COLD BOY - 13

3.5K 214 15
                                    

"Man, tadi kakak ketemu sama ibunya temen lama kamu, beliau mengundang kita buat makan malam dirumahnya"

Dinda mengahampiri Manfa yang masih berbaring diatas ranjangnya seusai pulang dari minimarket.

"Temen yang mana sih?" Manda masih diposisi yang sama, memeluk guling empuknya.

"Ova! Temen masa kecil kamu" ujar Dinda.

"Ova siapa?"

"Ituloh cowok gembul yang sering kamu cubitin dulu" Dinda gemas dengan Manda yang tak kunjung ingat.

"Hah! Seriusan kak? Yaudah aku ikut" Manda langsung duduk tegak seperti menerima aba-aba dari komando.

"Iya, yaudah sekarang kamu beres-beres rumah bantuin kakak. Jangan ngebo aja"

"Yha!"

Manda dengan berat hati harus meninggalkan kasur empuknya. Ia menuruni tangga lalu mulai membersihkan lantai dengan pel yang sudah ia bawa.

Lelah. Itu yang Manda dan Dinda rasakan setelah selesai berberes rumah. Ya walaupun rumah mereka tak sebesar istana presidan namun tetap saja melelahkan.

Manda berlari mengambil jus mangga dikulkas lalu membawa satu lagi untuk kakaknya.

"Nih kak"

"Thanks. Jam berapa ini?" Dinda bertanya pada Manda yang sedang meneguk minumnya.

"Setengah 3. Kenapa?"

"Astagah, kakak lupa sesuatu tpi apa ya?" Hampir saja Dinda menyemburkan minum kearah Manda namun masih sempat dirinya tahan.

"Ya apa?" Tanya Manda dengan blo'onnya.

"Ya lupa gimana sih kamu"

"Serah" Manda berlalu meninggalkan Dinda yang masih berusaha mengingat sesuatu.

...

Manda sudah siap sejak 15 menit yang lalu. Dirinya saat ini tengah memyumpah serapah i kakanya itu. Bagaimana tidak, Manda sudah lumutan menunggu kakaknya kelar berdandan.

"Kakkkk..! 30 detik nggak muncul aku balik kekamar titik gak pake koma" teriak Manda keseluruh ruangan.

Dinda yang mendengar teriakan Manda segera keluar kamar. Lagipula dirinya sudah selesai berdandan sejak tadi namun lupa keluar karena terlarut chattingan dengan kekasihnya.

"Iya bentar. Bawel" Manda hanya mendengus kesal.

Setelah 20 menit perjalanan akhirnya mereka berdua tiba dikomplek perumahan elit. Manda pikir pasti orang kaya semua yang tinggal dikomplek ini.

Mereka berdua sudah berdiri didepan pintu rumah besar bercat putih. Jantung Manda berdegup lebih kencang dari biasanya. Seperti apa wajah teman masa kecilnya itu? Apakah masih gembul atau sudah menjelma menjadi cowok tampan? Pikiran itulah yang sejak tadi hinggap diotak Manda.

Setelah membuyikan bel, mereka berdua disambut dengan wanita paruh baya yang wajahnya kembali diingat Manda.

"Kalian udah datang ya? Silahkan masuk" ajak wanita itu.

"Iya tante" jawab Dinda.

Manda dan Dinda langsung dibawa keruang makan. Ruangan itu terlihat elegan karena dipenuhi barang barang mahal.

"Kamu pasti Manda ya? Wah, kamu sudah besar. Cantik banget kamu nak" puji Kurnia.

"Makasih tante" Manda menjawab diselingi senyum kikuk

"Kok tante? Dulu kamu manggilnya mama loh" Manda menggaruk tengkuknya bingung ingin merespon apa.

"Em, iya Ma" kata Manda walau masih sedikit kikuk.

"Adik kamu masih suka malu-malu ternyata"

"Malu-maluin dia mah" ceplos Dinda yang langsung dihadiahi injakan kaki sehingga dirinya mengaduh kesakitan.

Ini mana sih Ova? Lama banget.

Mata Manda terus menjelajahi seluruh ruangan.

"Maaf saya terlambat" Manda langsung  mendongak mendengar suara bass yang ia yakini milik Ova.

Deg

"Lah, elo?" Manda membelalakan matanya kaget melihat cowok dihadapannya kini.

"Ya,kakel kamu" jawabnya santai.

"Loh jadi kalian satu sekolah?" Tanya Kurnia pada anaknya.

"Iya" jawab mereka serempak.

"Wah, bagus dong. Setelah sekian lama kalian pisah jadi bersatu lagi" Dinda bersuara.

"Bener. Yaudah sekarang kita makan dulu" timpal Kurnia.

Makan malam dimulai. Semua tampak tenang dengan sajian dipiring mereka masing masing.

Manda masih tak percaya jika Ova adalah Akbar kakak kelas di SMAnya. Sekarang ia baru ingat jika nama lengkap Akbar adalah Akbat Setya Nova dan dirinya waktu kecil suka dipanggil Ova oleh keluarganya jadi Manda juga terbiasa memanggilnya dengan sebutan Ova.

"Ova, kamu ajak Mandanya main dihalaman belakang sana" suruh mamanya Akbar pada dirinya.

"Oke, ma" jawab Akbar.

Manda mengekor dibelakang Akbar sampai dihalaman belakang rumah yang cukup luas.

"Gue masih nggak nyangka jika Ova itu elo" Manda bertanya dengan pandangan lurus kedepan.

"Apalagi gue waktu nyadar kalo lo itu Amanda gue" sambung Akbar.

"Lo udah tau lama?"

"Belum lama juga"

"Owh"

Suasana masih sedikit canggung karena mereka berdua juga disekolah masih belum begitu akrab.

"Man, gimana kalo kita jangan bersikap kayak gini?" Manda hanya memgangguk karena sebenarnya dirinya juga tidak nyaman dengan kecanggungan seperti sekarang.

"Lo lagi deket ya sama Liam?" Fyuhh..
Manda benci membahas kakel songong itu.

"Nggak sudi gue"

"Hahaha"

"Napa ketawa?" Tanya Manda dengan ketus

"Gemes aja liat muka lo ke gini" ujar Akbar sambil mencubit pipi Manda.

"Yaudah yuk kedepan kayaknya lo mulai kedinginan" ajak Akbar yang tak sengaja melihat Manda sesekali menggosokkan tangannya.

"He.em"
...

Kata mamanya Akbar mulai besok Manda harus berangkat bersama Akbar. Kurnia sangat bahagia apalagi saat tahu jika Manda masih jomblo jadi Akbar dengan bebas bisa mengantar jemput Manda tanpa ada yang marah.

Manda merebahkan badanya yang terasa sangat lelah. Apakah dirinya bisa secerewet seperti dulu didepan Ova? Sekarang sudah beda situasi.

Manda terus memikirkan bagaimana bisa mulai besok ia akan lebih sering bersama Akbar disekolah karena Dinda juga menitipkan dirinya pada teman lamanya itu. Huh menyebalkan.

"Udah ah pusing. Tidur aja" ucapnya pada dirinya sendiri.

Manda terus membolak-balikan badan untuk mencari posisi nyaman namun tak kunjung menemukan. Dari tadi ia masih terus saja kepikiran dengan Akbar.

Tangan Manda menjelajahi laci dekat ranjangnya. Tak lama kemudian dirinya menemukan foto saat bersama Akbar kecil.

Ia terus mengamati rupa bocah itu. Sangat berbeda dari sekarang. Yang masih sama hanya warna kulitnya yang memang dari kecil putih.

Seulas senyum terbit dibibir pink Manda. Pikirannya kembali terlempar ke masa lalu saat dirinya sedang bermain bersama Ova.

"Dunia memang sesempit ini ya?" Ucapnya sambil terkekeh.

_________________________________________

Pencet bintang dan kolom komentar😂

Salam,

Ris.

Cold Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang