36| Lima Jengkal Lebih Jauh

5.9K 783 253
                                    

Baru saja Rachel berjalan keluar dari lobi saat seseorang menarik tangannya dan membawanya ke tempat yang lebih sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru saja Rachel berjalan keluar dari lobi saat seseorang menarik tangannya dan membawanya ke tempat yang lebih sepi. Rachel terhenyak saat menyadari siapa itu; orang yang paling dia hindari untuk bertemu beberapa hari ini.

"Kemana aja?"

"Apanya?"

"Chat gue gak lo bales, telepon gak diangkat. Gue samperin ke rumah, Mbak Sum bilang lo gak ada. Tapi di apart juga gitu. Lo kemana, Racheline?!"

Rachel diam, menolak bersitatap dengan orang di depannya yang sudah benar-benar kusut saat ini. "Lo ngehindarin gue? Alesannya apa?"

Dia masih tetap bergeming sampai orang di depannya ini mengangkat dagunya, menuntut jawaban. "Jawab, Chel."

"Gue lagi mau sendiri, Ken."

"Seenggaknya kabarin gue. Jangan tiba-tiba gini." Keenan mengusap wajahnya kasar. Dua hari ini dia dibuat khawatir dengan tingkah Rachel yang tiba-tiba menghindarinya tanpa alasan.

Gak, sebenarnya Keenan tahu alasan gadis itu begini. Pasti karena kejadian di rumahnya waktu itu. Karena setelahnya Keenan sama sekali gak bertemu Rachel. Tepatnya Rachel yang tiba-tiba menghilang dari peredarannya.

Bukan sekali Keenan datang ke rumah atau apartemen Rachel untuk mencarinya. Keenan juga bertanya pada teman-temannya sampai menunggu di depan gedung fakultas gadis itu. Tetapi nihil, Rachel seperti sengaja pergi tanpa jejak.

Semua itu berhasil membuat Keenan uring-uringan. Entah sudah berapa kali dia ditegur teman-temannya seharian ini. Padahal ini baru dua hari, tapi Keenan benar-benar sudah seperti orang hilang arah.

Berbekal ingatannya yang tahu kalau setiap hari Kamis adalah jadwal asistensi Rachel, Keenan menunggu sedari tadi. Pokoknya apapun yang terjadi mereka harus bicara.

"I need my personal space, Keenan."

"I know! Tapi sekedar ngasih tau kalo lo baik-baik aja, won't hurt kan, Chel?"

Rachel kembali diam. Demi Tuhan, Keenan lebih memilih Rachel yang suka mengomelinya seperti biasa dari pada Rachel yang hanya diam seperti ini.

Menghembuskan nafas berat, Keenan meraih tangan Rachel untuk digenggamnya. "Gue yang salah, maaf. Gue janji gak bakal maksa lo lagi."

Mendengar nada sendu itu, Rachel mendongak untuk menatap mata Keenan yang juga tidak kalah pilu. Laki-laki di depannya ini bukan seperti Keenan yang biasanya dia lihat. Keenan yang ini tampak berantakan.

"Harusnya lo gak minta maaf, Ken. You didn't do anything wrong."

"Tapi lo ngehindarin gue."

"Gue cuma butuh waktu buat mikir."

"Kalo gitu gue gak butuh jawaban lagi asal lo jangan kaya gini."

"Gue ngerasa bersalah. Gue gak mau bikin lo terus-terusan nungguin gue."

SerotoninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang