Selepas guide to happiness-nya yang berujung guide to maut, Yuna langsung menyeret Chaca hingga akhirnya mereka berdua terdampar di starbucks. Kondisi Chaca saat ini cukup mengenaskan sampai membuat Yuna hampir menelepon Kafka untuk meminta bala bantuan yang segera ditolak mentah-mentah oleh Chaca.
Katanya, dia gak mau bertemu siapapun apalagi Kafka.
Yuna meringis melihat iced vanilla latte milik Chaca yang wujudnya saat ini gak kalah menyedihkan dari si pemilik. Gak beda jauh sama es kopi yang dijual di kantin sekolah pakai plastik bening terus kebanyakan air.
"Minum dulu deh nih, biar ada tenaga buat nangis."
"Gue gak minat nangis."
"Ya bagus deh, jadi gak nambah-nambahin air di muka bumi. Bikin banjir."
Menghela nafas berat, Chaca menyandarkan punggungnya pada kursi. "Emang semua orang seenggak suka itu ya sama gue, Yun?"
Yuna berdecak. "Omongan orang kebanyakan garem jangan lo dengerin kali, Cha."
"But I think it's true. They hate me and I don't even know why."
"Cha, itu tuh gak bener—"
"Gue denger sendiri, Yun. Mereka mau jadi temen gue cuma karena gue sahabat Kafka dan sepupu gue Keenan! They said; without them, I am nothing."
Pengakuan Chaca sukses membuat Yuna menutup mulut rapat-rapat.
"Gue cuma punya Kafka sama Keenan. Sampai akhirnya waktu kelas 2 SMA gue kenal Diandra, dia mau jadi temen gue. Berkat dia juga, banyak orang yang mau coba deket sama gue. Gue seneng banget, seseneng itu sampai waktu Diandra bilang dia suka sama Kafka gue gak pikir dua kali langsung bilang gue bakal bantuin dia sampai jadian."
"You know what happened next... Gue bingung, Yun. Gue selalu mempertanyakan salah gue apa. Berani sumpah, gue gak pernah punya niat buat nyakitin orang lain secara sengaja. Terus kenapa mereka sebenci itu sama gue..."
"Cha, dengerin gue ya..." panggil Yuna meminta atensi Chaca yang terus menunduk sedari tadi. "Fuck them all, lebih mending lo gak deket sama mereka yang gak tulus sama lo daripada lo terus-terusan dikelilingi manusia-manusia setengah laler kaya mereka semua."
"Lagian lo udah gak sendiri kan sekarang? At least ada gue. Tenang aja gue paling males kalo harus buang-buang tenaga benci sama orang."
Ucapan Yuna sedikit berhasil membuat beban di kepala Chaca berkurang tapi tetap saja masih ada yang mengganjal di hatinya. "Tapi, Yun..."
"Apa???"
"Kayanya gue tau alesan Rachel jauhin gue beberapa bulan ini."
"Huh??? I don't think so. Gue gak ngerasa Rachel jauhin lo???"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serotonin
Fanfiction"I'll be your meds. Let me be your daily dose of Serotonin." "Then i'll be your dopamine, huh? You wish." ©niciwinibiti, 2020