangat butuh bahu seorang sahabat untuk menenangkannya. Fica memanngut mengerti.

....

Sudah setengah jam berlalu bel pulang berbunyi. Dan sudah sejak seperempat yang lalu Fica meninggalkan Manda berdiri sendiri didepan sekolah.

Manda menunggu Liam. Liam berjanji akan pulang bersamanya dan mengajak mampir membeli milkshake kesukaan Manda.

Manda terus memandangi jam biru laut yang melingkar ditangan kirinya. Sudah cukup lama dari bel namun mengapa sosok Liam belum menghampirinya.

Manda terus menghubungi nomor HP kekasihnya. Namun nihil. Sejak akhir istirahat kedua nomor Liam tidak aktif. Dengan sisa batre diponselnya, Manda tidak henti menelpon sang kekasih.

Manda mulai putus asa. Dan sebentar lagi HP-nya akan mati. Benar saja, belum ada lima menit HP Manda benar-benar mati.

Manda menghembuskan napas gusar. Ia khawatir pada Liam yang sedari tadi tidak memberinya kabar.

Tin..tin..

Manda berjingkrak kaget. Diatas motor ada seseorang yang sangat ia kenali.

"Belum pulang?" Tanya orang itu.

Manda menggeleng lemah. "Belum."

Manda melihat Akbar yang sudah tidak  memakai seragam seperti dirinya. Dugaan Manda, Akbar pasti sudah pulang terlebih dulu.

"Mau gue anterin?"

"Nggak. Usah gue nungguin Liam kok."

Akbar mengernyit bingung. Bukankah tadi Vendra menelpon dirinya jika Liam ada di-,

"Duluan aja gapapa." Kata Manda.

"Ikut gue aja. Ini mau nyamperin Liam kok." Ujar Akbar

"Hah? Ntar kalo salah pah-,"

"Itu urusan gue. Emang lo mau berdiri disini sampe nanti atau besok?" Manda mendengus kesal lalu menaiki motor Akbar.

Akbar melepas jaketnya saat melihat rok seragam Manda sedikit tersibak keatas.

"Udah sering dibilangin kalo sekolah tuh bawa jaket, biar kalo naik motor nggak keliatan pahanya malah bandel."  Seru Akbar sambil menyerahkan jaketnya.

"Hehe, lupa."

==================================
See you next part.

Vote +spam komentar. Oke.

Cold Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang