Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Tetep stay safe, jaga kesehatan dan jaga iman❤
Happy Reading!
====
Sudah hari keenam dari waktu Manda menjenguk Chelsea dirumah sakit. Sejak saat itu juga hubungannya dengan Liam menjadi sedikit canggung. Mereka berdua jarang bertemu apalagi saling bertukar pesan. Manda juga tidak akan menyalahkan Chelsea.
Seperti yang sudah Manda ketahui, Chelsea merupakan sahabat cewek Liam sejak kecil. Mereka bahkan sangat dekat. Ya, seperti sepasang kekasih yang saling mencintai.
"Jadi mau nanya nggak sih?" Sentak Fica membuat lamunan Manda buyar.
"Ah ya, sori-sori."
"Kesambet setan sekolah tau rasa lo." Kata Fica menyebalkan.
"Eum, jadi lo kenal Chelsea?" Tanya Manda seketika.
Fica membelalakan mata lalu mengangguk kecil.
"Dia sekelas sama kita? Ah lebih tepatnya duduk dibangku yang gue tempatin kan?"
Perubahan raut wajah Fica begitu kentara." Iya, udah deh nggak usah ngomongin dia napa. Bahas yang lain aja deh."
Manda mengernyit semakin tidak paham. Menurutnya itu tu bukan Fica banget. Jauh sangat berbeda.
"Fic, gue cuma mau--"
"Man, udah. Lain kali gue bakal cerita. Sorry buat sekarang gue nggak bisa."
Setelah itu Fica memilih keluar kelas menuju toilet meninggalkan Manda sendirian didalam kelas.
...
Pulang sekolah Manda menyusuri koridor sendirian. Fica sudah pulang terlebih dulu saat pergantian jam ke 7 karena mendadak kepalanya pusing.
Suasana sekolah masih terlihat sedikit ramai. Hiruk periuk siswa terus berjalan meninggalkan area sekolah.
Manda memghela napas sabar. Hari ini Liam tidak akan menghantar dia balik, sebab Chelsea siang ini sudah diperbolehkan pulang.
"Hai, Man" sapa seseorang dari arah belakang.
Manda menoleh lalu mendapati Dino tengah tersenyum manis padanya.
"Hai." Manda menjawab dengan judes.
"Lagi nungguin siapa? Gue ya? Hahaha."
"Nggak tuh. Ge-er."
"Pacar lo mana? Tumben nggak keliatan, apa udah putus?" Dino berkata semakin melantur.
"Mau gue pacaran kek, mau udah putus kek. Terus urusannya sama lo apa?"
"Kan gue kemarin nyalon jadi kandidat pacar lo. Lo lupa? Waktu ditaman belakang." ujar Dino sambil memainkan kedua alisnya.
"Dasar cowok sinting." Selepas itu Manda langsung berjalan menjauhi Dino. Meninggalkan Dino dibelakang yang terus saja memanggil namanya.
Manda berjalan sedikit jauh dari area sekolah, takut diganggu oleh Dino seperti tadi. Ya jika masih ingat, Dino adalah cowok yang pernah menyatakan Cinta pada Manda ditaman belakang sekolah.
Lamunan Manda tersadar saat angkot yang menuju dekat rumahnya baru saja melintas. Belum cukup jauh, Manda langsung berlari mengejar angkot tersebut namun tak kunjung berhenti walau Manda sudah meneriakinya.
"Akhhh.." tubuh Manda terjembab saat bagian mobil depan seseorang menabrak dari samping.
Mobil itu mengerem mendadak. Lalu sang pengemudi pun turun.
"Astaga. Sorry-sorry, gue nggak sengaja."
"Ah ya, gue yang salah." Cicit Manda sambil menahan ringisan. Cowok itu segera membantu Manda berdiri.
Siku dan lutut Manda yang sebelah kanan tampak luka dan berdarah. Cowok itu segera memapah Manda ke mobilnya.
Manda terus meringis kesakitan saat cairan alkohol dan juga obat merah dikasih pada lukanya. Walaupun cowok itu mengobati dengan pelan, namun Manda tidak bisa menahan sakit.
"Nih, udah." Ujarnya pada Manda saat selesat memberi sedikit perban pada lukanya. Memang sih tampak tidak rapi, terlihat jika cowok itu jarang mengobati seseorang.
Manda mengangguk, menilai jika cowok ini sangat baik. Bahkan seharusnya yang salah adalah dirinya, sebab Manda tidak memerhatikan jika ada belokan.
"Makasih, seharusnya gue yang minta maaf."
"Udah sans. Kenalin nama gue Alex."
Manda mengernyit, entah kebetulan apa memang nama Alex yang terlalu pasaran, nama itu mirip dengan Alex yang pernah dibahas oleh Liam, Akbar, Vendra dan juga Chelsea waktu itu.
"Amanda."
"Wah, sama-sama pake A." Ujarnya. Manda hanya membalas anggukan saja tidak berniat menjawab.
"Gue anterin aja. Daripada nunggu angkot terus ketabrak lagi kan repot."
"Gak ngrepotin?"
"Selow, lagi pula mana mungkin gue lari aja setelah hampir nyelakain lo."
....
Dinda menggeleng napas heran setelah mendengar cerita adiknya. Sedikit konyol, Manda celaka hanya gara-gara mengejar angkot.
Dengan telaten Dinda membersihkan luka ditangan dan kakinya lalu mengganti perban dengan yang baru.
Ponsel Dinda berdering menandakan sebuah panggilan masuk. "Hallo, Tante?"
'......'
"Ini dirumah kok, kebetulan lagi ganti perbannya Manda."
'.....'
"Cuma kesrempet tadi, tapi gapapa."
'.....'
"Oke tan, hati-hati dijalan."
Dinda menutup panggilan tersebut lalu melanjutkan kegiatan sebelumnya.
"Siapa kak?"
"Oh, mamanya Ova mau kesini."
"Ngapain?"
"Tadinya sih mau main, tapi diganti jadi mau jenguk kamu." Manda hanya ber-oh ria.
"Yaudah Manda mau ganti baju dulu, biar keliatan lebih sopan." Manda berlalu dengan sedikit tertatih.
Setengah jam kemudian Akbar dan mamanya sampai dirumah Manda. Akbar yang tadi sedang berada dirumah Vendra langsung dipaksa segera pulang.
Akbar menyoroti peegerakan Manda yang berjalan mendekati ruang tamu.
"Loh, Manda kenapa?" Tanya Akbar
"Tadi kesrempet gara-gara ngejar angkot." Sahut Dinda membuat Manda harus menahan malu.
Manda menyalami mamanya Akbar lalu duduk disebelah Akbar dan juga kakaknya.
"Maakanya hati-hati tuh, ceroboh sih." Ledek Akbar membuat tangan Manda terangkat ingin memukul, namun rasanya ngilu.
"Hus, kamu tuh jangan diledekin Mandanya. Salah kamu tuh, mama kan udah bilang ke kamu jagain si Mandanya. Dasar anak badung." Omel mama Akbar membuat Manda menjulurkan lidahnya.
Akbar mendengus. Membuat Manda ingin mengeluarkan tawanya.
"Liam dah ada hubungin lo?" Tanya Akbar membuat bibir Manda bungkam seketika.
====
Next Chapter? Vote + Comment!See you next part:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy (TAMAT)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Ini kisah Amanda dan Liam. Dua orang yang berbeda dalam semua hal. Amanda, termasuk dalam kategori murid baru. Tapi sudah banyak yang tidak heran dengan sifat Manda yang tempramental. Terlebih Liam, visualisasi cowok gan...